Katakepo.blogspot.com - Momen Ujian Nasional (UN) hampir setiap tahun menyisakan sejumlah
masalah. Mulai dari kecurangan sampai masalah teknis. Untuk tahun ini,
Kementerian Pendidikan dan Budaya membangun sistem Computer Base Test
(CBT). Metode UN ini adalah metode canggih dengan memanfaatkan sistem
online atau jaringan internet melalui perangkat komputer.
MendiKbud
Anies Baswedan
menegaskan dengan sistem ini mampu mencegah kebocoran soal. "Iya,
karena perubahan soal bisa dilakukan dengan cepat. Misal ada soal bocor
bisa diganti dengan cepat soal yang lain," ujar Anies di sela-sela
kunjungan ke SMA Negeri 1 Depok, Jawa Barat, Kamis (2/4).
"Substansinya bocor jangan mengkritik imajinasi yang dibuat sendiri," tambahnya.
Anies
juga mengatakan sistem komputer bisa menghemat waktu 30 menit dan
setiap meja soalnya berbeda-beda. "Pertama, dengan ujian komputer
ternyata ada penghematan waktu 30 menit dari 2 jam. Kedua soal kejujuran
dengan menggunakan komputer bisa, karena tiap komputer soalnya
berbeda-beda," ungkapnya.
Namun kemunculan ide ini bukan tanpa
cela, sejak awal pihak sekolah ataupun Dinas Pendidikan terkait sudah
khawatir, terutama sekolah di daerah-daerah. Meski Anies menegaskan UN
kali ini tidak mengutamakan kelulusan, tetapi kejujuran, pihak sekolah
tetap cemas UN ini akan menimbulkan masalah baru, seperti gangguan
teknis dan operasional.
Ketakutan pihak sekolah terbukti, hari
ini berbagai sekolah yang menyelenggarakan CBT mengalami berbagai
hambatan dan kesulitan. Kemendikbud dianggap tidak siap meski sistem ini
terbilang inovatif. Berikut adalah cerita-cerita miris di balik UN
online.
Koneksi internet terganggu, UN di molor
Pelaksanaan ujian akhir nasional
(UN) dengan sistem Computer Base Test (CBT) di SMK 3 Jayapura, Papua
molor. Ujian yang seharusnya dilaksanakan pukul 08.00 WIT belum juga
kunjung dimulai karena gangguan koneksi internet.
Dari pantauan di
lapangan, sampai pukul 08.55 WIT ujian belum juga dimulai. Akibatnya 56
peserta ujian resah dan masih menunggu komputer mereka terkoneksi
internet.
Dilansir dari Antara, rencananya peserta UN CBT di SMK 3
yang berjumlah 410 pelajar ini akan dibagi ke dalam tiga gelombang
pelaksanaan UN dengan menggunakan 120 komputer.
Ujian Nasional
kali ini untuk pertama kalinya menggunakan sistem komputer base test
(CBT) atau ujian online dengan menggunakan perangkat komputer dan
internet. Banyak pendidik maupun peserta ujian khawatir dengan sistem
tersebut mengingat masih terdapat banyak keterbatasan fasilitas,
utamanya di daerah, termasuk koneksi internet.
Tidak bisa login, separuh siswa gagal UN
Sejumlah hambatan mewarnai
pelaksanaan UN untuk pertama kali dengan metode Computer Based Test
(CBT). Sebut saja kendala mati lampu, server sibuk sampai kendala
operasional lainnya.
Bahkan sistem CBT atau online ini
menyebabkan hampir separuh siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3
Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, gagal mengikuti
ujian nasional mata pelajaran bahasa Indonesia.
Kepala SMK Negeri
3 Kasihan Rahmat Supriyono mengatakan 27 siswa gagal mengikuti UN
online karena sebelum mengerjakan soal, mereka gagal login atau salah
memasukkan username dan password yang diberikan pusat.
UN secara
online di sekolahnya diikuti sebanyak 179 siswa yang dibagi tiga
laboratorium (lab) komputer dengan tiga jadwal pelaksanaan yakni pukul
07.30-09.30 WIB, kemudian pukul 10.30-12.30 WIB serta pukul 14.00-16.00
WIB.
"Pada lab pertama bisa berjalan lancar tanpa kendala,
kemudian lab kedua ada separuh siswa yang gagal login, serta lab ketiga
hanya ada tiga siswa yang berhasil login, total ada 27 dari 60 siswa
yang gagal login pada jam pertama," katanya.
Ia mengatakan para
siswa yang mengalami gagal login diberikan jalan keluar dengan berpindah
komputer cadangan. Sebagian berhasil login, namun sebagian lagi tetap
gagal. Mereka yang gagal dianjurkan untuk mengikuti ujian pada minggu
depan.
"Kami langsung menerjunkan tim teknisi UN online untuk
melakukan perbaikan, tim berupaya mencari permasalahannya, sebab dari
komputer tidak masalah karena sudah diverifikasi dan dinyatakan layak
oleh pusat," katanya.
Pihak sekolah semula percaya diri menggunakan sistem online ini, apalagi performa internet sudah dinaikkan sampai 10 megabyte.
Mati lampu, ujian ditunda
Hari ini siswa SMA/SMK untuk
pertama kalinya ujian dengan menggunakan sistem online atau metode
Computer Based Test (CBT). Metode online ini rupanya banyak menemui
kendala teknis.
Sebagai contoh, UN di SMK 2, SMK 3 dan SMK 5 di
Abepura, Papua. Di sekolah ini UN online terhambat karena mengalami
pemadaman listrik.
Listrik yang padam selama 13 menit ini,
menyebabkan 756 pelajar sedang ujian berhenti mengerjakan soal ujian.
Akhirnya ujian pun diulang lagi setelah listrik menyala pada 09.35 WIT.
Kepala
Sekolah SMK 3 Melkianus Mawene mengakui sebelumnya juga komputer di dua
ruangan ujian tidak bisa beroperasi. "Jadi sekolah menyiapkan 160 unit
komputer yang akan digunakan secara bergantian," kata dia dikutip
Antara, Senin (13/4).
Selain di Papua, kendala teknis juga
terjadi pada UN di Kota Pekanbaru. Siswa di salah satu SMK sempat
mengalami kesulitan memasukkan jawaban karena overload dan tidak
tersambung ke server pusat.
Server overload, jawaban tidak masuk
Ujian nasional (UN) dengan sistem
Computer Base Test (CBT) atau online mengalami sejumlah kendala di
beberapa tempat. Selain Papua, kendala UN dengan sistem ini terjadi juga
di di SMA Cendana dan SMAN 8 di Pekanbaru, Riau.
"Ini karena
bukan kendala teknis dari pihak sekolah tetapi dari Pusat Penilaian
Pendidikan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," kata Pelaksana
Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Riau, Dwi Agus Sumarno
dikutip Antara, Senin (13/4).
Kendala paling serius terjadi di
SMA Cendana yang mempunyai peserta ujian 37 siswa. Hal itu terjadi
karena seluruh komputer tidak tersambung secara online ke Pusat
Penilaian Pendidikan (Puspendik).
"Kondisi tersebut terjadi selama sekitar 15 menit, dan sekarang sudah tersambung semua," ujarnya.
Sementara
di SMAN 8 masalah menimpa pada satu komputer yang digunakan oleh
peserta UN. Menurut Dwi kejadian itu dapat berdampak pada kondisi psikis
siswa.
"Untungnya siswa itu tidak stres karena tidak bisa
memasukkan jawaban ke (server) pusat. Namun, kami sudah melakukan
antisipasi bahwa setiap data yang dimasukkan siswa sudah terekam di
server internal di sekolah dan tidak akan hilang," ujarnya.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, pihak sekolah sudah berupaya maksimal untuk segera mengontak panitia di Puspendik terkait.
Meski
begitu, Dwi Agus mengatakan belum mengetahui penyebab sebenarnya dari
masalah itu. "Dari analisa saya, mungkin kendala ini terjadi karena
dalam waktu bersamaan seluruh sekolah di Indonesia yang mengikuti UN
memasukkan data ke Puspendik
Jakarta sehingga terjadi overload," ujarnya.