Saturday, December 28, 2013

Sudah Ada Ide Bikin Rak Buku? Contoh Para Pesohor Ini!

Katakepo.blogspot.com - Para pesohor dunia, seperti John Mayer, Ellen DeGeneres, dan nama-nama besar lainnya ternyata gemar membaca buku. Mereka tidak hanya menikmati kegiatan bersantai bersama sebuah bacaan menarik, namun juga secara khusus membuat ruang membaca milik mereka agar tampak begitu apik.

Mungkin, Anda bisa terinspirasi dengan kegemaran mereka itu. Berikut ini lima tips sederhana dari para pesohor untuk mengatur rak buku dan ruang membaca di rumah Anda.

Elle Decor menampilkan ruang membaca apik milik Candace Bushnell, penulis Sex and the City, dalam apartemen di Manhattan miliknya. Bushnell mengatur ruang membaca, beserta isi rak bukunya dengan nuansa warna merah muda. Bushnell menyisipkan cukup banyak buku berwarna merah muda pada rak bukunya, dan mengisi ruang membaca dengan beberapa tempat duduk berwarna merah muda yang lembut.

Rak buku yang terkesan lebih hangat dan alami berada di rumah perkebunan milik Portia de Rossi dan Ellen DeGeneres. Rak buku yang terbuat dari lembaran kayu "terbelah" oleh perapian batu berwarna abu-abu.

Di antara buku, de Rossi dan DeGeneres memajang hiasan-hiasan patung kayu dan lukisan. Tidak jauh dari rak tersebut, mereka menempatkan sofa besar berwarna putih yang tampak sangat nyaman dan sebuah kursi kulit berwarna coklat.

Inspirasi penataan rak buku ketiga datang dari penulis lagu dan penyanyi John Mayer. Di rumahnya, sebuah apartemen di Manhattan, Mayer memberikan penataan yang begitu santai tanpa bersusah payah.

Rak bukunya berwarna putih, sama seperti dinding. Rak tersebut bersanding dengan lantai kayu yang tidak terlalu terang dan tidak terlalu gelap.

Namun, Mayer tampaknya tidak seperti Bushnell yang memikirkan warna buku apa yang ingin dia pajang. Namun, Anda tetap bisa melihat pola di sana. Mayer memajang lukisan berlatar belakang oranye pada rak buku, kemudian menggunakan lampion dan bunga-bunga berwarna oranye di meja makan, tidak jauh dari rak buku.

Rak buku selanjutnya milik desainer fesyen Mark Badgley dan James Mischka. Rak buku milik Badgley dan Mischka berisi buku-buku resep. Maka itu, mereka tidak ragu menaruhnya di dapur. Mark Badgley dan James Mischka sengaja mengelompokkan buku berdasarkan warna sampulnya.

Tidak semua orang menggunakan rak buku untuk menyimpan buku. Sebagian orang lainnya menggunakan rak tersebut untuk memajang berbagai hiasan, kenang-kenangan, atau cenderamata. Rak milik aktris Ali Wentworth dan pembaca berita George Stephanopoulos di Washington, D.C. tidak hanya berisi buku, namun juga berbagai pernak-pernik khas laut, seperti kerang. Hiasan ini "dilanjutkan" kembali ke atas perapian dan meja kopi yang berada tidak jauh dari rak tersebut.

Untung-Ruginya Memiliki Payudara Mungil

Katakepo.blogspot.com - Selain berat badan, bagian tubuh yang menjadi perhatian utama perempuan adalah payudara, entah dari ukuran ataupun bentuknya. Yang pasti tak sedikit perempuan yang kerap merasa tidak seksi (terutama saat di hadapan suami) hanya karena payudaranya kurang menonjol.
Tidak sedikit jumlah perempuan yang rela berkorban banyak hal demi memiliki ukuran serta bentuk payudara ideal, atau setidaknya masuk dalam kualifikasi sensual. Padahal sebenarnya, bila ukuran payudara kecil, Anda tak perlu merasa tidak percaya diri dan kurang atraktif. Ada beberapa keuntungan memiliki payudara yang mungil. Tidak percaya? Berikut uraiannya!
Sisi mengasyikkan si payudara mungil:
- Saat sedang tidak ingin mengenakan bra, payudara Anda tak akan menjadi pusat perhatian karena bentuknya tidak mencetak di balik busana. Kondisi ini tentu saja tidak bisa dirasakan oleh para perempuan berpayudara besar.
- Anda bisa mengenakan busana dengan potongan kerah yang rendah dan merasa nyaman, dan tentu saja gaun tersebut akan terlihat elegan pada tubuh Anda.
- Anda juga bisa dengan mudah mendapatkan bikini bermotif menarik karena ukuran kebanyakan baju berenang mini ini untuk ukuran payudara seperti milik Anda.
- Keuntungan lain dari memiliki payudara kecil, Anda tidak memerlukan bra berkawat yang jujur saja punya lebih banyak sisi tidak nyaman untuk dikenakan, apalagi menjelang datang bulan. Namun, Anda memerlukan push up bra untuk mendapatkan belahan dada yang menarik.
- Perempuan dengan ukuran payudara yang kecil akan terhindar dari penderitaan sakit punggung. Kondisi itu sering kali dirasakan oleh para perempuan dengan payudara besar.
- Gemar menjalani kegiatan fisik? Anda akan lebih diuntungkan dengan bentuk payudara yang mungil. Tentu saja rasanya lebih nyaman dan bebas dari pandangan lelaki mata keranjang yang gemar memusatkan pandangannya ke arah dada perempuan.
Sisi tidak mengasyikkan dari payudara mungil:
- Ketika terjadi kenaikan berat badan, biasanya "penyebaran" lemak merata pada bokong, perut, lengan, paha dan wajah, tetapi payudara Anda tidak ikut membesar!
- Untuk mengedepankan figur feminin, Anda wajib mengenakan push up bra, yaitu bra berisi spons tebal tetapi empuk di bagian cup yang berfungsi untuk mengangkat payudara agar terlihat lebih menarik saat mengenakan kaus ketat.
- Wanita dengan payudara yang lebih kecil harus benar-benar menyeleksi jenis busana yang mereka kenakan. Bila pilihan busana terlalu seksi, maka hal itu akan semakin mengeksploitasi bentuk payudara Anda yang mungil sehingga keseluruhan penampilan pun jadi kurang sedap dipandang.

Jangan Mau Mati (Konyol) di Gunung!

Katakepo.blogspot.com - Shizuko Rizmadhani, (16), siswi SMA Negeri 6 Bekasi, diketahui meninggal Selasa, (24/12/2013) malam. Korban tewas di Kandang Batu (2.220 mdpl) atau pendakian menjelang puncak Gunung Gede, Cianjur, Jawa Barat.

Sehari berikutnya, Endang Hidayat (53), warga Sepanjang Jaya Rawa Lumbu, Bekasi, dinyatakan meninggal saat mendaki Gunung Semeru. Korban dilaporkan meninggal dunia sekira pukul 18.00 WIB di Pos Waturejeng di ketinggian sekitar 2.300 mdpl.

Selanjutnya, berselang empat hari setelah kabar duka dari Semeru itu, Gatot Handoko (40), wisatawan asal Singaraja, Bali, juga dinyatakan tewas dalam pendakiannya ke Gunung Ijen di Banyuwangi, Jawa Timur. Nyawa korban tak terselamatkan saat dilarikan ke RS Blambangan yang berjarak 20 km dari pos pendakian pertama Paltuding.

Berdasarkan laporan media, penyebab meninggalnya ketiga pendaki itu bermacam-macam. Meninggalnya Shizuko Rizmadhani di Gunung Gede diketahui setelah terserang hipotermia atau kehilangan suhu panas tubuh akibat basah dan kedinginan.

Mahesa Vicky, tim sukarelawan dari Indonesian Green Ranger, yang ikut mengevakuasi korban mengatakan, dirinya mendapatkan informasi ada pendaki yang mengalami kedinginan hebat dan perlu pertolongan.

"Kami (petugas Ranger) dan tim relawan langsung menuju lokasi," ujar Vicky.

Lain halnya dengan Endang Hidayat. Pendakian ke Semeru menjadi pendakian terakhirnya, setelah Endang dinyatakan meninggal dalam perjalanan di Pos Dua atau di Pos Waturejeng. Endang diketahui mengalami serangan jatung, bahkan sempat mengalami kejang. Padahal, menurut penuturan anak kandungnya, Dian Wahyuni Khairunnisa, (24), ayahnya tak mempunyai riwayat penyakit Jantung.

Sementara itu, Gatot Handoko (40), diketahui meninggal setelah sempat mengeluhkan sakit di dadanya. Toh, Endang tetap memaksa naik. Sempat ia terpeleset, sampai akhirnya dievakuasi turun ke Paltuding. Petugas pun segera melarikannya ke RS Blambangan yang berjarak 20 km. Sayang, nyawa Gatot tak tertolonh. Ia meninggal dalam perjalanan.


Gunung Semeru
Menganggap sepele?

Boleh jadi, ini “rekor terburuk” dalam sejarah pendakian di Indonesia, dimana tiga pendaki tewas hanya dalam waktu sepekan secara berurutan. Salahkah mereka mendaki di tengah cuaca buruk Desember? Cukupkah persiapan dan rencana mereka mendaki gunung?

Tentu saja, tidak ada yang salah dengan merancang pendakian di bulan Desember di ketiga gunung tersebut. Hanya, siapkah kita menghadapi cuaca buruk Desember? Siap dalam arti fisik dan peralatan?

Seperti diketahui, berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan di akhir musim transisi pada Oktober-Desember harus diwaspadai, serta kemungkinan intensitas curah hujan yang sangat tinggi pada bulan Januari - Februari 2014.

"Terkait intensitas hujan, sesuai prediksi BMKG bulan Oktober-Desember merupakan akhir dari musim transisi, dan puncak musim penghujan yang berkelanjutan serta tidak mengenal waktu dan intensitas diwaspadai terjadi pada Januari-Februari," ujar Kasubid Informasi BMKG, Harry Tirto kepada Antara.
Artinya, mendaki di masa-masa cuaca "tak bersahabat" seperti ini butuh ekstra perhatian, baik fisik, perbekalan, maupun peralatan. Pendaki profesional pasti tahu betul, mendaki di bulan Desember hingga Februari berisiko diterjang hujan dan angin setiap waktu. Tanpa persiapan ketat, selain tidak nyaman, risikonya nyawa!

"Kembali lagi ke soal pengetahuan, pendidikan yang menjadi bekal si pendaki. Dengan pengetahuan yang dia punya, sudah barang tentu persiapan pendakiannya juga baik. Dia pasti tahu risiko yang akan dia hadapi, sudah dia ukur. Minimal siap menghadapi risiko itu, karena tidak bisa ditebak maunya," kata Adiseno, pendaki senior Mapala UI.

Kasus Shizuko Rizmadhani yang meninggal karena kehilangan suhu tubuh membuktikan, korban tidak siap mendaki kendati hanya ke Gunung Gede yang ketinggiannya hanya 3,019 meter di atas permukaan laut. Terlalu menganggap enteng?

Asap solfatara keluar dari kawah Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (7/11/2011). Kawah Ijen merupakan gunung api aktif penghasil belerang (sulfur) utama di Indonesia. Gunung Ijen meletus dalam tiga periode yang berlangsung sejak 3.500 tahun lalu hingga menghasilkan kawah besar yang ditengahnya terbentuk danau yang menjadi pusat kegiatan vulkanik Gunung Ijen saat ini.
Patut diduga, demikian! Terbukti, saat petugas SAR datang ke lokasi, korban sebelumnya telah mengalami kedinginan karena pakaiannya basah dan tak diganti. Apakah korban tidak membawa jaket? Baju ganti? Sleeping bag atau kantung tidur? Bagaimana dengan makanannya?

"Menurut rekan-rekanya, korban mulai kedinginan dari Senin (23/12/2013) malam, dan tim sudah berhasil mengevakuasi jenazah korban dari atas gunung," tutur Mahesa Vicky, tim sukarelawan dari Indonesian Green Ranger, yang ikut mengevakuasi.

Lalu, bagaimana dengan Endang Hidayat dan Gatot Handoko yang usianya jauh di atas Shizuko? Terutama dibandingkan dengan almarhum Endang, yang diketahui punya banyak pengalaman mendaki gunung-gunung di Indonesia.

Dian Wahyuni Khairunnisa (24, anak kandung Endang, bertutur, ayahnya merupakan pencinta alam sejak masih usia muda. Puluhan gunung, termasuk Puncak Jaya di Papua, pernah didakinya.

"Hobinya memang naik gunung," katanya di rumah duka, Jalan Carita C Nomor 199 Blok VII, RT 06 RW 08, Sepanjang Jaya Rawalumbu, Kota Bekasi, Kamis (26/12/2013) lalu. 

Dian mengatakan, hobi naik gunung itu menurun kepada anaknya yang nomor dua, yakni Danu Suwandana Saputra (28). Namun, baru kali ini anak dan bapak itu mendaki gunung bersama-sama. Pendakian itu memang permintaan Endang sendiri untuk bias mendaki bersama anaknya.

"Padahal itu sudah dilarang, tapi (Endang) tidak mau," tuturnya.

Nyatanya, musibah tak terelakkan. Endang meninggal sebelum menuntaskan pendakiannya ke Mahameru, nama Puncak Gunung Semeru di ketinggian 3,676 mdpl. Pun, begitu dengan Gatot. Puncak gunung tak diraihnya.

Tanpa bermaksud mengecilkan pengalaman pendakian mereka, dapat diduga, persiapan kedua korban, baik Endang maupun Gatot, memang minim. Adakah keduanya melakukan cek kesehatan sebelum melakukan pendakian? Seberapa rutin keduanya berlatih fisik? Maklum, kedua pendaki sudah tak muda lagi untuk mendaki gunung di usia yang masing-masing 53 dan 40 tahun. 

Tentunya, tidak ada orang yang mau mati konyol, mati sia-sia, di gunung. Seandainya kondisi terakhir kesehatan Endang dan Gatot diketahui lewat medical check-up, tentu ada kesempatan bagi mereka berdua mengurungkan niatnya hingga fisik mereka benar-benar siap untuk mendaki di lain hari.

Kini, nasi sudah jadi bubur. Ini sebuah pelajaran berharga, mengingat mendaki gunung sudah menjadi tren umum, bukan "eksklusif" milik kalangan pendaki atau pecinta alam saja. Jika pendaki yang muda-muda harus siap fisik dan peralatan, apalagi di usia 40 ke atas. Tanpa persiapan fisik prima, terlalu berisiko mendaki dalam cuaca ekstrim dan menguras tenaga. Risikonya, celaka dan berujung tewas sia-sia!

SPG Melahirkan di Toilet Plasa Semanggi

Katakepo.blogspot.com - Walau terlihat lemas, rasa bahagia yang sangat besar terlihat dari wajah Nur Hakiki (19) seorang sales promotion girl (SPG) Laboratoris di Plaza Semanggi, Jakarta Selatan.

Dia yang baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki dengan keadaan sehat di sebuah toilet di Plaza Semanggi, Kamis (26/12/2013) sekira pukul 11.00 WIB. Peristiwa mengejutkan sekaligus membahagiakan tersebut bermula saat Nur menjalani rutinitasnya sebagai SPG pada hari ini.
Nur yang sudah merasakan nyeri di perutnya pada pagi hari itu tetap memaksakan untuk berangkat kerja. Diantar oleh suaminya, Ahmad Sulton (19), menggunakan sepeda motor, sepanjang perjalanan dari rumahnya di Jalan Timo Terusan Duren Tiga, Pancoran, menuju Plaza Semanggi, Jakarta Selatan, kontraksi perutnya semakin menghebat. Namun, karena tidak mau suaminya merasa khawatir, dia tetap mencoba bertahan dan menyembunyikan rasa sakitnya tersebut.
"Habis, kantor lagi kekurangan orang, Mas. Rencananya juga hari ini saya mau izin cuti, soalnya memang perkiraan bidan tanggal 10 Januari 2014 lahir anaknya," ujarnya sembari tersenyum mengelus lembut kepala anaknya.
Sebelumnya, ketika sampai di dalam area toko, perasaan aneh di bagian perut mulai dirasakannya kembali. Beberapa kali perempuan kelahiran Jakarta, 12 Oktober 1994, itu harus berkali-kali masuk keluar toilet hendak buang air. Namun beberapa kali dirinya mencoba mengejan, rasa mulas yang teramat sakit itu tidak kunjung hilang.
Sampai akhirnya sekira pukul 11.00 WIB, dia kembali izin untuk ke toilet yang berada di lantai dasar, tepatnya di depan toko sepatu Yongky Komaladi. Karena rasa mulasnya semakin sakit, dia pun secara spontan mengejan sekuat tenaga.
Nur yang terduduk di kloset model duduk itu kemudian menggapai pegangan tisu menggunakan tangan kanan dan menariknya kuat-kuat. Sementara itu, tangan kirinya mencoba memegang bagian bawah saluran lahirnya yang dirasakan semakin perih. Selepas lima menit, Nur mengejan, tanpa disadari air ketuban mengucur deras keluar disusul dengan munculnya sesosok bayi mungil yang kemudian jatuh pada tadahan tangan kirinya.
Mengetahui hal tersebut, dia mengaku kaget sekaligus bingung harus melakukan apa dan bagaimana. Dia yang hampir kehilangan kesadaran itu akhirnya memeluk anak pertamanya erat-erat dan duduk di lantai bersandar pada pintu toilet bagian dalam berukuran sekitar 1 x 1 meter itu.
"Saya sudah bingung mau bagaimana, saya sudah lemas nggak kuat lagi berdiri. Saya sampai duduk di lantai berharap ada orang yang bantu," ujarnya lirih.
Tidak beberapa lama, doa dan harapannya ternyata terkabul. Sang anak yang rencananya diberi nama sesuai dengan nama ayahnya itu menangis keras. Seorang petugas kebersihan perempuan yang kebetulan masuk hendak membersihkan toilet mendengar tangisan sang bayi dan langsung mengetuk-ngetuk pintu toilet.
Nur yang lemas kehabisan darah pun mencoba meraih gagang pintu dan membuka kunci dari bagian dalam toilet. Namun, beberapa saat mencoba, Nur selalu gagal, hingga akhirnya perempuan berambut panjang lurus dengan wajah oval itu mampu menguatkan diri dan membuka kunci.
Sang petugas kebersihan yang langsung terkaget dan segera menariknya keluar kabin toilet, kemudian memberi tahu petugas keamanan untuk menutup dan mengamankan pintu toilet bagian depan. Sang bayi, katanya, langsung dibungkus dengan sebuah handuk dan Nur disuruh memeluknya erat.
"Saya terima kasih sama ibu itu, dia yang inisiatif bantuin saya. Kalau nggak ada ibu itu, saya nggak tahu kayak gimana sekarang ini," ucapnya bersyukur.
Nasib mujur pun kembali datang kepadanya. Seorang pengunjung mal yang hendak menuju toilet dan berhasil dihalangi petugas keamanan dengan alasan akan ada proses melahirkan diketahui adalah seorang dokter. Segera, katanya, satpam langsung mengizinkan sang dokter masuk dan memulai persalinan darurat.
Dengan tenang, lanjutnya, seorang dokter perempuan yang diakui tidak diketahui namanya itu segera menyuruh Nur kembali mengejan untuk mengeluarkan ari-ari yang masih tertinggal di dalam rahimnya sembari terus menekan perutnya ke arah bawah.

Sekitar lima menit menjalani proses tersebut, akhirnya ari-ari bisa keluar dan sang dokter segera memotong tali pusar sang anak.

"Dokternya tenang banget, saya terima kasih banget sama beliau. Beliau juga yang langsung telepon Rumah Sakit Siloam dan rumah sakit ini (Rumah Sakit Jakarta). Sekitar setengah jam, saya langsung dibawa pakai ambulans," urainya.
Sesampainya di rumah sakit, dia pun langsung masuk ruang rawat inap persalinan Kelas III 228 Ruang Dahlia. Menurut suster yang berjaga, secara umum, baik sang bayi maupun ibunya dalam keadaan normal. Namun, salah satu suster mengatakan bahwa kadar HB sang ibu rendah, hanya 0,75 dari nilai HB normal sebesar 10.
"Kalau perlakuannya, sama seperti persalinan normal. Selain itu, kondisi ibu dan anaknya sehat dan normal. Tapi karena kehilangan banyak darah dan cairan, kita lakukan infus dan rencananya akan ditransfusi darah karena HB-nya turun," urai suster.
Lebih lanjut, ungkapnya, apabila kondisinya tetap ataupun semakin membaik, sekitar tiga sampai empat hari, keduanya bisa segera pulang.

Ridwan (45), ayah Nur, mengaku kaget sekaligus bahagia saat dikabari kalau anak bungsunya itu melahirkan seorang bayi laki-laki dengan selamat, walaupun juga terheran karena sang cucu lahir diketahui di dalam toilet.
"Saya kaget sekaligus senang, tapi yang penting semuanya selamat, ibu atau anaknya. Alhamdulillah semuanya bisa berjalan lancar," ungkapnya.

Kejagung Belum Pastikan Target Pemulangan Eddy Tansil

Katakepo.blogspot.com - JAKARTA,Kejaksaan Agung belum menentukan target pemulangan buronan kakap asal Indonesia, Eddy Tansil dari China.


Pasalnya, ada buronan lain yang dalam waktu dekat harus segera diurus proses ekstradisinya oleh Kejagung. Hal itu dikatakan Wakil Jaksa Agung Andhi Nirwanto di Kejagung, Jumat (27/12/2013).

Menurutnya, saat ini Kejagung tengah memproses pelaksanaan ekstradisi terpidana kasus korupsi penyaluran dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia kepada Bank Surya, Adrian Kiki Ariawan, dari Australia.

Proses ekstradisi tersebut harus dilaksanakan paling lambat 16 Februari 2014 mendatang.

"Kan ada yang lebih deket nanti. Iya kan?" kata Andhi.

Seperti diketahui, High Court Australia akhirnya mengabulkan permohonan ekstradisi yang diajukan Pemerintah Indonesia terhadap terpidana kasus korupsi, Adrian Kiki.

Adrian telah divonis bersalah secara in absentia oleh majelis hakim Pengadilan Tinggi DKI Jakarta, lantaran akibat perbuatannya negara mengalami kerugian lebih dari Rp 1,515 triliun.

Ekstradisi diajukan 8 tahun lalu dengan surat Nomor. M.IL.01.02-02 tanggal 28 September 2005.

Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin mengatakan, pihaknya telah menerima surat dari Australian Attorney-General’s Department yang mengonfirmasi informasi dari Duta Besar Australia itu.

Upaya ekstradisi

Kendati tak dapat memulangkan dalam waktu dekat, bukan berarti Kejagung tak melakukan langkah untuk memulangkan buronan korupsi kelas kakap itu.

Menurut Andhi, pihaknya telah berusaha untuk memulangkan Eddy Tansil dengan melayangkan surat kepada Pemerintah China melalui Kementerian Hukum dan HAM pada September 2011 lalu.

Namun, diakui Andhi, pihaknya belum mengetahui jawaban Pemerintah China atas surat yang dilayangkan tersebut. Menurutnya, seluruh proses ekstradisi Eddy Tansil ditangani Central Authority.

"Justru itu, yang tahu itu adalah Central Authority. Nanti kita akan koordinasikan terus. Pokoknya yang penting kita tindak lanjuti itu," ujarnya.

Eddy Tansil melarikan diri dari Lapas Cipinang, Jakarta Timur, pada 4 Mei 1996 lalu saat menjalani masa hukuman 20 tahun penjara. Dia terbukti telah melakukan penggelapan uang sebesar 565 juta dollar AS yang didapatnya dari kredit Bank Bapindo melalui perusahaan Golden Key Group.

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memvonis Eddy Tansil 20 tahun penjara dengan denda Rp 30 juta dan diwajibkan membayar uang pengganti sebesar Rp 500 miliar dan membayar kerugian negara Rp 1,3 triliun.