Saturday, May 9, 2015

Kisah-kisah orang gila batu akik

Katakepo.blogspot.com - Batu akik sedang digandrungi oleh masyarakat di Tanah Air. Kegemaran ini sudah makin menjadi-jadi, bahkan terkadang melewati batas wajar.

Jika menengok di ruas-ruas jalan saat ini penuhi oleh para penjual akik. Dari pagi sampai langit gelap tak berhenti membahas batu dengan berbagai jenis.

Orang pun rela merogoh kocek dalam-dalam untuk menghiasi jarinya. Keadaan ini terkadang membuat para penggila gelap mata. Tak jarang mereka pun menjadi korban penipuan.

Untuk mendapatkan akik ada juga yang berburu hingga ke berbagai daerah. Mendapatkan akik dengan kualitas nomor satu tentu kebanggaan, uang pun menjadi nomor sekian.

Berikut kisah-kisah orang gila batu akik :

Warga pahat bongkahan batu di Tomang

Pesona batu akik membuat masyarakat terkadang berbuat nekat untuk memilikinya. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh warga di Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.

Warga mengerubungi bongkahan yang diduga batu akik itu. Mereka berlomba-lomba memahat bongkahan yang berdiameter satu meter dan tinggi setengah meter tersebut dan membawanya pulang.

"Batu ini saya kurang tahu persis beratnya tetapi awalnya diameternya itu sekitar 2 meter dan tinggi sekitar satu setengah meter," kata Binsar Hasibuan (50), Ketua RT 001/002 Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol, Petamburan, Jakbar, kepada merdeka.com di lokasi.

Binsar mengatakan pemilik batu tersebut adalah penghuni rumah tempat batu itu berada. Menurut Binsar, semula bongkahan batu itu ingin ditaruh di dalam rumah oleh pemiliknya, namun lantaran besar dan koleksinya batu akiknya banyak akhirnya batu tersebut sengaja dibiarkan ditaruh di depan rumah atau persis di trotoar.

"Kebetulan yang punya memang pecinta batu. Berhubung batunya banyak makanya dia biarin aja di atas situ (trotoar)," kata Binsar.

Sepengetahuannya, pemilik rumah tersebut meletakkan bongkahan batu itu sejak 1984 silam. Namun, demam batu akik setahun belakangan membuat warga yang maniak batu banyak menginginkan batu tersebut.

"Dari sekitar tahun 1984 di sini. Kalau batunya itu orang bilangnya batu ijo atau jambrud Sukabumi. Kalau yang ambil itu ada dari Bekasi, Riau, Tangerang, Lamongan.

Kalau warga di sini mah enggak ada yang ambil soalnya tahu sejarahnya," kata Binsar.

Bawa palu dan linggis, warga gali tanah di Cilandak

Ratusan warga menyerbu lahan kosong di kawasan jalan Bangau, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (24/4). Hal itu bukan tanpa sebab, di lokasi tersebut ditemukan bongkahan-bongkahan batu alam yang menyedot perhatian para pecinta batu akik.

Tak hanya dari Jakarta Selatan, warga dari Bekasi, Ciganjur bahkan Tangerang menyambangi lokasi tersebut lengkap dengan palu serta linggis yang nantinya akan digunakan untuk menggali tanah dan berharap menemukan batu alam langka.

Bagi para penyuka batu akik, batu-batu tersebut nantinya akan dijadikan sebagai batu cincin atau hiasan lainnya.

Kapolsek Cilandak Kompol Sungkono menuturkan batu tersebut hanyalah batu taman.

"Itu batu taman, sama yang punya dikubur, jangan mudah percaya itu cuma batu taman saja hanya isu-isu saja menyebar yang puluhan tahun," ungkap Sungkono di lokasi.

Warga setempat Eki (46) menuturkan dulu kala lahan kosong tersebut pernah berdiri sebuah rumah milik seseorang dari etnis tertentu.

"Ini sama yang punya rumah batu-batu dijadiin hiasan taman sekaligus juga buat pagar penghalang. Soalnya air dari selokan suka masuk ke taman dia," ungkap Eki saat ditemui di lokasi.


Batu pinggir pantai juga laku dijual

Batu kecil di tepi pantai Anyer sengaja diambil oleh AL untuk diberikan ke temannya di Jakarta. Dia membawakan itu karena sang teman lagi tergila-gila batu akik.

Tak disangka sang teman begitu terpesona. Niatnya kasih cuma-cuma, malah menghasilkan rupiah. Tanpa berpikir panjang batu yang tak jelas itu dihargai Rp 200 ribu.

"Padahal cuma batu enggak jelas, ya lumayan," kata AL sambil tertawa.

Menurutnya, belakangan ini di lingkungan kerjanya banyak yang gila batu. Saban hari, katanya, orang-orang bicara batu dengan berbagai jenis.

"Dari pagi sampai malam enggak ada abisnya," ungkap AL.

Bahkan, katanya, jika melihat ada yang memakai batu bagus langsung ditawar. "Ada yang pakai batu ditawar Rp 8 juta, enggak dilepas. Yang punya minta Rp 10 juta," tandasnya.

0 comments:

Post a Comment