Wednesday, May 6, 2015

Nasib Metromini seperti 'telur di ujung tanduk'

Katakepo.blogspot.com - Matahari baru saja beranjak tepat di atas kepala saat jarum jam menunjuk pukul 12.33 WIB, Rabu siang kemarin. Mansur, 45 tahun, menginjak pedal gas mobilnya seraya menggantung pijakan kopling. Mobilnya berjejer dengan Metromini lain di ujung pintu keluar Terminal Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Metromini-Metromini itu menunggu penumpang yang mau naik menuju ke arah Blok M.

Sudah beberapa bulan ini, saban siang sopir-sopir Metromini 75 jurusan Pasar Minggu-Blok M mengoperasikan mobilnya tanpa ditemani kernet. "Kalau siang begini pakai kernet malah rugi," kata Mansur membuka perbincangan dengan merdeka.com kemarin. Dari sekitar 20 puluhan Metromini terparkir di Terminal Pasar Minggu hampir semuanya tidak ada yang menggunakan kernet.

Sekitar 16 mobil terparkir di dalam terminal tanpa sopir dan kernet. Sedangkan sekitar lima Metromini mengantre menunggu penumpang di ujung pintu keluar Terminal Pasar Minggu. Masing-masing sopir sendiri. Mereka mengandalkan para timer pintu keluar untuk mencari penumpang. "Lebih irit pakai timer, bayar Rp 3000 atau Rp 2000 setoran enggak kurang," ujar Mansur. "Kalau pakai kernet, sewa sepi begini bisa tekor"

Sejak sepinya sewa penumpang, para sopir Metromini 75 memang terpaksa tak menggunakan kernet. Alasannya, para sopir tak lagi mampu untuk membagi pendapatannya buat kernet lantaran sepi penumpang. Saban siang, para sopir Metromini 75 terpaksa jalan sendiri mengoperasikan mobilnya buat menutupi setoran. "Sekarang susah sewanya, kalau sepi begini bisa nombok terus," kata Mansur.

Pemandangan ini memang menjadi santapan penumpang saban hari bagi yang hendak menuju ke arah Blok M jika naik Metromini 75. Penumpang Metromini kini tak lagi ditagih ongkos oleh kernet. Saat membayar, penumpang harus mendatangi sopir yang berada di depan kemudi. Tentu hal ini menjadi keluhan penumpang. Mereka terpaksa membayar ongkos kepada sopir ketika hendak turun saat sampai tujuan.

Seperti Nita, 22 tahun, mahasiswi perguruan tinggi swasta di Jakarta Selatan mengaku sudah beberapa bulan ini setiap naik Metromini 75 saat siang hari, harus membayar ongkos sendiri kepada sopir. Hilangnya kernet di Metromini 75 memang membuat permasalahan baru bagi penumpang.

Mereka harus membayar sendiri ongkos kepada sopir seperti naik angkot. "Ribet ya, dulu kalau mau turun tinggal bilang kernet, sekarang harus bayar dulu baru turun," kata Nita.

Sepinya sewa penumpang sebetulnya juga dipengaruhi oleh volume kendaraan dimana Metromini itu melintas. Seperti Trayek Metromini 75 yang melintasi Jalan Raya Warung Buncit, Jalan Kapten Piere Tendean dan Jalan Wolter Monginsidi hingga menuju terminal Blok M, jalan-jalan ini selalu dipadati kendaraan bermotor. Apalagi banyaknya persimpangan membuat ketiga jalan itu juga kerap dilanda kemacetan pada jam sibuk.

Jadi bukan hal mengagetkan jika sepinya penumpang juga dipengaruhi oleh macetnya jalan karena terus bertambahnya jumlah kendaraan. "Paling parah macetnya di Mampang Prapatan," ujar Nita.

Jika Mansur tak menggunakan kernet untuk mencari penumpang, berbeda dengan Rizal alias Cungkring, sopir Metromini 74 Jurusan Blok M-Rempoa. Kebanyakan sopir Metromini 74 masih menggunakan kernet meski sewa penumpang jarang. Cungkring mengaku jika sewa penumpang sekitar tiga tahun ini mulai susah bagi para sopir Metromini. Sewa penumpang sampai penuh dalam mobilnya, para sopir Metromini 74 harus menunggu lama.

"Ya kalau penumpang sabar, kita berangkat menunggu penuh," kata Cungkring di pintu keluar terminal Blok M. Sepinya penumpang Metromini 74 diyakini Cungkring lantaran saat ini banyak penumpang memiliki sepeda motor.

Salah seorang penumpang Metromini 74, Elvira 30 tahun mengakui jika angkutan yang saban hari dia tumpangi memang jarang terlihat. Selain jarangnya Metromini 74, mobil ini juga kerap mengetem lama ketika mencari penumpang. Jadi bukan hal mengagetkan jika metromini 74 kerap penuh. "Kalau macet itu biasa, masalahnya Metromini ini ngetemnya lama," kata Elvira yang berdomisili di Kebayoran Lama ini.

Hal ini juga dialami Rio Afianda, seorang karyawan swasta di Bilangan Sudirman. Saban mau naik Metro Mini 74, Rio harus menunggu. Sekali dapat, mobilnya bisa ngetem lumayan lama lantaran menunggu penumpang. "Habis mau gimana, Metromini ongkosnya lebih murah," kata Rio.

Untuk sekali bayar sampai di sekitar daerah rumahnya, Rio hanya membayar Rp 4000. "Kadang saya juga bawa motor, tapi parkiran di daerah Sudirman mahal," ujarnya.

Sepinya penumpang angkutan Metromini bisa jadi disebabkan oleh membludaknya kendaraan bermotor di Jakarta. Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mencatat jika jumlah kendaraan bermotor di Jakarta dan sekitarnya terus meningkat. Tercatat sekitar 5.500 hingga 6000 unit kendaraan bermotor membanjiri Jakarta saban hari. Tentu hal ini menjadi salah satu faktor, banyaknya penumpang Metromini yang hilang dan penyebab kemacetan di Jakarta. Kemacetan yang justru berimbas pada moda transportasi di Jakarta seperti Metromini.

Akhir 2014 Polda Metro Jaya mencatat sebanyak 17.523.967 jumlah kendaraan di Jakarta. Jumlah itu didominasi oleh sepeda motor sebanyak 13.084.372 unit. Kemudian diikuti dengan mobil pribadi sebanyak 3.226.009 unit, mobil barang 673.661 unit, bus 362.066 unit, dan kendaraan khusus 137.859 unit.

"Ya sepinya penumpang mungkin karena orang sekarang banyak yang bawa kendaraan," tutur Rio.

memilih bertahan meski tergilas zaman 

Memilih untuk tidak menggunakan kernet terpaksa dilakukan Mansur, sopir Metromini 75. Walhasil, pendapatannya sebagai sopir Metromini terus menurun sejak tiga tahun belakangan ini. Sekitar enam tahun lalu, Mansur masih bisa membawa pulang uang sebesar Rp 250 ribu. Jika sedang sepi, seperti hari libur Sabtu dan Minggu, dia membawa sekitar Rp 150 ribu.

"Sekarang penumpang jarang penuh, apalagi hari libur," kata Mansur kepada merdeka.com di ujung pintu keluar Terminal Pasar Minggu kemarin. Namun kini pendapatannya terus menurun. Sehari dia bisa membawa uang Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. "Itu pun tanpa kernet," katanya.

Mansur memilih tidak menggunakan kernet memang beralasan. Bukan hanya dia sopir Metromini yang tidak menggunakan kernet, melainkan banyak temannya sesama sopir juga melakukan hal serupa. Alasannya, penumpang Metromini kian hari terus berkurang. "Kalau pembagiannya tergantung saya. Biasanya, kalau dapat Rp 200 ribu, kernetnya saya kasih Rp 50 ribu," kata Mansur. "Itu sudah termasuk makan sama rokok," ujarnya.

Namun saat ini Mansur memilih tidak menggunakan kernet jika siang hari lantaran sewa penumpang sepi. "Kalau pagi saya pakai kernet tembakan, dua puteran saya bayar Rp 40 ribu," tuturnya.

Rabu kemarin memang banyak Metromini 75 yang beroperasi tanpa kernet. Bahkan untuk menggaet penumpang, sopir menggunakan jasa timer yang berada di ujung pintu keluar terminal Pasar Minggu. Jika penumpangnya lumayan banyak, Metromini di belakangnya bergantian mencari penumpang. Jika bangku Metromini terisi, timer diberi Rp 3000 sampai Rp 5000. "Tergantung sopir ngasihnya, kadang cuma Rp 1500," kata Black salah seorang dari 3 timer.

Jika Metromini 75 masih bertahan, angkutan sejenis Metromini, yaitu Miniarta jurusan Depok-Pasar Minggu kini sudah tidak terlihat sama sekali. Bahkan dari Terminal Depok, tak satu pun sarana transportasi itu terlihat. "Sudah tidak ada sekarang," kata Heru, pedagang minuman di dalam Terminal Depok kemarin.

Hilangnya Miniarta jurusan Depok-Pasar Minggu dikatakan Heru diyakini lantaran kalah bersaing dengan angkutan perkotaan. Apalagi untuk jurusan Pasar Minggu-Depok, Miniarta harus bersaing dengan Mikrolet M 04 yang sama-sama satu tujuan. "Beda dengan dulu, kalau dulu penumpangnya banyak," ujar Heru.

Jika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta andil dengan merevitalisasi Metromini dengan meluncurkan Metromini AC, namun dampak itu tak dirasakan bagi para sopir. Justru Metromini kian hari tak diminati penumpang lantaran jalan yang digunakan Metromini kerap dilanda kemacetan. Seperti contoh, Metromini 62, jurusan Pasar Minggu-Manggarai. Untuk menempuh jarak dari Pasar Minggu menuju Terminal Manggarai, butuh waktu hampir satu jam.

Namun para sopir Metromini 62 tetap mempertahankan para kernet untuk membantu mencari penumpang. "Kalau tanpa kernet, makin ribet kalau ngembaliin uang penumpang," kata Daniel Simangunsong. Daniel tetap mempertahankan kernetnya meski penumpang Metromini jurusan Manggarai juga mulai sulit mendapati penumpang. "Kalau pakai kernet, penumpang bisa terpantau," katanya.

Untuk menyiasati setoran, Daniel pun tetap beroperasi saat jam-jam pulang sekolah. Padahal, di Jalan Raya Pasar Minggu, Metromini 62 harus bersaing dengan Mikrolet 16 jurusan Kampung Melayu-Pasar Minggu dan Metromini 640 jurusan Pasar Minggu-Tanah Abang. "Kalau siang kita ngejar anak-anak pulang sekolah," ujarnya.
Nasib para sopir dan kernet Metro Mini memang seolah di ujung tanduk. Mereka menjual jasa di tengah padatnya lalu lintas dan seolah tergerus transportasi seperti TransJakarta dan Bus APTB.

Butuh Perhatian Khusus Pemerintah

Salah satu alasan penumpang memakai jasa Metromini karena tarifnya murah. Sejak Metromini pertama muncul dan diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin, moda transportasi publik itu memang sengaja dibikin dengan tarif terjangkau rakyat kecil. Tapi bagaimana kondisi Metromini sekarang? Ternyata mereka harus terseok-seok mencari penumpang.
Bahkan, menurut Cungkring, salah satu sopir Metromini, demi bertahan hidup di tengah kemacetan Jakarta, para sopir Metromini terpaksa tak menggunakan kernet untuk menutupi setoran. Belum lagi, para sopir harus membagi uang mereka dari pungutan liar.

Cungkring harus bersabar menunggu penumpang yang mau naik mobil Metromini yang dia bawa. Saban hari, Cungkring harus membelah kemacetan di Jalan Arteri Pondok Indah untuk mengantarkan penumpang sampai daerah Rempoa, Ciputat.
Jalur yang dilintasi Cungkring merupakan jalan padat kendaraan bermotor, dimana saat jam-jam sibuk, trayek yang dia lalui selalu dilanda kemacetan. Namun sebagai sopir yang sudah 15 tahun mengemudikan Metro Mini 74 itu mau tak mau harus dijalani.

"Mau gimana, kalau sepi begini terus pinginnya ganti kerjaan, tapi kerjaan apa," kata Cungkring saat berbincang dengan merdeka.com di pintu keluar Terminal Blok M, Jakarta Selatan kemarin. Buat mencari penumpang, Cungkring masih tetap bertahan menggunakan kernet.
Jika di terminal, tak jarang dia juga menggunakan timer untuk mencarikan penumpang. Jika di pintu keluar sepi, Cungkring pindah ngetem di Jalan Melawai Raya. "Paling banyak penumpang di Jalan Melawai, karena dekat pintu keluar Blok M Square," ujarnya.

Sudah beberapa tahun ini, Cungkring merasakan sulitnya mencari penumpang. Sepinya peminat Metromini diyakini Cungkring lantaran saat ini banyak penumpang yang beralih menggunakan sepeda motor pengganti moda transportasi. Padahal kata dia, ongkos yang dipatok Metromini masih terbilang murah. "Rp 4000 sampai Rempoa," tuturnya.

Metromini 74 jurusan Blok M-Rempoa boleh dibilang masih kuat bertahan lantaran trayeknya cukup jauh. Namun bagi yang tingal di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Metromini S 60 benar-benar menjadi kenangan. Metromini dengan trayek Manggarai-Kampung Melayu via Tebet itu sudah punah. Padahal bagi anak-anak sekolah di bilangan Tebet, mobil itu berjasa dan memiliki kenangan tersendiri.
"Kabarnya tinggal 1 Unit, tapi sekarang sudah enggak pernah kelihatan," kata Andri 30 tahun, salah seorang warga di Jalan Tebet Utara saat ditemu kemarin.

Hilangnya Metromini di beberapa trayek dan sepinya penumpang angkutan itu di Jakarta memang bukan tanpa sebab. Akhir 2014 lalu Polda Metro Jaya mencatat ada sekitar 17.523.967 jumlah kendaraan di Jakarta. Jumlah itu didominasi sepeda motor sebanyak 13.084.372 unit. Kemudian diikuti oleh mobil pribadi sebanyak 3.226.009 unit, mobil barang 673.661 unit, bus 362.066 unit, dan kendaraan khusus 137.859 unit.

Pengamat transportasi dari Forum Warga Kota Jakarta (Fakta), Azas Tigor Nainggolan, mengatakan jika sepinya penumpang Metromini diakibatkan karena banyak penggunanya beralih menggunakan sepeda motor sebagai moda transportasi. Peralihan itu disebabkan lantaran pengguna angkutan umum di Jakarta terbilang mahal.
"Kenapa penumpangnya lompat ke sepeda motor? Karena naik angkutan umum biayanya mahal. Dari gaji mereka sekitar 40 persen untuk naik angkutan umum," katanya saat dihubungi melalui seluler semalam. "Kalau pakai sepeda motor paling hanya sekitar 5 sampai 10 persen ongkos yang dikeluarkan dari pendapatan."

Untuk menarik pengguna angkutan umum khususnya Metromini dan Kopaja, Azas mengatakan pemerintah Provinsi DKI Jakarta seharusnya merevitalisasi angkutan umum sekaligus mengkaji kembali trayek angkutan umum. Meski sejak era Gubernur Joko Widodo, penyegaran terhadap Metromini dilakukan, namun hingga kini dampak angkutan yang pernah dihelat ajang Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang atau Games of the New Emerging Forces (GANEFO), era presiden Soekarno itu tetap sepi penumpang.
"Sekarang kalau busnya bagus tapi penumpangnya tidak ada kan sama saja. Pemerintah juga harus memikirkan solusi soal penumpang itu," ujarnya.

Selain melakukan peremajaan dan mengkaji ulang soal trayek Metromini, pemerintah juga harus memberi jaminan jika transportasi mudah dijangkau. "Saya tidak melihat Pemprov DKI Jakarta tidak serius merapihkan angkutan umum. Bukan sekadar memanjakan penumpang, tapi biaya juga harus murah," tuturnya.

 






 


Bocah tiga tahun tonton pasangan tengah bercinta di pantai

Katakepo.blogspot.com - Sepasang kekasih di Florida, Amerika Serikat, harus berurusan dengan pihak berwajib lantaran kedapatan bercinta di pantai umum pada Juli tahun lalu.

Jose Caballero (40), dan Elissa Alvarez (20) dikenai tuduhan perilaku mesum dan tindakan cabul di muka umum seperti diberitakan surat kabar setempat, Miami Herald.

Persidangan singkat selama 15 menit langsung memvonis mereka bersalah, dan ancaman 15 tahun penjara telah menanti mereka.

Koran the independent melaporkan, Rabu (6/5), barang bukti kuat berupa sebuah video dan saksi mata seorang anak kecil berumur tiga tahun membuat mereka tidak dapat membuat banyak pembelaan.

Pengacara mereka berdalih video tersebut bukanlah adegan bercinta melainkan gerakan genit sang wanita untuk membangunkan pasangannya yang sedang tertidur.

Asosiasi tekstil perkirakan 50 ribu buruh terancam PHK tahun ini

Katakepo.blogspot.com - Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memperkirakan sebanyak 50 ribu buruh terancam pemutusan hubungan kerja (PHK) seiring penambahan jumlah pabrik gulung tikar. Indikasinya, sepanjang tahun ini, sudah 18 perusahaan tekstil yang kolaps lantaran terdampak penaikan tarif dasar listrik (TDL).
Di sisi lain, ekspor tekstil stagnan akibat pelemahan ekonomi dunia.
"Kalau harga listrik naik terus, maka listrik bukan lagi jadi agen pembangunan tapi komoditas masa depan. Dengan penaikan tarif listrik, ada 18 perusahaan tutup di Jawa dari Januari lalu hingga sekarang," ujar Ketua API Ade Sudrajat di Badan Koordinasi Penanaman Modal, Jakarta, Rabu (6/5).
Bangkrutnya 18 perusahaan tekstil tersebut menyebabkan 30 ribu buruh terkena PHK. Kendati demikian, kata Ade, PHK merupakan gejala temporer pada perusahaan tekstil.
Sebab, kapasitas produksi industri manufaktur Amerika Serikat (AS) sudah kembali menggeliat selama 24 jam penuh. Sehingga kondisi ini akan membawa pengaruh baik bagi Indonesia.
"Dampaknya bakal terasa di Agustus sampai September ini. Tapi kami juga perlu kepastian peraturan," jelas dia.

Bekasi ngotot ingin APTB tetap masuk ke jalur TransJakarta

Katakepo.blogspot.com - Dinas Perhubungan Kota Bekasi, Jawa Barat berharap APTB masih bisa beroperasi hingga ke Jakarta melalui jalur TransJakarta. Hal ini menyusul kebijakan DKI Jakarta yang memutuskan APTB beroperasi sampai ke perbatasan.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Bekasi, Supandi Budiman mengatakan, sejauh ini keberadaan APTB dianggap membantu beban kepadatan lalu lintas di jalan raya. Setiap hari penumpang APTB dari Bekasi mencapai 4.000 orang.
"Kami ingin mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum," katanya di Bekasi, Rabu (6/5).
Dia menjelaskan, jumlah perjalanan dari Bekasi ke Jakarta yang menggunakan kendaraan pribadi mencapai 430 ribu, 53 persennya didominasi kendaraan sepeda motor.
"Kalau ini berkurang, yang diuntungkan bukan hanya Bekasi, tapi kepadatan di Jakarta juga berkurang," kata Supandi.
Karena itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dishub DKI Jakarta setelah ada kebijakan baru yang melarang APTB masuk jalur busway.
"Kami inginnya ada kekhususan buat APTB ini," katanya.
Sementara itu, sejumlah sopir APTB mengaku keberatan dengan kebijakan DKI Jakarta. Sebab, kebijakan itu diyakini mempengaruhi jumlah penumpang, imbasnya ke penghasilan.
"Sudah masuk Busway saja pas-pasan, apalagi hanya sampai perbatasan. Kemarin saya berangkat jam 3 pagi pulang jam 11 malam, hanya mengantongi Rp 10 ribu," katanya.
Sebab, target dari lima rit, ia hanya mampu mengejar tiga rit dengan tujuan Bekasi-Bundaran HI. "Karena banyak proyek jalan, jadi terlambat," katanya.

Tuhan tidak tidur, 5 masjid ini kokoh berdiri meski dilanda bencana

Katakepo.blogspot.com - Gusti ora sare, kata orang Jawa, artinya 'Tuhan tidak tidur'. Demikianlah segala kejadian yang ada di bawah kolong langit initidak pernah luput dari kuasa Tuhan. Termasuk segala kejadian bencana alam seperti gempa, tsunami atau konflik antarmanusia seperti perang.
Di tengah kejadian-kejadian itu, manusia kerap jadi korban dan semua harta benda seperti bangunan hancur berantakan. Namun di antara bangunan yang hancur rata dengan tanah, ternyata ada sejumlah masjid yang masih sanggup bertahan kokoh berdiri.
Tempat ibadah umat Islam itu akhirnya menjadi lokasi penampungan para korban selamat. Bagaimana kisah masjid-masjid itu saat dilanda bencana? Ikuti ulasannya berikut ini.

Masjid At Tauhid di Haiti

Gempa luar biasa yang mengguncang Haiti pada 2010 menimbulkan 220.000-316.000 korban jiwa, namun umat muslim Haiti mengakui bahwa tidak satupun masjid di sekitar lokasi gempa terkena dampak hebat bencana alam ini.
Masjid yang masih berdiri kokoh akhirnya dijadikan posko perlindungan bantuan darurat gempa oleh penduduk yang selamat. Salah satunya adalah masjid At Tauhid di Ibu Kota Port-au-Prince.
Sebab masjid ini tetap berdiri kokoh dan menjadi tempat para korban gempa, baik yang muslim ataupun non muslim untuk mengungsi
Di saat istana kepresidenan dan gedung-gedung pemerintah hancur, masjid ini tetap berdiri kokoh seperti tidak terjadi apa-apa

Masjid Golcuk di Turki

Pada 1999 gempa bumi hebat di Turki menimbulkan korban jiwa hingga mencapai 45.000, dan 43.953 korban luka. Namun sebuah mesjid bernama Golcuk terbebas dari dampak kerusakan gempa dahsayt tersebut.

Umat muslim percaya ini adalah sebuah mukjizat dari Allah karena terlihat jelas hanyalah masjid tersebut yang berdiri kokoh sementara bangunan di sekitarnya luluh lantak tak bersisa.


Masjid Kobe di Jepang

Masjid Kobe di Jepang jadi saksi bisu dahsyatnya Perang Dunia Kedua. Masjid yang diresmikan pada 1935 ini adalah masjid pertama di Jepang. Penyerangan Jepang atas pelabuhan Pearl Harbour di Amerika telah membuat pemerintah Amerika memutuskan untuk menjatuhkan bom atom pertama kali dalam peperangan. Jepang akhirnya mengaku kalah.
Dua kotanya, Nagasaki dan Hiroshima dibom atom oleh Amerika Serikat. Saat itu, kota Kobe juga tidak ketinggalan menerima akibatnya. Boleh dibilang Kobe menjadi rata dengan tanah.

Tapi ajaibnya, masjid Kobe masih berdiri kokoh. Akan tetapi, kekokohan masjid Kobe diuji lagi dengan gempa dahsyat pada 1995. Tepatnya pada pukul 05.46 Selasa, 17 Januari 1995. Gempa ini sebenarnya bukan hanya menimpa Kobe, tapi juga menimpa kawasan sekitarnya seperti South Hyogo, Hyogo-ken Nanbu, dan lainnya. Diperkirakan telah menelan korban 140 ribu jiwa namun lagi-lagi masjid Kobe tetap kokoh berdiri.

Masjid Baiturrahman Banda Aceh

Sore itu, Rabu (24/12/2014) puluhan anak-anak berbaju koko duduk membentuk kelompok kecil di dalam masjid. Dipimpin oleh seorang ustazah, anak-anak tersebut melantunkan ayat suci Alquran. Sementara dalam kelompok yang lain, sedang menyimak bacaan anak perempuan yang mengaji.

Taman Pengajian Alquran menjadi kegiatan rutin setiap selesai salat Ashar. Setidaknya dua barisan penuh saat solat fardhu tiba. Sementara jamaah lainnya beranjak keluar dari masjid, para santri ini duduk membentuk beberapa kelompok kecil untuk belajar mengaji.

Itulah aktivitas di Masjid Baiturrahman di Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. Sebuah masjid yang menjadi saksi bisu dahsyatnya diterjang tsunami 10 tahun silam.

"Ini kegiatan rutin kita di sini. Selain itu kita juga ada pengajian, ada baca kitab dan ada baca hadits. Tiap tiga malam kita ada pengajian di sini," sebut Imam Masjid Baiturrahman.
Gempa bumi dan gelombang tsunami yang menyapu daratan Aceh tahun 2004 silam merupakan salah satu bencana alam terdahsyat sepanjang abad 20. Tercatat 200.000 jiwa menjadi korban dalam tragedi tersebut.

Tidak hanya korban jiwa, banyak pula bangunan fisik yang habis tersapu gelombang. Namun tidak begitu dengan Masjid Baiturrahman. Rumah ibadah yang terletak di kawasan Pantai Ulee Lheu, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh ini menjadi satu-satunya bangunan yang selamat dalam peristiwa tersebut.

Masjid yang berjarak sekitar 500 meter dari bibir pantai ini menjadi saksi bisu peristiwa 10 tahun yang lalu. Saat gelombang terjadi, hanya sembilan orang yang selamat di masjid ini, enam orang laki-laki dan tiga orang perempuan serta seorang bayi berumur tiga bulan.

Saat gelombang pertama datang, setidaknya ada 138 orang yang berlindung di masjid ini. Saat gelombang kedua datang, warga yang berlindung di tempat ibadah ini masih berjumlah sama. Namun, sebut Tgk Buchari saat gelombang ketiga datang, tiba-tiba air masuk entah dari mana dan menghayutkan warga yang ada.

"Saat gelombang ketiga, air masuk entah dari mana. Ada mobil yang menabrak dinding naik di atas mimbar, hingga orang macam diblender di air dan banyak orang di atas masjid jatuh," kenang Tgk Buchari.

Sementara beberapa bangunan masjid bagian depan, seperti pagar dan kaca, atau sekitar 20 persen mengalami kerusakan. Tgk Buchari menjelaskan pasca-tsunami masjid ini kembali direhab dengan bantuan dari negara donor pada waktu itu.

Dalam pekarangan masjid juga berdiri tegak sebuah menara yang dibangun oleh kerajaan Brunei Darussalam. Tgk Buchari menuturkan, menara tersebut merupakan sedekah dari Sultan Hassanal Bolkiah karena para pengurus menolak pembangunan masjid baru.

"Kami menolak masjid ini dirubuhkan dan dibangun masjid baru karena ini aset orang tua kami yang menyumbang sewaktu mereka hidup. Jadi biarlah tetap seperti ini," ucapnya.

Kawasan Ulee Lheu sebelum tsunami merupakan kawasan padat dengan jumlah penduduk mencapai 700.000 jiwa. Namun, saat gempa bumi dan tsunami menghantam kawasan ini, hanya 700 orang saja yang selamat. Lebih dari separuh warga menjadi korban.

Masjid Baiturrahman dulu dikenal sebagai Masjid Olele, Koetaradja. Masjid ini didirikan di atas tanah wakaf dan dibangun secara swadaya oleh masyarakat Meuraxa yang saat itu dipimpin oleh Teuku Teungoh Meuraxa pada tahun 1923/1926 Masehi.

Dengan program gotong-royong, masyarakat Meuraxa pada waktu itu mengumpulkan dana untuk pembangunan masjid. Para lelaki yang sebagiannya berprofesi sebagai nelayan setiap pulang dari menjual hasil melaut menyisihkan sebagiannya untuk masjid.

Sementara kaum ibu mengumpulkan beras yang ditaruh dalam karung beras sebanyak satu mok (satu kaleng susu), dan pada akhir bulan diserahkan pada panitia pembangunan masjid tersebut.

Masjid yang berdiri pada akhir tahun 1923 ini tidak memiliki kubah seperti pada umumnya, namun hanya ada sebuah puncak masjid berbentuk persegi empat. Pada tahun 1984 puncak masjid ini rubuh sehingga tahun 2004 masjid tidak memiliki kubah.

Pada awal pembangunannya, masjid ini hanya mampu menampung jamaah hingga 500 orang. Namun pada tahun 1981, Kerajaan Arab Saudi memberikan bantuan untuk perluasan masjid hingga dapat menampung jamaah sampai 1.500 orang.

Masjid Jami di Nepal

Masjid Jami di Bag Bazaar, Ibu Kota Kathmandu, Nepal itu masih berdiri tegak. Tak ada dinding terkelupas atau bahkan retak. Aktivitas di sekitar area masjid sangat ramai. Pertokoan mulai buka, walau madrasah masih tutup.

"Kami bersyukur, ini semua karena kuasa Allah," kata, anggota takmir Masjid Jami Nepal Mohammad Rizwan kepada merdeka.com kemarin.

Rizwan menjelaskan Masjid Jami Nepal ini bangunan yang relatif lebih baru. Renovasi besar masjid ini terakhir dilakukan pada 1995.

Tapi hanya berjarak 600 meter, ada Masjid Khasmiri Taqiya yang dekat Universitas Tri Chandra. Masjid itupun tidak mengalami kerusakan apapun. Padahal tempat ibadah itu sudah dibangun sejak 1524 Masehi.

"Ada beberapa masjid di seputaran Kathmandu. Sebagian besar berusia lebih dari 100 tahun dan tidak ada yang rusak," kata Rizwan.

Di Lalitpur, masjid jami masih berdiri tegak. Demikian pula masjid di Kota Bharatpur, Distrik Chitwan.

Merujuk sensus terakhir, ada 1,1 juta penganut ajaran Islam di Nepal, urutan ketiga setelah Hindu dan Buddha. Itu mencakup sekitar 10 persen total populasi di negara lereng Pegunungan Himalaya tersebut. Kebanyakan adalah warga India keturunan etnis urdu.

Rizwan menyatakan setelah gempa 7,8 skala richter melanda pada 25 April lalu, takmir seluruh masjid langsung berkumpul. Mereka mencari info adakah warga muslim yang jadi korban. Ternyata di seputar Kathmandu hanya ada dua warga tewas dan belasan cedera. Tapi mayoritas keluarga muslim selamat.

Oleh sebab itu, kini Masjid Jami menjadi pusat pengiriman bantuan logistik untuk korban lindu. Mayoritas adalah beras, air bersih, dan makanan siap saji. Tiga truk hilir mudik mengangkut logistik.
"Ini bantuan yang datang dari komunitas muslim Nepal. Kami mengirim ke manapun warga membutuhkan," kata Rizwan.

Pria 40 tahun ini pun mengkritik derasnya bantuan gempa Nepal, tapi mengedepankan bendera lembaga masing-masing. Dia menyatakan bantuan masjid jami bahkan tidak ditempeli stiker.

"Kami tidak memotret bantuan, kami yakin Allah telah mencatatnya."