Katakepo.blogspot.com - Negara berpenduduk terbanyak di dunia juga
merupakan negara yang paling tidak religius. Berdasarkan sebuah studi
terbaru, 90 persen penduduk China menganggap diri mereka ateis atau
tidak beragama.
Survei terhadap 65 negara itu, yang dilakukan Gallup International dan WI Network of Market Research dan diberitakan harian Washington Post pekan lalu, didasarkan pada 63.898 wawancara. China berada di puncak daftar negara yang paling tidak relegius di dunia, lalu diikuti negara-negara di Eropa. Sekitar tiga perempat penduduk Swedia dan Ceko misalnya juga mengatakan bahwa mereka ateis atau tidak beragama.
Walau masyarakat China punya tradisi religius yang mendalam, beberapa dekade pemerintahan Komunis telah menanamkan materialisme ateistis yang luas yang masih membuat terkejut banyak pengunjung negara itu.
Posisi teratas Swedia di antara negara-negara yang paling tidak religius di dunia juga mengherankan. Negara Skandinavia tersebut semakin menjadi sekuler dalam beberapa tahun terakhir, dan para pengamat memperhatikan adanya keterputusan antara popularitas tradisi religius seperti Natal atau Paskah dan komitmen agama yang benar.
Menurut Pemerintah Swedia, hanya delapan persen warga itu yang secara teratur menghadiri acara keagamaan. Situs internet Pemerintah Swedia memberikan penjelasan lebih lanjut tentang mengapa bangsa itu jauh lebih tidak religius ketimbang sejumlah negara tetangganya.
China dan Hongkong tampak menjadi orang asing (outlier) di Asia dengan jumlah warga ateis yang tinggi. Eropa Barat dan Oseania juga merupakan kawasan dengan sekitar 50 persen atau lebih dari populasinya menganggap diri mereka ateis atau tidak bergama.
Di Eropa Barat, Inggris dan Belanda berada di peringkat teratas, diikuti Jerman, Swiss, Spanyol, dan Austria. Di Perancis, sekitar setengah dari populasinya tidak beragama atau ateis. Padahal, secara historis, Perancis dianggap sebagai tempat kelahiran sekularisme Barat.
Israel juga mengejutkan karena banyak warganya, yaitu 65 persen, menganggap diri mereka tidak beragama atau ateis. Menurut surat kabar Israel, Haaretz, ateisme mengakar kuat di masyarakat negara itu. Banyak orang Yahudi melakukan ibadat agama, tetapi menganggap diri mereka sebagai orang sekuler. Di Tepi Barat dan Gaza, hanya 19 persen dari semua responden yang mengatakan bahwa mereka tidak beragama.
Studi itu juga menyoroti perbedaan lain dalam kebiasaan beragama yang tidak berhubungan dengan batas-batas negara. Para penulis survei itu menemukan bahwa orang yang berusia lebih muda dari 34 tahun cenderung lebih religius ketimbang responden yang lebih tua. Hal itu sangat mengejutkan dari perspektif AS. Di negara tersebut terjadi peningkatan terhadap jumlah warga lebih muda yang tidak mengidentifikasi diri dengan satu agama sama sekali. Pada warga AS yang lebih tua, yang terjadi adalah sebaliknya, mereka cenderung lebih religius.
Para peneliti juga meneliti sejumlah variabel lain selain usia. "Mereka yang dianggap tidak berpendidikan merupakan orang-orang yang paling religius, tetapi orang-orang religius merupakan kelompok mayoritas dalam semua tingkat pendidikan," demikian kesimpulan para peneliti tersebut.
Menurut analisis mereka, pendidikan memainkan peran yang lebih kecil dalam menentukan religiusitas individu ketimbang pendapatan. "Di antara mereka yang berpenghasilan menengah ke atas dan tinggi, kurang dari 50 persen mengatakan bahwa mereka beragama. Sementara itu, 70 persen dari mereka yang berpenghasilan menengah ke bawah dan rendah mengatakan bahwa mereka beragama.
Pengamatan ini mirip dengan studi sebelumnya oleh Pew Research Center yang menemukan bahwa tingkat religiositas sebuah negara erat kaitannya dengan PDB per kapita negara itu. Dengan kata lain, negara-negara yang lebih kaya cenderung kurang religius daripada negara-negara yang miskin. Satu-satunya yang berbeda dari pengamatan itu adalah China dan Amerika Serikat.
Daftar negara-negara yang paling tidak beragama ini tidak menunjukkan penurunan iman. Di seluruh dunia, enam dari 10 orang mengatakan bahwa mereka beragama. Kebanyakan orang beragama dapat ditemukan di Afrika dan Timur Tengah. Di negeri itu, delapan dari 10 orang akan menganggap diri mereka beragama, diikuti oleh Eropa Timur, Amerika, dan Asia.
"Dengan tren orang-orang muda yang semakin religius secara global, kita dapat mengasumsikan bahwa jumlah orang yang menganggap dirinya beragama akan terus meningkat," kata Jean-Marc Leger, Presiden WIN/Gallup International, seperti dikutip koran Inggris, Guardian.
Di antara 65 negara yang disurvei Gallup International, Thailand memimpin daftar negara yang paling religius. Sebanyak 94 persen populasi negara itu menganggap diri mereka religius. Armenia, Banglades, Georgia, dan Maroko menyusul Thailand dalam peringkat tersebut.
Laporan tersebut tidak menyebutkan Indonesia. Namun, berdasarkan peta grafis yang dikeluarkan WIN/Gallup International, Indonesia masuk wilayah warna biru. Hal itu mengindikasikan bahwa Indonesia termasuk dalam kategori negara yang kurang dari 25 persen populasinya menyatakan diri mereka tidak beragama atau ateis.
Survei terhadap 65 negara itu, yang dilakukan Gallup International dan WI Network of Market Research dan diberitakan harian Washington Post pekan lalu, didasarkan pada 63.898 wawancara. China berada di puncak daftar negara yang paling tidak relegius di dunia, lalu diikuti negara-negara di Eropa. Sekitar tiga perempat penduduk Swedia dan Ceko misalnya juga mengatakan bahwa mereka ateis atau tidak beragama.
Walau masyarakat China punya tradisi religius yang mendalam, beberapa dekade pemerintahan Komunis telah menanamkan materialisme ateistis yang luas yang masih membuat terkejut banyak pengunjung negara itu.
Posisi teratas Swedia di antara negara-negara yang paling tidak religius di dunia juga mengherankan. Negara Skandinavia tersebut semakin menjadi sekuler dalam beberapa tahun terakhir, dan para pengamat memperhatikan adanya keterputusan antara popularitas tradisi religius seperti Natal atau Paskah dan komitmen agama yang benar.
Menurut Pemerintah Swedia, hanya delapan persen warga itu yang secara teratur menghadiri acara keagamaan. Situs internet Pemerintah Swedia memberikan penjelasan lebih lanjut tentang mengapa bangsa itu jauh lebih tidak religius ketimbang sejumlah negara tetangganya.
China dan Hongkong tampak menjadi orang asing (outlier) di Asia dengan jumlah warga ateis yang tinggi. Eropa Barat dan Oseania juga merupakan kawasan dengan sekitar 50 persen atau lebih dari populasinya menganggap diri mereka ateis atau tidak bergama.
Di Eropa Barat, Inggris dan Belanda berada di peringkat teratas, diikuti Jerman, Swiss, Spanyol, dan Austria. Di Perancis, sekitar setengah dari populasinya tidak beragama atau ateis. Padahal, secara historis, Perancis dianggap sebagai tempat kelahiran sekularisme Barat.
Israel juga mengejutkan karena banyak warganya, yaitu 65 persen, menganggap diri mereka tidak beragama atau ateis. Menurut surat kabar Israel, Haaretz, ateisme mengakar kuat di masyarakat negara itu. Banyak orang Yahudi melakukan ibadat agama, tetapi menganggap diri mereka sebagai orang sekuler. Di Tepi Barat dan Gaza, hanya 19 persen dari semua responden yang mengatakan bahwa mereka tidak beragama.
Studi itu juga menyoroti perbedaan lain dalam kebiasaan beragama yang tidak berhubungan dengan batas-batas negara. Para penulis survei itu menemukan bahwa orang yang berusia lebih muda dari 34 tahun cenderung lebih religius ketimbang responden yang lebih tua. Hal itu sangat mengejutkan dari perspektif AS. Di negara tersebut terjadi peningkatan terhadap jumlah warga lebih muda yang tidak mengidentifikasi diri dengan satu agama sama sekali. Pada warga AS yang lebih tua, yang terjadi adalah sebaliknya, mereka cenderung lebih religius.
Para peneliti juga meneliti sejumlah variabel lain selain usia. "Mereka yang dianggap tidak berpendidikan merupakan orang-orang yang paling religius, tetapi orang-orang religius merupakan kelompok mayoritas dalam semua tingkat pendidikan," demikian kesimpulan para peneliti tersebut.
Menurut analisis mereka, pendidikan memainkan peran yang lebih kecil dalam menentukan religiusitas individu ketimbang pendapatan. "Di antara mereka yang berpenghasilan menengah ke atas dan tinggi, kurang dari 50 persen mengatakan bahwa mereka beragama. Sementara itu, 70 persen dari mereka yang berpenghasilan menengah ke bawah dan rendah mengatakan bahwa mereka beragama.
Pengamatan ini mirip dengan studi sebelumnya oleh Pew Research Center yang menemukan bahwa tingkat religiositas sebuah negara erat kaitannya dengan PDB per kapita negara itu. Dengan kata lain, negara-negara yang lebih kaya cenderung kurang religius daripada negara-negara yang miskin. Satu-satunya yang berbeda dari pengamatan itu adalah China dan Amerika Serikat.
Daftar negara-negara yang paling tidak beragama ini tidak menunjukkan penurunan iman. Di seluruh dunia, enam dari 10 orang mengatakan bahwa mereka beragama. Kebanyakan orang beragama dapat ditemukan di Afrika dan Timur Tengah. Di negeri itu, delapan dari 10 orang akan menganggap diri mereka beragama, diikuti oleh Eropa Timur, Amerika, dan Asia.
"Dengan tren orang-orang muda yang semakin religius secara global, kita dapat mengasumsikan bahwa jumlah orang yang menganggap dirinya beragama akan terus meningkat," kata Jean-Marc Leger, Presiden WIN/Gallup International, seperti dikutip koran Inggris, Guardian.
Di antara 65 negara yang disurvei Gallup International, Thailand memimpin daftar negara yang paling religius. Sebanyak 94 persen populasi negara itu menganggap diri mereka religius. Armenia, Banglades, Georgia, dan Maroko menyusul Thailand dalam peringkat tersebut.
Laporan tersebut tidak menyebutkan Indonesia. Namun, berdasarkan peta grafis yang dikeluarkan WIN/Gallup International, Indonesia masuk wilayah warna biru. Hal itu mengindikasikan bahwa Indonesia termasuk dalam kategori negara yang kurang dari 25 persen populasinya menyatakan diri mereka tidak beragama atau ateis.