Beijing telah menunjuk insiden kekerasan yang terjadi untuk mengindikasikan meningkatnya sebuah ancaman militan di antara etnis minoritas. Namun, informasi di wilayah yang luas itu telah dikontrol dengan ketat dan beberapa organisasi dari etnis Uighur telah mengeluhkan adanya penindasan budaya dan agama, seperti dilansir situs asiaone.com, Rabu (9/10).
Polisi di Xinjiang telah menangani adanya peningkatan jumlah kasus orang mengunggah atau mencari konten berisi ekstremis-ekstremis keagamaan di Internet, seperti dikutip surat kabar the China Daily.
Dalam dua bulan terakhir sampai akhir Agustus, 139 orang telah ditangkap lantaran menyebarkan pesan ekstremisme keagamaan, termasuk jihad.
Laporan dari koran Xinjiang Daily dan the Global Times menyatakan bahwa seorang petani di wilayah Hotan ditahan setelah mengunggah buku elektronik berkapasitas dua gigabita tentang pemisahan diri, yang telah dibaca 30 ribu kali.
Dilshat Rexit, juru bicara Kongres Uighur Dunia untuk hubungan luar negeri, yang mendapat sebutan sebagai kelompok separatis dari pemerintah China, mengklaim bahwa sejumlah penyimpangan kebenaran ditujukan untuk memblokir Uighur dari dunia maya.
"Orang-orang yang ditahan telah menyatakan ketidakpuasan dengan pemerintahan China dan penindasan secara sistematis di daerah itu," kata Dilshat
"Tujuan dari pemerintah China ini adalah untuk menekan penggunaan Internet warga Uighurs untuk mendapatkan informasi dan menyampaikan berbagai sudut pandang," kata dia.
Media yang dikelola pemerintah China sebelumnya telah melaporkan bahwa warga Uighur telah berjuang dalam perang saudara di Suriah terhadap rezim Presiden Basyar al-Assad, kemudian kembali untuk mempraktikkan pengalaman militan mereka.
Anggota sebuah kelompok di balik sebuah serangan, di mana pemerintah China menyebutnya sebagai serangan teroris di Lukqun pada Juni lalu, yang menyebabkan 35 orang tewas, dikabarkan telah melihat video-video ekstremis sebelum melakukan penyerangan.
Alhsil, sebuah pengadilan menjatuhi hukuman mati kepada tiga orang serta satu orang lainnya dihukum 25 tahun penjara pada September lalu terkait serangan itu, dengan menyatakan mereka telah ikut ambil bagian dalam sebuah organisasi teroris, seperti dikutip kantor berita Xinhua ketika itu.
Bentrokan itu menjadi insiden kekerasan paling mematikan sejak 2009, ketika kerusuhan antara warga Uighurs dan etnis mayoritas di China yakni Han, yang menyebabkan 200 orang tewas.
Menurut statistik resmi populasi penduduk di Xinjiang terdiri dari 46 persen etnis Uighurs dan 39 persen dari etnis Han.
0 comments:
Post a Comment