Friday, October 11, 2013

Balada Mantan Model: 3 Tahun Berjaya, 8 Tahun Anoreksia

Katakepo.blogspot.com - Dunia fashion tidak pernah sepi dari kisah-kisah horor yang secara nyata dialami para model. Profesi yang menuntut kesempurnaan fisik ini seperti belati yang siap menikam dan menjatuhkan banyak korban.
Banyak suara sepihak menghakimi profesi sebagai seorang model. Lewat dangkalnya pikiran, mereka menghujat para perempuan (nyaris) sempurna itu sebagai sosok yang bodoh dan hanya mengandalkan keindahan tubuh untuk meraup uang. Padahal, setelah tirai pentas peraga diturunkan, lampu sorot dimatikan, dan busana-busana menawan ditanggalkan, tergurat penderitaan pilu yang setiap hari ditelan oleh sebagian besar model perempuan.
Salah satunya adalah Georgina Wilkin, 23 tahun, kelahiran Inggris. Wilkin mengungkapkan bagaimana kejamnya persaingan dunia modeling, yang tanpa iba terus memaksanya untuk lagi dan lagi menurunkan berat badannya, tidak hingga langsing, tapi sampai kurus kering.
Melalui laman The Telegraph, Wilkin mengatakan, “Yang saya dapatkan dari bekerja sebagai model hanyalah, tiga tahun kerja keras dan menderita anoreksia selama 8 tahun."
Wilkin mengawali karier sebagai model saat ia masih sangat belia, yakni  usia 15 tahun. Pada sesi casting perdana, tanpa malu-malu sang Casting Director mengatakan bahwa ia terlalu berisi untuk menjadi model. Padahal, saat itu tubuh Wilkin jika dibandingkan remaja sebayanya, termasuk kategori kurus!
Demi meraih cita-citanya, Wilkin menuruti keinginan pasar tersebut, dan mulai bergerilya dari casting ke casting, berjuang melalui penolakan ke penolakan lainnya. Kala itu, ia sudah benar-benar mengurangi asupan makanannya, dan telah menurunkan berat badan di bawah angka normal.  Namun, bagi dunia fashion, cerminan sempurna adalah tubuh bertulang, bukan tubuh yang sehat.
Secara tidak sadar, kenyataan pahit ini membuat Wilkin membiarkan perutnya lapar setiap hari, sampai akhrinya tidak lagi merasakan keinginan untuk makan. “Menu sarapanku adalah suplemen kafein. Pada saat istirahat makan siang, saya bersembunyi di perpustakaan sekolah agar tidak tergoda untuk makan. Lalu, saya tidak tidur berhari-hari. Ini strategi paling efektif untuk menurunkan berat badan secara drastis," tutur Wilkin.
Merasa sendiri dan putus asa, tanpa menunggu lama, rasa depresi pun berujung pada gangguan aneroksia!
Ganjilnya, saat Wilkin mengalami gangguan makan akut, pihak agensi justru memujinya terlihat cantik dan hebat. Padahal saat itu, perutnya kosong selama 48 jam. “Satu ketika, aku harus dirawat di rumah sakit, aku merasa lemah dan benar-benar tidak bertenaga. Tetapi, aku tidak sempat beristirahat, karena Prada menginginkanku melenggang pada fashion show mereka.”
Wilkin mengisahkan bahwa proses casting adalah momen yang paling sadis. Casting Directors meminta para model berbaris, tanpa busana, hanya pakaian dalam bertali tipis, kemudian mereka memandangi model satu per satu. Lalu, dengan jari menunjuk, mereka berjalan sembari berucap “yes", “no", “yes”, “no”. "Dan dulu, sebelum menderita aneroksia, kata 'no' itu sering ditujukan pada wajahku,” beber Wilkin.
Manajer, agensi model, dan mereka yang berkecimpung dalam industri fashion terus memberikan semangat kepadanya, untuk lagi dan lagi mengurangi berat badan. Ironisnya, saat Wilkin positif menderita aneroksia, mereka memalingkan muka, seolah tidak pernah mengenalnya sama sekali.
“Bibir dan seluruh jariku berubah biru. Karena terlampau kurus, jantungku sulit memompa darah ke seluruh tubuh. Kalian tahu apa yang mereka lakukan? Bukannya membawaku ke dokter, mereka malah menutupi kulitku yang biru itu dengan make-up dan concealer," rintihnya pada Daily Mail.  Menurut Wilkin, sekarang ia masih sering melihat tubuh kebiruan tersebut pada model-model muda di panggung peraga.
Hal yang paling tragis lainnya lagi, masih menurut Wilkin, banyak model yang memilih mengunyah tisu dan kapas untuk mengisi perut agar terasa kenyang. Mengapa tisu dan kapas? Karena tidak mengandung kalori atau lemak.
Ditempa dengan rangkaian tragedi berisiko kematian, Wilkin akhirnya mengambil keputusan. Ia memilih ingin hidup lebih lama. Gaya hidup ekstrem ini harus berakhir meskipun harus mengorbankan profesi yang telah susah payah ia rintis dari remaja. Dengan pergulatan yang tidak mudah, akhirnya Wilkin berhasil menarik dirinya dari dunia yang menawarkan kemewahan tersebut.
Proses pemulihan aneroksia ini diakuinya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kini, Wilkin bekerja sebagai Head Division perusahaan properti di London. Ia mengaku perjuangannya menaklukkan aneroksia tidak akan pernah berhenti. Bahkan sampai hari ini, ia mengaku terkadang godaan untuk menahan lapar dan perasaan bersalah sesudah makan masih ia rasakan dari waktu ke waktu.
Namun, perjuangan terasa lebih mudah sekarang, sebab ia berada di tempat yang lebih baik, di mana tak ada jari yang menunjuknya sembari mengatakan bahwa tubuhnya kurang kurus.
Agar masa suram yang ia lewati tidak dialami oleh para perempuan remaja lainnya, Wilkin melibatkan diri sebagai seorang aktivis yang menentang tuntutan rumah mode bahwa model profesional harus memiliki ukuran baju di angka nol tanpa peduli apakah diet yang dijalani sehat atau mematikan.

0 comments:

Post a Comment