Katakepo.blogspot.com - Menulis buku yang meledak di pasaran dan mendapat label 'best seller'
adalah impian semua penulis. Apalagi jika buku dan cerita tersebut
diadaptasi menjadi film atau bahkan bentuk komik dan animasi. Semua
penulis tentu ingin karyanya dibaca dan digandrungi oleh jutaan orang di
dunia.
Tetapi tidak begitu halnya dengan beberapa penulis karya
populer berikut ini. Mereka justru mengaku menyesal telah menulis
buku-buku yang terbukti meledak di pasaran dan populer hingga ke seluruh
dunia. Mereka justru berharap tak pernah menulis buku tersebut.
Siapa saja penulis yang menyesali karya fenomenal mereka, dan apa alasannya? Simak ulasannya seperti dilansir Listverse berikut ini.
Brokeback Mountain
Pada tahun 1997, Brokeback Mountain
sebenarnya ditulis oleh Annie Proulx dalam bentuk cerita pendek. Namun
kisah ini tampaknya sungguh memukau hingga diadaptasi menjadi film yang
diterbitkan pada tahun 2005. Brokeback Mountain menjadi film yang
meledak dan memenangkan tiga Academy Awards dan empat Golden Globes.
Brokeback Mountains berkisah tentang dua orang pria yang jatuh cinta
dengan latar belakang budaya yang konservatif.
Proulx mengaku
menyesal menulis cerita ini dan keputusan bahwa kisah ini diadaptasi
menjadi film. Alasannya? Karena bertahun-tahun setelah cerita dan
filmnya 'meledak', Proulx harus menjalani beberapa sesi wawancara dan
sering mendapatkan surat berkaitan dengan muatan kisahnya. Seringkali
surat yang diterimanya bernada protes, terlebih karena dia menulis
mengenai pria gay sementara dirinya sendiri adalah seorang wanita.
Menurut Proulx, cerita itu adalah sumber gangguan dan masalah dalam
hidupnya.
Winnie The Pooh
Winnie the Pooh adalah karya sastra
yang sangat digemari anak-anak. Pooh yang lucu dan menggemaskan bersama
teman-temannya bahkan bisa menarik perhatian orang dewasa dan remaja.
Lantas, apa yang salah dengan WInnie The Pooh?
A.A. Milne,
penulis Winnie The Pooh sebenarnya menulis cerita ini dengan inspirasi
putranya dan boneka-bonekanya. Nama Christopher Robin bahkan diambil
dari nama asli anaknya sendiri. Masalahnya, Christopher Robin yang
sesungguhnya justru membenci karya ini karena merasa dia selalu
dibandingkan dengan Christopher Robin yang ada dalam Winnie The Pooh.
Saat kecil dia selalu diejek karena buku tersebut. Hingga penulisnya pun
mengaku menyesal menulis Winnie The Pooh, karena karya ini akhirnya
membayangi karyanya yang lain.
Tak cuma penulisnya, E.H. Shepard
yang bertugas menggambar WInnie the Pooh juga mengaku menyesal telah
menggambar ilustrasi Winnie The Pooh. Dia membencinya karena karya
tersebut kemudian selalu membayangi passion-nya yang sesungguhnya di
bidang kartun politik.
Alice In Wonderland
Alice in Wonderland tak hanya sebuah
karya sastra, namun juga sebuah fenomena budaya. Ini adalah kisah yang
tak hanya populer di Eropa, tetapi juga di dunia. Alice in Wonderland
sudah 'meledak' sejak diterbitkan pertama kali pada tahun 1865. Hingga
saat ini pun karya ini tetap diingat oleh banyak orang. Lalu, mengapa
penulisnya justru membenci karya ini?
Baru-baru ini, terungkap
sebuah surat yang ditulis oleh Lewis Caroll, penulis Alice in
WOnderland. Caroll mengaku menyesal telah menulis buku Alice in
Wonderland karena merasa terganggu oleh publisitas yang diterimanya.
Caroll tampaknya tak menyukai ketenaran yang didapatkannya dari karya
yang dihasilkannya. Menurutnya lebih baik dia tak pernah menulis buku
sama sekali daripada mendapat gangguan dari kepopulerannya itu.
Watchmen dan V For Vendetta
Alan Moore adalah 'otak' di balik
beberapa novel grafis yang kemudian dijadikan film yang 'booming' di
masyarakat, bahkan dunia. Alan Moore bekerjasama dengan DC Comics untuk
menerbitkan beberapa karya populernya seperti 'V for Vendetta',
'Watchmen', dan 'From Hell'. Namun faktanya, Alan Moore justru membenci
karyanya. Apa penyebabnya?
Moore berpisah dengan DC Comics dan
membenci karyanya karena perusahaan tersebut memberi label 'untuk
pembaca dewasa' pada karyanya. Moore juga marah ketika namanya tak
dicantumkan dalam karyanya. Selanjutnya, Moore menolak untuk bekerjasama
dalam penggarapan karyanya dan meminta namanya dikeluarkan dari kredit.
Moore juga memutuskan hubungan dengan Hollywood.
Rage
Stephen King adalah salah satu
pengarang yang bisa disebut 'legendaris' dalam dunia sastra. Dia tak
hanya sukses sebagai penulis, tetapi juga telah menulis banyak karya
sastra yang populer di pasaran. Salah satu karya sastranya adalah Rage,
yang ditulis dengan pseudonym Richard Bachman.
Rage ditulis
ketika King masih duduk di bangku SMA. Tokoh utama pada novelnya
berhenti sekolah, menyandra teman sekelasnya, dan membunuh murid serta
gurunya. Selanjutnya tokoh utama itu mencoba untuk bunuh diri. Setelah
dua dekade, buku ini diketahui menginspirasi beberapa kasus penembakan
di sekolah yang dilakukan oleh siswa.
Karena hal ini, King
menarik buku itu dari pasaran. Dia juga mengaku menyesal telah menulis
kisah tersebut. King tak ingin tulisannya menjadi katalis yang mendorong
remaja-remaja labil untuk melakukan hal ekstrem seperti yang ada dalam
bukunya.
Itulah beberapa karya sastra populer yang ternyata
justru dibenci oleh penulisnya sendiri. Ada banyak alasan di balik
'kebencian' penulis pada karya sastranya. Meski begitu, bukan berarti
karya sastra tersebut tak layak untuk dinikmati.