Showing posts with label sejarah. Show all posts
Showing posts with label sejarah. Show all posts

Tuesday, April 21, 2015

Negara Mana Saja yang Paling Tidak Beragama di Dunia?

Katakepo.blogspot.com - Negara berpenduduk terbanyak di dunia juga merupakan negara yang paling tidak religius. Berdasarkan sebuah studi terbaru, 90 persen penduduk China menganggap diri mereka ateis atau tidak beragama.

Survei terhadap 65 negara itu, yang dilakukan Gallup International dan WI Network of Market Research dan diberitakan harian Washington Post pekan lalu, didasarkan pada 63.898 wawancara. China berada di puncak daftar negara yang paling tidak relegius di dunia, lalu diikuti negara-negara di Eropa. Sekitar tiga perempat penduduk Swedia dan Ceko misalnya juga mengatakan bahwa mereka ateis atau tidak beragama.

Walau masyarakat China punya tradisi religius yang mendalam, beberapa dekade pemerintahan Komunis telah menanamkan materialisme ateistis yang luas yang masih membuat terkejut banyak pengunjung negara itu.

Posisi teratas Swedia di antara negara-negara yang paling tidak religius di dunia juga mengherankan. Negara Skandinavia tersebut semakin menjadi sekuler dalam beberapa tahun terakhir, dan para pengamat memperhatikan adanya keterputusan antara popularitas tradisi religius seperti Natal atau Paskah dan komitmen agama yang benar.

Menurut Pemerintah Swedia, hanya delapan persen warga itu yang secara teratur menghadiri acara keagamaan. Situs internet Pemerintah Swedia memberikan penjelasan lebih lanjut tentang mengapa bangsa itu jauh lebih tidak religius ketimbang sejumlah negara tetangganya.

China dan Hongkong tampak menjadi orang asing (outlier) di Asia dengan jumlah warga ateis yang tinggi. Eropa Barat dan Oseania juga merupakan kawasan dengan sekitar 50 persen atau lebih dari populasinya menganggap diri mereka ateis atau tidak bergama.

Di Eropa Barat, Inggris dan Belanda berada di peringkat teratas, diikuti Jerman, Swiss, Spanyol, dan Austria. Di Perancis, sekitar setengah dari populasinya tidak beragama atau ateis. Padahal, secara historis, Perancis dianggap sebagai tempat kelahiran sekularisme Barat.

Israel juga mengejutkan karena banyak warganya, yaitu 65 persen, menganggap diri mereka tidak beragama atau ateis. Menurut surat kabar Israel, Haaretz, ateisme mengakar kuat di masyarakat negara itu. Banyak orang Yahudi melakukan ibadat agama, tetapi menganggap diri mereka sebagai orang sekuler. Di Tepi Barat dan Gaza, hanya 19 persen dari semua responden yang mengatakan bahwa mereka tidak beragama.

Studi itu juga menyoroti perbedaan lain dalam kebiasaan beragama yang tidak berhubungan dengan batas-batas negara. Para penulis survei itu menemukan bahwa orang yang berusia lebih muda dari 34 tahun cenderung lebih religius ketimbang responden yang lebih tua. Hal itu sangat mengejutkan dari perspektif AS. Di negara tersebut terjadi peningkatan terhadap jumlah warga lebih muda yang tidak mengidentifikasi diri dengan satu agama sama sekali. Pada warga AS yang lebih tua, yang terjadi adalah sebaliknya, mereka cenderung lebih religius.

Para peneliti juga meneliti sejumlah variabel lain selain usia. "Mereka yang dianggap tidak berpendidikan merupakan orang-orang yang paling religius, tetapi orang-orang religius merupakan kelompok mayoritas dalam semua tingkat pendidikan," demikian kesimpulan para peneliti tersebut.

Menurut analisis mereka, pendidikan memainkan peran yang lebih kecil dalam menentukan religiusitas individu ketimbang pendapatan. "Di antara mereka yang berpenghasilan menengah ke atas dan tinggi, kurang dari 50 persen mengatakan bahwa mereka beragama. Sementara itu, 70 persen dari mereka yang berpenghasilan menengah ke bawah dan rendah mengatakan bahwa mereka beragama.

Pengamatan ini mirip dengan studi sebelumnya oleh Pew Research Center yang menemukan bahwa tingkat religiositas sebuah negara erat kaitannya dengan PDB per kapita negara itu. Dengan kata lain, negara-negara yang lebih kaya cenderung kurang religius daripada negara-negara yang miskin. Satu-satunya yang berbeda dari pengamatan itu adalah China dan Amerika Serikat.

Daftar negara-negara yang paling tidak beragama ini tidak menunjukkan penurunan iman. Di seluruh dunia, enam dari 10 orang mengatakan bahwa mereka beragama. Kebanyakan orang beragama dapat ditemukan di Afrika dan Timur Tengah. Di negeri itu, delapan dari 10 orang akan menganggap diri mereka beragama, diikuti oleh Eropa Timur, Amerika, dan Asia.

"Dengan tren orang-orang muda yang semakin religius secara global, kita dapat mengasumsikan bahwa jumlah orang yang menganggap dirinya beragama akan terus meningkat," kata Jean-Marc Leger, Presiden WIN/Gallup International, seperti dikutip koran Inggris, Guardian.

Di antara 65 negara yang disurvei Gallup International, Thailand memimpin daftar negara yang paling religius. Sebanyak 94 persen populasi negara itu menganggap diri mereka religius. Armenia, Banglades, Georgia, dan Maroko menyusul Thailand dalam peringkat tersebut.

Laporan tersebut tidak menyebutkan Indonesia. Namun, berdasarkan peta grafis yang dikeluarkan WIN/Gallup International, Indonesia masuk wilayah warna biru. Hal itu mengindikasikan bahwa Indonesia termasuk dalam kategori negara yang kurang dari 25 persen populasinya menyatakan diri mereka tidak beragama atau ateis.


Friday, April 17, 2015

Beberapa Fakta Soal Online Dating yang Belum Anda Tahu

Katakepo.blogspot.com - Online dating kini memang semakain ramai di kalangan banyak orang. Namun ternyata masih banyak orang yang memandang sebelah mata dengan situs online dating atau mereka yang terlibat di dalamnya. Agar tahu lebih banyak soal online dating, yuk simak beberapa fakta tentang situs ini!
Online dating tidak menghilangkan sisi logika
Ladies, kebanyakan orang mengira bahwa pengguna online dating adalah mereka yang merasa bahwa setiap hari adalah hari kasih sayang. Atau mereka yang merasa bahwa hidup itu harus dipenuhi oleh drama cinta. Namun nyatanya hal tersebut tidaklah benar. Ternyata pengguna online dating juga tidak menghilangkan sisi logikanya. Bukan hanya bermanis-manis nonton film drama, orang memilih menggunakan online dating karena kesibukan mereka yang begitu padat. Sehingga apa yang lakukan dan bicarakan lebih bersifat realistis.
Nyata bermanfaat, tapi sering dilewatkan
Online dating itu ibarat satpam. Sering terlihat, nyata-nyata bermanfaat, tapi sering dilewatkan begitu saja. Konyolnya lagi, dalam soal cinta kita sering merasa sebagai "the one" dan yang akan menjadi jodoh kita adalah orang yang berada sangat jauh. Akhirnya mereka membuat dalih biar waktu yang menentukan. Sayangnya, fakta membuktikan bahwa 1 dari 5 orang di dunia dipertemukan dengan jodohnya oleh online dating, bukan waktu!
Siapa bilang single lebih bahagia dari yang sudah menikah
Beberapa orang mengatakan bahwa single lebih bahagia daripada yang sudah menikah. Jadi, apakah online dating menjerumuskan agar tidak bahagia? Sama sekali tidak. Melalui Setipe, Anda memang bisa melepas status single. Tapi bukan berarti menjadi single itu salah. Yang salah itu adalah jika Anda tidak mengerti arah dan tujuan hati Anda. Jika Anda masih tersasar urusan hati, Anda mungkin perlu mencoba tes psikologi.

Online dating membantu Anda untuk Bahagia.
Eric Weiner, seorang penulis yang berkeliling dunia mencari arti bahagia mengatakan, "Happiness is not a noun or verb. It's a conjunction!" Artinya, kebahagiaan itu berarti terkoneksi bukan sesuatu yang kita terima begitu saja. Tujuan utama berpasangan untuk melengkapi kebahagiaan yang sudah ada bukan?
Sisi realistis online dating adalah bentuk konkret mencari pasangan untuk melengkapi kebahagiaan. Satu klik Anda di online dating berarti seribu langkah lebih dekat dengan pasangan.
Lalu, apa semua orang yang mendaftar di online dating pasti akan menemukan jodohnya?
Ladies, dalam setiap hal, perjalanan dan usaha adalah kuncinya. Love is a journey! Jadi, apa Anda berani ikut online dating?

Wednesday, April 15, 2015

Batu Mulia, Andalan Ekspor di Sri Lanka, Pelipur Lara di Indonesia

Katakepo.blogspot.com - Melihat-lihat butik batu mulia di Kolombo, Sri Lanka, akhir Maret lalu, Kompas jadi teringat dengan demam batu akik yang tengah melanda Indonesia. Namun, ada perbedaan antara dunia batu mulia di Sri Lanka dan di Tanah Air.

Di Sri Lanka, orang mendapatkan batu mulia semata-mata untuk investasi. Di Indonesia, orang mengumpulkan batu permata bukan hanya untuk investasi, tetapi juga sebagai pelipur lara—terutama bagi kalangan masyarakat bawah. Batu mulia dalam bentuk batu akik menjadi sarana membangun komunikasi dan berpotensi merevitalisasi tradisi dan potensi masa lalu.

Di Kolombo, batu mulia umumnya dijual di butik-butik, galeri, dan toko-toko mewah dengan pengamanan ketat. Tempat-tempat itu umumnya ditandai dengan gardu jaga dan personel pengaman serta pintu lipat berjeruji, seperti terlihat pada Jumat (20/3/2015) siang. Iklan batu mulia di beberapa media cetak lokal berbahasa Inggris tampil mewah.

”Harganya 4.000 dollar AS,” kata seorang penjual batu ruby di salah satu butik sambil menunjukkan sebutir ruby seberat 25 karat.

Bagi Sri Lanka, batu mulia memang menjadi salah satu penangguk devisa. Doktor Geologi DH Ariyaratna, dalam bukunya, Gems of Sri Lanka (Sri Lanka National Gem and Jewelery Authority, September 2013) menulis, 5 persen dari total ekspor Sri Lanka berasal dari ekspor mineral. Dari total ekspor mineral itu, 60 persen di antaranya berasal dari ekspor batu permata.

Masih menurut buku tersebut, sudah sejak abad pertama Sri Lanka dikenal sebagai negeri bertabur batu permata sampai Marcopolo datang pada 1293 dan menamai negeri tersebut sebagai Zeilan atau sila dalam bahasa Pali, Sanskerta, yang artinya batu (permata). Nama yang diberikan Marcopolo itu kemudian berubah menjadi Ceylon.

Marcopolo menulis, hanya di pulau ini ditemukan batu permata ruby terbaik dan tertinggi nilainya di dunia. Selain ruby, ada pula safir, topaz, ametis, dan garnet dengan kualitas terbaik pula. Ibnu Batuta, penjelajah asal Maroko yang datang ke Sri Lanka pada awal abad ke-14, pun menulis, batu permata bertebaran hampir di seluruh sudut Serandib, nama lain Sri Lanka.

Ariyaratna menambahkan, ada 20 lokasi dengan banyak batu permata bertaburan di Sri Lanka. Lokasi-lokasi itu, antara lain, Ratnapura, Hatton, Pelmadulla, Polonaruwa, Okkampitiva, Matale, Kuruwita, Badulla, dan Monaragala.

Di Ratnapura pernah ditemukan batu safir biru seberat 850 karat dan safir 2.501 karat di suatu tempat, 18 kilometer di luar Ratnapura. Di Hatton pernah didapatkan batu aquamarine seberat 7,5 kilogram. Sementara di Pemadulla pernah didapatkan batu safir biru gelap seberat 250 karat. Di Kuruwita, pernah didapatkan safir kuning seberat 850 karat.

Sampai awal tahun 1970-an, hanya ada dua jenis batu permata andalan ekspor Sri Lanka, yakni ruby dan termasuk safir bintang berwarna hitam. Namun setelah itu, bermunculan berbagai batu permata dengan tingkat kekerasan yang sama dengan ruby dan safir, yakni 9 pada skala Mohs.

Menjalin komunikasi

Di Indonesia, terutama Jakarta, orang mengumpulkan batu mulia bukan semata demi investasi meski dewasa ini harganya juga makin melejit. ”Kami memanfaatkan wabah batu akik untuk menjalin komunikasi dengan warga,” kata anggota Binmas Kepolisian Sektor Metro Palmerah, Jakbar, Ajun Inspektur Satu Tugianto, Kamis (9/4/2015). Ia menjelaskan, wabah batu akik yang terjadi setahun belakangan membuat beban kerja Binmas berkurang.

”Kami bisa dengan mudah berkumpul dengan para pengojek di pangkalan, warga di pos hansip, atau komunitas batu akik di salah satu rumah anggota komunitas,” ucapnya. Di sela percakapan tentang batu akik inilah, Tugianto mengumpulkan informasi, mengimbau, memonitor, memediasi, dan merangkul warga.

Hal yang sama juga ia lakukan kala tren sepeda menjadi wabah. ”Tetapi, saat itu rentang rangkulan kami lebih terbatas. Sebab, pemilik sepeda kebanyakan dari kelas menengah saja. Kalau pemilik batu akik, kan, sekarang dari kelas atas sampai kelas bawah,” tuturnya.

Sulaiman (41), tukang ojek, mengatakan, setelah ia mendapat pekerjaan sambilan membuka lapak batu akik, pendapatannya bertambah sampai tiga kali lipat. Edy (46), salah satu warga Kemanggisan, Jakarta Barat, mengatakan, setelah ia mengenal dunia batu akik sejak enam bulan lalu, ia bisa mengakhiri kebiasaan buruknya berjudi.

Istrinya pun senang. Sebab, setelah ia menjadi pedagang khusus batu bacan, Edy yang memiliki 10 unit kos tak lagi memboroskan uang hasil kontrakan untuk berjudi. Ia justru mendapat penghasilan tambahan.

Baik Sulaiman maupun Edy mengatakan, relasi pertemanannya pun meluas tanpa kenal kelas lagi. ”Ya, kalau udah ngomongin batu akik di lapak saya, enggak ada lagi tuh orang kaya, orang miskin, orang penting, orang pinggiran. Habis semuanya pada pakai celana pendek sama kaus doang,” kata Sulaiman sambil tertawa.

Guru Besar Sosiologi UI Prof Mustofa berpendapat, nilai akik di Indonesia tak sebatas nilai kebendaan saja, ”Tetapi juga tentang mitos dan tradisi, sugesti, dan gaya hidup yang oleh Weber (Maximilian Weber, sosiolog dan ekonom asal Jerman) disebut sebagai rasionalitas tradisional.”

Istimewanya, dunia batu akik di Indonesia itu memberikan ruang bermain lebih luas bagi kelas bawah. ”Bagi mereka, dunia batu akik bisa menjadi pelipur lara dan mainan mengasyikkan. Gengsi mereka pun dalam pergaulan antarkelas terangkat,” ucap Mustofa.

Sekretaris Jenderal Komunitas Batu Mulia Sujatmiko mengatakan, dampak sosial wabah batu akik di Indonesia positif.

Di tempat terpisah, psikolog sosial Prof Dr Sarlito Wirawan mengingatkan, momentum wabah akik ini bisa segera dimanfaatkan memperluas sektor ekonomi kreatif dan pariwisata. ”Jangan sampai tren batu akik cuma mengulang tren ikan louhan dan tanaman hias gelombang cinta saja,” ujarnya.

Nasib tragis situs rumah tua Pondok Cina

Katakepo.blogspot.com - "Jas merah: Jangan sekali-kali melupakan sejarah," demikian salah satu pesan Presiden Pertama RI Soekarno. Namun pesan itu ternyata tak dipegang baik-baik oleh Pemerintah Kota Depok. Bagaimana tidak, bangunan bersejarah yang ada di Depok perlahan namun pasti mulai ditelan pusat perbelanjaan dan gedung-gedung bertingkat.

Tengoklah Rumah Tua Pondok Cina. Rumah bergaya arsitektur Belanda itu harus terapit megahnya pembangunan hotel di area pusat perbelanjaan megah Margo City. Mungkin musisi legendaris Iwan Fals tak salah jika dia pernah membuat lagu berjudul 'Ujung aspal Pondok Gede'. "Sampai saat tanah moyangku tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota," begitu petikan reff rain karya Virgiawan Listanto yang masih membumi saat ini.

Petikan itu seolah menjadi pembenaran atas pembangunan sebuah kota. Esensi pembangunan massal menjadi seolah wajar jika situs bersejarah harus menjadi kenangan. "15 tahun lalu rumah itu masih dalam kondisi utuh," kata Adi, 50 tahun warga asli Pondok Cina saat ditemui kemarin.

Kini bangunan itu memang terbengkalai. Tepatnya sejak pembangunan hotel tepat di depan Margo City Square. Area di pelataran rumah tua Pondok Cina kini ditutup sementara oleh pengembang Margo City, PT Puri Dibya. Rumah itu memang menjadi daya tarik bagi pengunjung Margo City. Ulasan sejarah Kota Depok itu pun ditorehkan melalui media reklame buat menambah daya tarik pengetahuan pengunjung.

Sebelum ditutup sementara, rumah Pondok Cina pernah dijadikan cafe. Oh La La Cafe pernah nangkring di rumah tua itu untuk melengkapi sarana area pusat perbelanjaan Margo City Square. Setelah itu Old House Coffe menjadi penghuni selanjutnya. Pengunjung bisa menikmati kopi sambil berhayal jadi tuan tanah. Maklum, Old House Coffe memanjakan pengunjung dengan menyeruput kopi sambil menikmati sisa gaya arsitektur Belanda rumah tua itu.

Kini rumah itu seoalah tak terurus. Cat di dinding rumah tua Pondok Cina sebagian mengelupas. Pelataran dengan lantai berwarna merah itu bercampur dengan tanah. Deru mesin pemotong dari para pekerja bangunan hotel itu menjadi lagu merdu bagi para pengunjung yang sekadar ingin melongok rumah Pondok Cina.

Sekilas rumah itu memang tak berubah. Namun beberapa bagian ada penambahan. Misalnya, atap rumah bisa dijadikan tempat buat nongkrong. Padahal sebelum dibangun Margo City, rumah Pondok Cina bisa dilihat ketika melintas di Jalan Margonda Raya. "Dulu hanya dipagari seng dan berisi tukang tanaman," ujar Adi mengenang. Kini jangan harap rumah Pondok Cina bisa terlihat dari Jalan Margonda Raya.

Sebelum mata ini dibuat terpukau oleh gaya arsitektur bangunan rumah tua itu, Hotel puluhan lantai lebih dulu menjadi pemandangan paling utama selain menara Pusat Perbelanjaan Margo City.

Ferdy Jonathans Koordinator Bidang Harta Milik Yayasan Lembaga Cornelis Castelein (YLCC) mengatakan jika rumah tua Pondok Cina merupakan salah satu situs bersejarah Kota Depok. Keberadaannya menjadi tak terelakan sebagai bentuk asal muasal nama Pondok Cina. "Sebelum Cornelis membeli tanah di Depok rumah itu sudah ada," kata Ferdy saat ditemui di kediamannya, Jalan Kartini, Depok Lama kemarin.

"Bahkan Cornelis pun membeli sebagian tanah dari pemilik rumah itu. Rumah itu dulu dimiliki oleh orang Cina bermarga Tan" ujarnya menegaskan.

Ferdy pun lantas menceritakan sejarah singkat soal keberadaan Rumah Pondok Cina. Dia menuturkan jika keberadaan orang-orang etnis Tionghoa tak lebih ketika melakukan dagang di wilayah Depok. Keberadaan orang Cina di Depok diyakini sudah lama sebelum Cornelis Castelein membeli tanah dan mempekerjakan 150 orang di Depok.

"Ada hubungannya dengan keberadaan Klenteng di Lenteng Agung," tutur Ferdy yang juga merupakan keturunan dari 12 marga budak Cornelis. Ferdy bermarga Jonathans.

Hubungan dagang orang-orang Tionghoa di Depok memang tak dibatasi oleh Cornelis. Namun Cornelis membatasi agar para pedagang etnis Tionghoa itu tak tinggal di wilayah Depok. "Mereka akhirnya mendirikan pondok-pondok di sepanjang Kali Ciliwung daerah Pondok Cina," kata Ferdy.

Karena banyaknya pondok-pondok berisi orang Tionghoa, maka nama daerah yang dulu disebut Kampung Bojong itu berubah menjadi Pondok Cina hingga kini.

Sebagai pengelola kawasan pusat perbelanjaan Margo City Square, PT Puri Dibya Properti berjanji tidak akan menghilangkan bangunan bersejarah tersebut. "Sebetulnya tidak perlu diingatkan kita akan menjaga bangunan itu," kata Manager Marketing Communication Margo City Square, Rani Fitriawati melalui seluler semalam.

Bangunan rumah Pondok Cina itu pun diklaim tidak diubah. "Bangunan lama tetap dengan struktur sesungguhnya."

Rani pun menjelaskan soal penutupan sementara aktivitas Old House Coffe di rumah tua Pondok Cina. Penutupan itu dilakukan lantaran sedang ada pembangunan hotel yang menjadi kawasan Margo City. "Memang kita tutup sementara karena pembangunan hotel," ujarnya.

10 Kisah wanita jual keperawanan dengan harga 'ugal-ugalan'

Katakepo.blogspot.com - Harga keperawanan? Ini mungkin terdengar tabu bagi masyarakat Indonesia. Apakah mereka itu benar-benar melampirkan 'pricetag' untuk hal yang abstrak? Mungkin ini bisa jadi pertanyaan subyektif, sebab bagi sebagian orang keperawanan adalah hal yang tak ternilai. Namun tidak untuk dijual juga.

Dikutip dari The Richest, berikut ini adalah daftar 10 wanita yang menjual keperawanannya dengan harga yang sangat tinggi. Tapi sebenarnya apa yang diharapkan mereka dengan menjual keperawanannya? Di sini akan dikupas alasannya secara rinci. Seperti apa kisahnya dan berapakah harganya? Simak ulasannya berikut ini.

Gadis Irlandia

Seorang gadis yang berasal dari Irlandia yang tidak disebutkan namanya berniat untuk menjual keperawanannya dengan harga USD 10.000 atau setara dengan Rp 130 juta.

Hal tersebut dilakukannya pada tahun 2011 dengan cara memposting iklan di Gumtree (website iklan baris gratis) demi mengumpulkan uang untuk mendaftar ke sekolah seni.

Rosie Reid

Seorang gadis bernama Rosie Reid lulus dari Bristol University. Dia terlilit hutang kepada universitas sebesar USD 22.000 atau setara dengan Rp 286 juta. Untuk itu, dia berniat menjual keperawanannya dengan nominal USD 12.300 atau sekitar Rp 160 juta.

Benar, seorang insinyur BT membeli dengan harga tersebut. Reid mengatakan bahwa 'seks mengerikan' itu akhirnya terjadi juga. Namun dia mengaku senang karena pembeli itu benar-benar membayar dengan jumlah uang yang disepakati.

Alina Percea

Sama seperti Rosie, Alina Percea juga melelang keperawanannya untuk membayar tingkat komputasinya. Seorang pengusaha Italia adalah penawar tertinggi untuk itu. Kemudian dia membayar biaya perjalan Alina ke Venesia untuk menghabiskan waktu bersama dengan tour dan makan di sebuah hotel mewah.

Hanya saja, cerita berubah saat Aline ternyata justru menyukai pengusaha tersebut. Tidak disebutkan bagaimana kisah keduanya. Yang jelas, Alina mendapatkan uang tunai sejumlah USD 13.000 (sekitar Rp 168,9 juta) dari lelang keperawanannya.

Unigirl

Seseorang menggunakan username Unigirl pada iklan sebuah situs web untuk menjual keperawanannya. Uang tersebut dikatakan untuk membiayai kuliahnya. Dalam iklan tersebut dia menggambarkan dirinya sebagai gadis yang fit, menarik, sehat, berusia 19 tahun, dan belum pernah melakukan seks sebelumnya.

Di akhir lelang, iklannya mendapat 12.000 orang penawar dengan nominal lebih dari USD 30.000. Hingga akhirnya penawar tertinggi adalah USD 32.000 atau setara dengan Rp 415,8 juta.

Cathy Cobblerson

Ini lebih gila lagi. Seorang gadis bernama Cathy Cobblerson mendaftarkan keperawanannya untuk dijual di situs besar eBay! Cathy mengatakan bahwa dia melakukan hal tersebut untuk melunasi tagihan kartu kredit.

Dia memasang harga sebesar USD 100.000 atau sekitar Rp 1,3 miliar. Saat itu Cathy menuliskan dirinya berusia 24 tahun dan tidak ingin dibeli oleh orang yang 'bermain kasar' atau lesbian. Cathy memberikan kategori di mana pembeli keperawanannya harus orang yang bisa memberikan kehangatan. Namun tanpa alasan yang jelas, iklan tersebut diturunkan.

Elizabeth Raine

Elizabeth Raine memiliki nama asli Hanna Kern. Dia merupakan seorang mahasiswa berprestasi di Universitas Washington. Secara mengejutkan dia memasang keperawanannya untuk dijual. Namun belum juga terbeli, dia kemudian mundur dari pelelangan tanpa alasan yang jelas.

Kala itu lelang telah masuk ke angka USD 801.000 atau sekitar Rp10,4 miliar. Saat ditanya mengapa mundur dari pelelangan, dia menjawab, "Saya telah memutuskan untuk menghentikan keributan ini. Lagipula saya masih memiliki keyakinan bahwa keperawanan adalah harta yang paling berharga bagi wanita. Saya hanya ingin menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama."

Saat itu, pihak universitas langsung marah saat mengetahui Hanna melakukan hal tersebut karena dianggap menodai nama besar universitas. Terlebih lagi, Hanna dikenal sebagai orang yang pemalu dan sangat kutu buku.

Catarina Migliorini

Catarina Migliorini telah mencoba menjual keperawanannya sebanyak empat kali dan semua berujung dengan kegagalan. Dia berubah pikiran dan akhirnya menarik diri.

Pelelangan pertama terjadi pada tahun 2012 dan mendapatkan Natsu, orang kaya asal Jepang sebagai penawar tertinggi. Namun sebelum dibayar Catarina menarik diri dan tidak jadi menjual perawannya. Akan tetapi tak berhenti di situ, dia kembali berniat menjual lagi di situsnya. Kala itu dia mendapat penawaran USD 440.000 atau setara dengan Rp 5,7 miliar. Lagi-lagi dia membatalkan pelelangannya.

Graciela Yataco

Graciela dibesarkan dari keluarga miskin di Lima, Peru. Ibunya memiliki penyakit jantung dan ginjal dan tidak ingin melihatnya anak laki-lakinya putus sekolah. Melihat keinginan ibunya, Graciela berniat menjual keperawanannya untuk menghidupi keluarga dan menyekolahkan saudara laki-lakinya.

Dia memasang iklan di koran dan penawaran tertinggi kala itu adalah USD 1,5 juta atau sekitar Rp 19,4 miliar dari miliarder asal Kanada. Namun setelah hampir mencapai kata sepakat, tiba-tiba dia membatalkan hal itu. Dia berpikir bahwa nantinya dia akan menodai keluarga jika memang dia bersedia menjual keperawanannya kepada orang lain hanya demi uang.

Raffaella Fico

Raffaella besar di Italia. Dia adalah seorang penyanyi sekaligus model. Dia diduga terlibat hubungan asmara dengan pesepakbola Cristiano Ronaldo. Selain itu dia juga memenangkan kompetisi Miss Grand Prix 2007 yang juga merupakan kontestan di reality show Big Brother Italia.

Cukup mengejutkan ketika dia memutuskan untuk melelang keperawanannya dengan banderol 1 juta Euro atau sekitar Rp 13,7 miliar. Dalam sebuah wawancara dia berkata bahwa dirinya sangat sabar menanti siapa yang akan membelinya.

"Saya akan sangat sabar menanti. Siapa kira-kira yang akan rela mengeluarkan uang demi mendapatkan saya."

Natalie Dylan




Natalie Dylan menjual keperawanannya dengan motif percobaan sosiologis. Dia ingin mengetahui bagaimana orang merespon ketika ada yang membuka itu. Kala itu dia berusia 22 tahun dengan gelar sarjana. Dia berencana untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang Strata 2 dengan mengambil judul tesis tentang 'Nilai Keperawanan'.

Itulah sebabnya dia melakukan hl tersebut. Dia menjadikan dirinya sendiri sebagai bahan percobaan. Keperawanannya ditawarkan dalam sebuah iklan dan nyaris terjual dengan nilai USD 3,7 juta atau setara dengan Rp 48 miliar.