Friday, November 8, 2013

Mengenal Sosok Bos Baru BlackBerry

Katakepo.blogspot.com - BlackBerry mengumumkan berbagai keputusan penting pada Senin (14/11/2013) pagi waktu Kanada. BlackBerry memutuskan untuk membatalkan niatnya untuk menjual perusahaan, menerima dana investasi sebesar 1 milliar dollar AS dari perusahaan lain, dan salah satu yang terpenting, mengganti pemimpin perusahaan.

Ya, BlackBerry akhirnya mengganti Thorsten Heins, CEO yang telah memimpin perusahaan asal Kanada ini selama hampir dua tahun lamanya. BlackBerry pun memutuskan untuk mengganti Heins dengan mantan pemimpin perusahaan Sybase, John Chen.

Mulai November 2013, Chen akan menjabat sebagai CEO sementara dan juga salah satu Chairman BlackBerry. Sambil mencari CEO baru, Chen bakal bertanggung jawab menentukan arah, hubungan, dan tujuan strategis BlackBerry.

Pertanyaan besarnya, siapakah sebenarnya John Chen?

Chen ternyata bukanlah orang asing di dunia TI Amerika Serikat. Ia merupakan salah seorang eksekutif senior di Silicon Valley dan masuk ke jajaran petinggi di Fortune 500. Ia juga merupakan salah satu kunci penyelamat Sybase di masa sulitnya.

Chen kecil sempat bersekolah di Northfield Mount Hermon School. Selesai masa sekolah, ia melanjutkan jenjang pendidikannya ke salah satu universitas terkenal di Amerika Serikat, Brown University dan mendapatkan gelar elektro pada tahun 1978. Setahun sesudahnya, Chen mendapatkan gelar master dari universitas California Institute of Technology.

Karier Chen di dunia TI sangatlah mengesankan. Awalnya, seperti dikutip dari The Globe and Mail, Chen bergabung ke sebuah perusahaan bernama Unisify sebagai Design Engineer, sebelum akhirnya diangkat menjadi Vice President di perusahaan ini juga.

Pada tahun 1991, pria berumur 58 tahun ini memutuskan untuk pindah ke Pyramid Technology. Di perusahaan ini, ia menjabat sebagai Executive Vice President, kemudian diangkat menjadi President, Chief Operating Officer, dan Director di perusahaan ini pada tahun 1993.

Di tahun 1995, Chen kembali berpindah perusahaan. Kali ini, Chen memilih perusahaan TI lainnya, Siemens Nixdorf, sebagai Vice President. Kemudian, ia dipromosikan menjadi President dan CEO Siemens Nixdorf Open Enterprise Computing Division di tahun 1996.

Chen kembali "melompat" ke perusahaan lain, Sybase, pada tahun 1997. Di awal kariernya di perusahaan layanan sistem database ini, Chen langsung ditempatkan sebagai COO dan akhirnya menjadi CEO dan President pada satu tahun sesudahnya.

Kemampuan anak pengungsi dari Hongkong ini benar-benar diuji di Sybase. Chen, sebagai pemimpin perusahaan, harus berpikir keras untuk membawa Syabase yang sedang dalam masa kritis. Pada saat itu, Sybase telah mengalami kerugian selama empat tahun berturut-turut.

Dengan bakat dan kemampuannya, pria kelahiran 1 Juli 1955 ini mampu mengeluarkan Sybase dari masa krisis, dari merugi menjadi untung ratusan juta dollar AS, hanya dalam waktu satu dekade saja. Chen juga berhasil meningkatkan nilai kapitalisasi perusahaan dari 362 juta dollar menjadi 5,8 milliar dollar AS.

Pada tahun 2010, Sybase akhirnya dibeli oleh salah satu perusahaan raksasa TI, SAP. Awalnya, Chen memutuskan untuk bertahan di SAP. Namun, ia memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut pada awal tahun 2012 karena tidak juga mendapatkan posisi senior.

Tahun 2012, Chen bergabung dengan perusahaan ekuitas swasta Silver Lake sebagai penasihat senior.

Hingga saat ini, Chen masih tercatat sebagai salah satu petinggi di Wells Fargo & Company dan juga Walt Disney.

Dengan segudang pengalaman yang dimilikinya tersebut, akankah Chen menjawab tantangan untuk menyelamatkan BlackBerry, seperti yang dilakukannya terhadap Sybase? Kita tunggu saja. Sumber: the globe and mail

Demokrat: Enggak Perlu Takut Kritik Jokowi

Katakepo.blogspot.com - JAKARTA,Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Melanie Leimena Suharli, menyatakan, kritik yang dilontarkan elite partainya kepada Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, berdasarkan fakta-fakta di lapangan. Oleh karena itu, Melanie pun mengaku tak perlu ada yang ditakuti dari mengkritik Jokowi meski nantinya akan menjadi bulan-bulanan publik.

“Kalau memang tidak bagus, dikritisi memang perlu. Enggak perlu merasa takut, toh yang kita nyatakan adalah hal yang benar,” ujar Melanie di Kompleks Parlemen, Kamis (7/11/2013).

Wakil Ketua Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) itu menuturkan, selama tidak memiliki motif untuk menjatuhkan Jokowi, maka dia yakin publik juga akan bisa membedakannya.

“Kalau kita cari fakta-fakta baru, itu baru namanya menjatuhkan,” ucap Melanie.
Menurutnya, menyampaikan suatu fakta kepada publik memang tidak selalu berbuah dukungan. Terkadang fakta yang dilontarkan justru menimbulkan serangan balik. Melanie melihat hal itu sebagai konsekuensi dari kebebasan menyatakan pendapat di negeri ini.

“Kalau sudah menyatakan pendapat, kita harus siap apa pun konsekuensinya, termasuk di-bully,” kata Melanie.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo belakangan kerap dikritik oleh para elite Demokrat. Kritik antara lain dilontarkan oleh Ruhut Sitompul, Nurhayati Ali Assegaf, Ramadhan Pohan, hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyno. Ruhut mengkritik program Jokowi yang tak jauh berbeda dari gubernur DKI Jakarta sebelumnya, Fauzi Bowo.

Sementara itu, Nurhayati mengkritik Jokowi dengan banyaknya kasus kebakaran di Ibu Kota. Lain lagi dengan Ramadhan Pohan yang mengkritik Jokowi soal penyadapan Amerika Serikat di Indonesia. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat itu menuding Jokowi turut andil memberikan peluang kepada Amerika untuk menyadap Indonesia karena memberikan izin renovasi gedung kedutaan Besar AS yang dicurigai sebagai tempat pengumpulan sinyal alat sadap.

Terakhir, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono lepas tangan soal kemacetan di Jakarta. SBY bercerita pernah ditanya oleh perdana menteri di acara ASEAN Summit di Brunei Darussalam, beberapa waktu lalu.

Saat itu, SBY mengaku "tertusuk" saat ditanya soal kemacetan Jakarta. SBY mengaku bingung harus menjelaskan apa karena persoalan kemacetan menurutnya adalah urusan Jokowi selaku Gubernur. Atas berbagai serangan dari elite Demokrat ini, Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristyanto melihat para elite Demokrat tengah menjatuhkan elektabilitas Jokowi.

Pemanasan Global Bisa Bikin Ular Tumbuh Sebesar Bus

Katakepo.blogspot.com - Pada masa di mana Bumi mengalami pemanasan global di masa lalu, reptil adalah makhluk raksasa sementara mamalia makhluk kerdil. Perbandingannya, jika ular sebesar kuda, maka kuda hanya sebesar kucing.

Dalam konferensi ScienceWriter 2013 di Gainesville, Jonathan Bloch, paleontolog dari Florida Museum of natural History mengungkapkan bahwa jika emisi karbon terus bertambah dan Bumi makin panas, di masa depan, ular bisa menjelma jadi makhluk raksasa lagi, tumbuh sampai sebesar bus.

Bloch menilik kembali periode yang disebut dengan Paleocene-Eocene Thermal Maximum, sekitar 55 juta tahun lalu. Pada periode itu, Bumi mengalami pemanasan, temperatur global meningkat 6 derajat celsius dalam jangka waktu 200.000 tahun.

Pada masa itu hidup kura-kura spesies Carbonemys cofrinii. Analisis fosil mengungkap, kura-kura itu sangat besar, tengkoraknya mencapai 24 cm dan cangkangnya 172 cm. Selain itu, kura-kura itu juga punya rahang kuat, sanggup memakan buaya.

Pada lima juta tahun setelah punahnya dinosaurus, 60 juta tahun lalu, ada pula ular yang ukurannya sampai sebesar bus, bernama Titanoboa. Berat ular yang pada masa lalu hidup di Amerika Selatan itu mencapai 1,25 ton.

Sementara pada periode itu reptil meraksasa, pada periode pemanasan lain yang terjadi 53 juta tahun lalu, mamalia mengerdil. Hal itu dikatakan oleh paleontolog dari University of Michigan, Philip Gingerich.

"Fakta bahwa itu terjadi dua kali meningkatkan kepercayaan diri kita bahwa kita melihat sebab akibat, bahwa satu respons menarik dari pemanasan global adalah pengerdilan ukuran tubuh jenis mamalia," kata Gingerich seperti dikutip Daily Mail, Selasa (5/11/2013).

Gingerich mengatakan, mengecilnya ukuran tubuh merupakan respons alami mamalia pada peningkatan suhu. Peningkatan suhu menyulitkan mamalia mempertahankan suhu tubuh dan semakin sulit mencari makanan. Efek pemanasan global saat ini bagi mamalia di masa depan sebenarnya bisa ditebak.

Studi mengungkap, pada periode yang disebut Eocene Thermal Maximum 2 (53,7 juta tahun lalu) yang berlangsung selama 80.000 hingga 100.000, kuda mengerdil hingga hanya berukuran sebesar kucing.

Menurut Bloch, jika level karbon dioksida di Bumi terus bertambah, apa yang terjadi di masa lalu bisa terulang. Spesies ular super mungkin akan muncul. Entah apa yang akan terjadi pada manusia.

Bloch akan terus menggali beragam fosil untuk mengetahui bangkitnya spesies mamalia di masa lalu. Menurutnya, pemahaman tentang apa yang terjadi di masa lalu menjadi kunci persiapan menghadapi masa depan.

Bloch, seperti diberitakan NBC News, Selasa, mengungkapkan bahwa Bumi memang akan secara alami punya mekanisme untuk mengurangi karbon dioksida. Namun, akan lebih baik jika manusia juga bisa berperan.

Menurut Bloch, bila manusia mampu berperan, maka yang pasti manusia takkan merugi akibat pemanasan global. Peristiwa yang terjadi pada pemanasan global di masa lalu akan menjadi semacam panduan bagi manusia.

Nikon Df, Kamera Full-frame Bertampang Retro

Katakepo.blogspot.com - Nikon memperkenalkan sebuah DSLR baru yang bentuknya mengingkatkan pada kamera-kamera Nikon F dari era film. Namanya, Nikon Df. Kamera ini memadukan teknologi sensor digital full-frame (FX) dalam bodi berbentuk "klasik" dengan balutan material bertekstur kulit dan bahan logam berwarna silver.

Sebagaimana dilansir oleh The Verge, Nikon Df pun mengusung serangkaian kenop dan tombol kontrol mekanik ala kamera tempo dulu.

Kecepatan rana, misalnya, ditentukan lewat kenop di bagian atas kamera, begitu pula dengan tingkat ISO dan exposure compensation. Tak ketinggalan tombol shutter yang bisa dipasangi sekrup mechanical release.
Nikon Tampak depan kamera Nikon Df
Bukan hanya tampangnya saja yang lawas, Nikon Df pun sepenuhnya mendukung semua lensa SLR yang pernah dibuat Nikon, mulai seri AF-S yang terkini hingga lensa non-Ai buatan tahun 1959, ketika Nikon pertama kali memperkenalkan SLR "F-Series".

Nikon Df sanggup melakukan metering otomatis dengan lensa-lensa lawas tersebut tanpa harus melakukan indexing manual terlebih dahulu.

Adapun jeroan Nikon Df sepenuhnya menggunakan teknologi modern. Sensor FX 16 megapixel di kamera ini serupa dengan milik DSLR high-end seri D4 dari perusahaan yang sama. Rentang sensitivitasnya mulai dari ISO 100 hingga 12800.

Nikon Df menggunakan image processor EXPEED 3. Fitur lain termasuk layar LCD 921k, sistem AF 39-titik, metering 3D Matrik 2.016 pixel, kecepatan rana maksimum 1/4000 detik, dan burst rate 5,5 FPS.
Nikon
Tampak belakang dan atas kamera Nikon Df
Satu hal yang tak dimiliki Nikon Df adalah kemampuan merekam video. Kamera ini hanya sanggup mengambil gambar diam, mungkin karena alasan teknis atau memang menekankan fungsi fotografinya.

Tampang "jadul" Nikon Df harus ditebus dengan harga mahal. Df akan dijual seharga 2.999 dollar AS atau sekitar 34 juta rupiah untuk versi kit dengan lensa 50mm f/1.8G yang baru, dan 2.750 dollar AS atau sekitar 31,5 juta rupiah untuk versi body-only. Kamera ini rencananya bakal mulai tersedia pada akhir November 2013.
Sumber: The Verge

Ponsel "Mengaburkan" 50 Sapi

Katakepo.blogspot.com - Satu lagi contoh bahwa menggunakan ponsel saat berkendara bisa menimbulkan petaka. Seorang pengemudi wanita bernama Daisy Cowit menabrak kawanan sapi yang sedang menyeberangi jalan di wilayah Orange County, Amerika Serikat.

Saksi mata melaporkan bahwa Cowit terlihat sedang sibuk mengetik di ponsel sebelum jip yang dikendarainya menghantam enam dari 50 sapi perah yang  "numpang lewat" tersebut.

Dikutip dari Cnet, Cowit sendiri mengaku ketika itu tak sedang mengetik pesan singkat atau SMS, tetapi hanya memeriksa panggilan masuk di ponselnya. Apa boleh buat, kecelakaan sudah terjadi. Tiga sapi menjadi korban, terluka parah dan terpaksa dioperasi.

Saking kerasnya tabrakan, salah satu sapi yang beratnya bisa mencapai 600 kg itu sempat terpental ke udara setelah dihantam mobil Cowit.

Mike Hosking, peternak yang nyaris turut menjadi korban dalam kejadian itu, mengaku tak habis pikir mengapa seorang pengemudi tak bisa melihat kawanan sapi miliknya sedang melintasi jalan.

"Kalau Anda tak menyadari ada 50 sapi di jalan, berarti Anda sedang melakukan sesuatu (yang tak seharusnya dilakukan)," kata Hosking. Dia mengaku bahwa sapi-sapi tersebut sangat penting untuk kelangsungan hidup peternakannya. Tiap sapi penghasil susu itu dihargai hingga 3.000 dollar AS.

Beruntung, tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, termasuk dari kawanan sapi. Kendati demikian, Cowit tetap harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Wanita 21 tahun ini dijadwalkan masuk pengadilan pada 21 November untuk menghadapi beberapa tuduhan terkait pelanggaran lalu lintas. Sumber: CNET