Sunday, March 9, 2014

Yahudi dan Islam bersaudara

Katakepo.blogspot.com - Barangkali sebagian besar kaum muslim di Indonesia salah kaprah soal Yahudi. Mereka menganggap yahudi itu sama dengan Israel.

Padahal, Yahudi menunjukkan etnis dan agama. Sedangkan Israel adalah sebuah negara dibentuk oleh orang-orang Yahudi dengan mengeksploitasi ajaran Yudaisme. Torah mengajarkan kaum Yahudi baru bisa mendirikan negara jika Juru Selamat telah turun ke dunia.

Inilah yang membuat orang-orang keturunan Yahudi di tanah air menyembunyikan identitas mereka. Sebab kebencian terhadap etnis Yahudi muncul lantaran Israel masih menjajah bangsa Palestina, termasuk menguasai kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur, Tepi Barat.

Sejatinya, konflik ini bermotif ekonomi. Agama dan sejarah hanya dijadikan pembenaran dan penguat agar konflik bisa terus berjalan. Jauh sebelum Israel terbentuk pada 1948, Yahudi dan Arab hidup berdampingan di Palestina.

Patut diingat, selain Arab, yahudi termasuk atnis asli hidup di Timur Tengah. Mereka dikenal dengan sebutan Yahudi Sephardik. Sedangkan orang-orang Yahudi dominan di negara Israel saat ini berasal dari Eropa atau Yahudi Ashkenazi.

David Abraham, pengacara berdarah Yahudi, menegaskan ajaran Yahudi dan Islam itu bersumber pada satu akar. Orang Yahudi juga disunat. Mereka dilarang makan dan minum yang haram. Kalau di Islam dikenal dengan sebutan halal, orang Yahudi bilang kosher.

Berikut penuturan David saat ditemui Faisal Assegaf dari merdeka.com Kamis pekan lalu di sebuah restoran di bilangan Tebet, Jakarta Selatan.

Sejak kapan Anda pindah ke Jakarta?

1986.

Kira-kira ada berapa orang Yahudi Anda kenal di Jakarta?

Sekitar 50 orang.

Apa ada pertemuan rutin komunitas Yahudi di Jakarta?

Kadang ada pertemuan. Misalnya saat merayakan Simhatora (turunnya Taurat), kalau di Islam Nuzulul Quran. Yahudi dan Islam itu hampir sama. Islam ada maulud Nabi Muhammad, Yahudi juga punya acara maulud Nabi Sulaiman disebut Purim. Puasara Ramadan, Yahudi juga punya puasa Yom Kippur selama 26 jam. Baru lebaran disebut Rosh Hasanah.

Bagaimana keluarga Anda bisa menetap di Surabaya?

Kakek nenek saya dari ayah dan ibu orang Yahudi. Mereka datang dari Bagdad langsung ke Surabaya. Mereka datang sekitar 1901 atau 1902. Ayah saya dilahirkan di Surabaya pada 1934. Waktu Jepang masuk, semua orang Yahudi dimasukkan di kamp tawanan di Adek, Tangerang. Terus mau diambil sama Nazi, namun pimpinan Jepang nggak kasih.

Berapa orang Yahudi dimasukkan dalam kamp tawanan di Tangerang?

Ribuan, saya nggak tahu jumlah pastinya. Kampnya itu ada dua, khusus laki-laki dan perempuan. Ayah saya di kamp perempuan karena masih kecil.

Apakah Anda berharap Yahudi juga diakui sebagai agama resmi di Indonesia?

Iya, itu kan hak asasi saya sebagai warga negara Indonesia.

Kapan Anda akan mengajukan hal itu?

Saya sibuk, kerjaan masih banyak, jadi belum sempat. Toh, ini bukan sesuatu mendesak karena saya pun tidak ada larangan untuk beribadah. Tapi saya pengen juga sih di KTP tertulis agama saya Yahudi. Teman-teman saya mendukung.

Kira-kira kemungkinan menang gugatan itu bagaimana?

Secara yuridis formil, harusnya menang. Saya yakin 99 persen dikabulkan.

Kenapa?

Karena itu kebebasan beragama. Kalau secara politik, saya nggak bisa omong. Tapi sekarang harus ditimbang-timbang dong antara hak asasi dan politik. Kalau hak asai secara politik bisa mengakibatkan problem, hak asasi satu atau dua orang dikesampingkan.

Namun kalau dilihat dari sisi sosio kultural bakal ditolak?

Saya nggak melihat itu.

Tapi sebagian besar muslim membenci Yahudi?

Saya nggak melihat muslim dan Yahudi itu bermusuhan. Teman-teman saya mayoritas muslim dan nggak pernah ada masalah. Ini kan sebenarnya masalah politik. Yang terjadi di Timur Tengah itu politik, tidak ada kaitan dengan agama. Agama Yahudi dan Islam itu bersaudara baik secara sejarah dan Islam.

Perang di sana itu memperebutkan tanah. Bukan antara muslim dan Yahudi, tapi Israel dan Palestina.

Anda sudah pernah ke Israel?

Saya sudah dua kali ke sana pada 2004 dan 2009.

Bagaimana perasaan Anda saat pertama kali menjejakkan kaki di sana?

Perasaannya seperti mendarat di Singapura saja.

Tidak emosional?

Waktu ke Yerusalem saya merinding karena melihat Islam, Yahudi, dan Kristen berdampingan. Masjid Al-Aqsa, Tembok Ratapan, dan Gereja Makam Yesus. Luar biasa, merinding saya.

0 comments:

Post a Comment