Kisah ini terjadi pada Maret 2012 lalu. Guru SMP Perguruan Pusat
Ksatrya, Taufikqurrachman dilaporkan ke polisi oleh orang tua anak
didiknya karena kasus kekerasan. Taufik mengakui telah melakukan
pemukulan. Dia beralasan, emosinya meletup karena melihat siswa-siswanya
keluar kelas sebelum waktunya.
'Kondisi saya abis dioperasi jadi
kurang fit. Saya izin sebelum bel dan pesan ke murid jangan keluar
sebelum bel. 5 langkah saya keluar kelas, mereka (murid-murid) keluar
dan teriak-teriak, refleks saya pukul,' katanya.
Tiga murid
menjadi korban pemukulan itu. Mereka adalah Deni Pratama (14), Novandi
Rangga Putra (15) dan Ria Koswara (14). Mereka mengalami penganiayaan
Sabtu (3/3). Deny mengalami luka memar di bagian pelipis mata kanan. Dia
ditinju delapan kali di muka dan punggung.
Taufik berdalih, ulah
ketiga anak itu sudah kelewat batas. 'Lagi ulangan harian si anak bukan
ngerjain tapi malah gangguin yang lain. Saya tegur dihiraukan setelah
temennya ngumpulin dia juga ngumpulin. Boleh dibilang nyontek,' katanya.
Kisah paling anyar ini dialami Slamet, Guru Olahraga di SMPN 69
Tanjung Duren Timur, Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Dia dilaporkan ke
polisi oleh orang tua Putra Adela (15), siswa kelas satu di sekolahan
itu gara-gara dijewer dan dipukul Slamet.
Menurut Kepala Sekolah
SMPN 69, Mahyudi, alasan Slamet menjewer Putra karena sudah tiga kali
anak itu tidak memakai seragam sekolah saat pelajaran olah raga.
'Jadi
saat hari kejadian (Kamis, 26/9), siswa ini sudah tiga kali enggak
pakai seragam olah raga, jadi kemudian dihukum, disuruh pisah barisan,'
tutur Mahyudi saat dihubungi, Senin (30/9).
Tindakan yang diambil
Slamet, lanjut Mahyudi, merupakan tindakan mendadak. 'Si anak tetap
bandel, jadi si guru reflek menjewer,' ujarnya.
Mahyudi
menambahkan, siswa kelas satu tersebut juga dikenal sebagai pelajar yang
suka merokok. Bahkan menurut dia, tak jarang Putra merokok di
lingkungan sekolah. "Siswa tersebut sering merokok di kelas," ujar pria
yang baru dua minggu menjabat kepala sekolah itu.
Penyebab lain,
Putra Andela dijewer dan dipukul oleh Slamet karena saat memberi
penjelasan omongan Slamet dipotong. "Selesai apel, gurunya (Slamet)
menjelaskan, langsung saya bilang pak langsung olahraga saja, terus Pak
Slamet bilang, siapa yang bilang begitu, maju ke depan," kata Putra
mengakui.
3. Kisah sidang Guru Asih di Lampung gara-gara cubit murid
Kisah ini bisa jadi paling menyita perhatian publik. Ceritanya
tentang Sari Asih Sosiawati binti Rohmatan, Guru SDN Tiuhbalak,
Kabupaten Waykanan, Lampung. Dia dilaporkan ke polisi oleh orang tua
siswa ke polisi, hingga kasusnya bertahan lama di pengadilan negeri
setempat.
Asih mendapat pembelaan dari sejumlah pengajar di
sekolahan, termasuk para guru se-Kabupaten Waykanan. Para guru
mengatakan, murid yang menjadi korban cubitan? merupakan anak hiperaktif
sehingga sering merepotkan gurunya.
"Dua gurunya, Eva Marlinda
dan Surani yang menjadi saksi bagi Asih menerangkan bahwa korban adalah
anak yang cenderung nakal dan hiperaktif, sehingga seringkali membuat
para guru kerepotan," ujar Feri Soneri, pengacara Asih, di
Blambanganumpu, kepada Antara, Rabu (17/4).
Eva adalah wali kelas
siswa tersebut di sekolah yang lama, SD Setianegara Waykanan. Sedangkan
Surani adalah wali kelas siswa yang dicubit Asih sebagai pengajar di SD
Tiuhbalak.
Sebelumnya diberitakan, siswa itu dicubit Asih,
pengajar Bahasa Lampung pada 29 Agustus 2013 pada bagian atas perut,
tepatnya bawah ketiak sebelah kiri dengan tangan kanan. Penyebabnya,
sudah dua kali siswa tidak mengerjakan ulangan sehingga dia mendapatkan
nilai nol.
Akibat cubitan itu, Asih dilaporkan oleh orang tua
siswa, Erwansyah, pemilik hotel Intan di Baradatu, Lampung, ke Polsek
Baradatu. Kepada sejumlah jurnalis, Asih juga mengaku dimintai pelapor
Rp 24 juta sebagai uang damai. Bila uang diberikan, maka laporan kepada
pihak berwajib akan segera dicabut.
"Cubitan Asih itu tujuannya
mendidik. Cubitan sayang seorang guru, tidak ada niat mencelakai,
melukai dan melakukan kekerasan," kata Feri, kuasa hukum asih yang juga
anggota Persatuan Advokat Indonesia (Peradin).
Pada persidangan
awal, Selasa 9 April 2013, Asih tidak mau didampingi pengacara, baik
dari kejaksaan hingga persidangan awal berlangsung.
Menurut Feri,
sejak awal dia sudah diminta oleh Kepala Dinas Pendidikan Waykanan Gino
Vanollie untuk mendampingi Asih. Sejak berkas dilimpahkan ke kejaksaan
(P-21), dia bersama rekan advokat langsung mengawalnya.
"Tapi
yang bersangkutan pada awalnya memang tidak mau didampingi, sehingga
membuat kami tidak bisa membantu dia, sekarang Asih bersedia kami
dampingi," katanya menjelaskan.
Belum diperoleh tanggapan lebih
lanjut dari siswa bersangkutan maupun orang tuanya serta pimpinan Dinas
Pendidikan Kabupaten Waykanan berkaitan persidangan guru mencubit
siswanya, sehingga menarik simpati banyak pihak untuk mendukung secara
moral guru tersebut.
4. Guru SMP di Majalengka pukul murid karena suka ganggu teman
Seorang Guru Olahraga SMPN Kasokandel, Kabupaten Majalengka, Jawa
Barat, berinisial DD, mengaku memukul seorang murid kelas VII karena
kesal, saat seluruh siswa sedang kerja bakti membersihkan sekolah anak
tersebut justru sering mengganggu siswa lain.
'Saya mengakui
khilaf melakukan kekerasan tersebut, pihak sekolah sudah melakukan upaya
untuk menyelesaikan secara kekeluargaan,' katanya awal September lalu.
Akibat
pemukulan itu, orang tua murid tidak terima dan berencana melaporkan
guru ke polisi. 'Mata anak saya bengkak akibat ditampar oleh oknum guru
olahraga, DD. Keluarga sempat mempertanyakan kenapa hingga terjadi
kekerasan tersebut,' kata Lilis orangtua murid.
Anaknya sempat
dilarikan ke rumah sakit Cideres karena keluar air mata terus, hingga
satu pekan enggan berangkat sekolah. Selain itu, dia juga terus
mengurung diri di kamar.