Wednesday, October 2, 2013

Bercerai tingkatkan risiko mati muda bagi pria

Katakepo.blogspot.com - Perceraian bukan cuma membuat patah hati, tetapi juga meningkatkan risiko mati muda bagi pria, demikian menurut penelitian terbaru.
Penyebab dari kematian itu pun bisa berupa kecanduan terhadap alkohol atau obat-obatan terlarang, stres, penyakit tertentu, sampai bunuh diri. Sehingga peneliti menyarankan agar pria yang bercerai segera mencari pertolongan jika memang terlalu patah hati.
Sebagaimana dilansir dari Daily Mail, setidaknya ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan pria setelah bercerai. Ketiga hal itu adalah nutrisi, olahraga, dan jadwal tidur.
Jika pria tetap menjaga pola makan, aktivitas fisik, dan kebutuhan tidurnya dengan baik, pelan-pelan mereka akan memulihkan kondisinya. Sebaliknya, jika diabaikan, pria berisiko tinggi menghancurkan kesehatan yang akhirnya berujung pada kematian.
Hasil penelitian dari Cornell University tersebut kemudian dilaporkan dalam Journal of Men's Health.

Tuesday, October 1, 2013

Sepenggal Kisah Banten Lama

Katakepo.blogspot.com - MATAHARI sudah condong jauh ke barat, tetapi udara panas nan terik masih meruap di kawasan Pelabuhan Karangantu, Banten Lama, Provinsi Banten. Walau demikian, hal itu tak menghentikan kesibukan para nelayan menyiapkan jaring dan pancing. Sebagian lagi memanfaatkan waktu untuk beristirahat, menyandarkan badan di dinding perahu beratap terpal, menunggu datangnya malam.

Pelabuhan Karangantu ini ternyata punya sepenggal cerita sejarah yang membanggakan. Selain karena tak ada lagi jejak peninggalan yang bisa dilihat langsung, pelabuhan itu kini benar-benar berubah jadi perkampungan nelayan kumuh. Sampah berserakan di jalan-jalan dan lumpur sungai yang sudah lama dikeruk, menumpuk di tepi dermaga.

Karangantu kini menjadi bandar laut yang terlupakan. Padahal, dulunya adalah pelabuhan kelas dunia. Pelabuhan ini pernah tercatat menjadi bagian Jalur Sutra. Gubernur Belanda Jan Pieterzoon Coen—sebagaimana yang diungkap dalam Mengenal Peninggalan Sejarah dan Purbakala Kota Banten Lama oleh Uka Tjandrasasmita, Hasan M Ambary, dan Hawany Michrob—membuat catatan soal enam perahu China yang membawa barang senilai 300.000 real di Karangantu.

Dari buku yang sama, Tom Pires, pakar obat-obatan dari Portugal yang berkelana di Asia Tenggara, bertandang ke Banten pada tahun 1513. Pires menyebut, Karangantu merupakan pelabuhan kedua di Kerajaan Sunda, setelah pelabuhan besar Sunda Kelapa di Jayakarta.
Bukti-bukti sejarah besar Karangantu tak hanya tercatat di buku. Beberapa komoditas yang pernah diperjualbelikan di era kejayaan Banten Lama bisa dilihat di Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama.

Di museum ini, tersimpan rapi beberapa benda seperti guci dan porselen dari China, Jepang, dan Belanda. Pengamat sejarah Banten, Lukman Hakim, mengatakan, Banten berkembang pesat jadi kota pelabuhan dan kota perdagangan pada era Sultan Maulana Hasanudin.

Pada era kepemimpinannya, pusat pemerintahan dipindahkan dari bagian hulu ke hilir Sungai Cibanten dengan maksud memudahkan hubungan dagang dengan pesisir Sumatera melalui Selat Sunda. Rupanya Banten pada masa itu sudah pandai membaca situasi politik dan perdagangan di Asia Tenggara.

Saat itu, pedagang dari mancanegara risau karena Malaka jatuh ke tangan Portugis. Karena pedagang Muslim yang tengah bermusuhan dengan Portugis enggan berhubungan dagang dengan Malaka, maka para pedagang yang berasal dari Arab, Persia, dan Gujarat, mengalihkan jalur perdagangan ke Selat Sunda. Mereka singgah di Karangantu.
Sejak itu, Karangantu jadi pusat perdagangan internasional yang disinggahi pedagang Asia, Afrika, dan Eropa. Titik balik kehancuran Banten Lama terjadi saat pecah perang saudara antara Sultan Haji dengan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa.

Sejak itu, pengaruh kesultanan Banten mulai pudar. Banten Lama semakin ditinggalkan setelah pusat pemerintahan dipindah ke Serang. Pelabuhan Karangantu tak lagi dilirik karena kondisi lingkungan akibat pengendapan lumpur tak memungkinkan kapal singgah. 

Peristiwa Traumatik Picu Gangguan Jiwa

Katakepo.blogspot.com - Orang yang mengalami peristiwa traumatik rentan mengalami gangguan kejiwaan. Gangguan ini menyebabkan ketidakstabilan emosi dalam dirinya. Seperti yang terjadi pada korban penyekapan Taman sari, Jakarta Barat. Korban penyekapan rentan mengalami gangguan kejiwaan pascatrauma. Hal yang sama juga rentan dialami korban peculikan, pemerkosaan, atau bencana alam. "Peristiwa traumatik mengakibatkan korban berisiko besar mengalami gangguan kejiwaan. Bila terjadi kurang dari satu bulan disebut reaksi stres akut. Namun bila terjadi lebih dari satu bulan disebut gangguan stres pasca trauma," kata psikiater dr Andri, SpKJ pada Jumat (20/9/2013).

Selama satu bulan tersebut, kata Andri, korban terus mengalami mimpi buruk. Korban juga tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan terus dibayangi peristiwa buruk yang dialami.

Andri menyarankan korban segera dibawa ke psikolog klinis atau psikiater. Psikolog klinis atau psikiater akan membantu memperbaiki kondisi emosional dan fungsi otak korban.
"Dengan pengobatan dan konseling yang dilakukan yang segera dilakukan, diharapkan penderita lebih cepat pulih," kata Andri.

Lebih lanjut Andri mengatakan, gangguan ini memiliki gejala yang khas. Penderita akan terus mengalami flashback, yang memungkinkannya kembali merasakan (re-experience) hal buruk yang dialaminya. Akibatnya penderita bisa mengalami kecemasan akut yang ditandai sesak nafas, keringat dingin, menggigil, hendak pingsan, atau menangis.

Flashback yang terus dialami juga memungkinkan penderita mengalami ketakutan pada hal tertentu. "Para korban Tsunami Aceh 2004, misalnya, takut pada bunyi 'blebek-blebek' saat mulut botol dimasukkan ke air. Bunyi ini mengingatkannya saat tengah tenggelam diterjang ombak," kata Andri.

Kondisi ini menyaratkan korban mendapat dukungan penuh dari keluarga. Dengan dukungan penuh, penderita lebih cepat melupakan peristiwa buruk yang dialaminya. Andri juga menyarankan keluarga tidak menyalahkan atau mengungkit kembali peristiwa menyakitkan tersebut.

Hal yang sama juga disarankan kepada pihak kepolisian yang hendak menginterogasi korban. "Sebaiknya tanyakan cukup sekali dan detail. Bila hendak menyakan kembali pastikan ada pendampingan dari psikolog klinis atau psikiater. Tidak mudah membuka kembali peristiwa tidak menyenangkan yang dialami korban," kata Andri.

Andri mengatakan, kendati bisa sembuh, durasi pengobatan tidak sama pada setiap korban. Hal ini didasarkan pada karakter dan kemampuan adaptasi korban. Bila korban berkepribadian tangguh dan mudah beradaptasi, maka waktu penyembuhan akan semakin cepat. Hal ini juga bergantung pada apakah korban pernah mengalami gangguan kejiwaan sebelumnya.

"Bagaimanapun kondisinya secepat mungkin bawalah ke psikolog klinis atau psikiater, apalagi bila terus mimpi buruk. Penanganan yang segera dilakukan akan menghasilkan kesembuhan yang lebih cepat," kata Andri.


BPOM akan Tarik Pil Dekstro

Katakepo.blogspot.com - Badan POM RI akan menarik obat dekstrometorfan (DMP) sediaan tunggal dari peredaran. Penarikan ini dijadwalkan mulai Juni 2014 untuk memberi kesempatan sosialisasi dan penjelasan kepada produsen obat sebelum menarik produknya.
"Selama tenggang waktu ini para produsen harus memberi laporan berapa banyak yang diproduksi, dan kemana saja didistribusikan. Laporan ini diberikan kepada Badan POM RI di tanggal 15 tiap bulannya," kata Direktur Pengawasan NAPZA Badan POM RI, Togi Hutajulu pada acara temu media 'Penyalahgunaan Dekstrometorfan di Indonesia'  Selasa (1/10/2013) di Jakarta.
Pelaporan ini, kata Togi, harus diberikan produsen obat yang memiliki nomor izin edar (NIE). Pelaporan ini untuk mencegah penyalahgunaan obat karena pendistribusian yang tidak bertanggung jawab. Hal ini tidak hanya berlaku bagi produsen DMP tunggal, tapi juga produsen obat lainnya.
BPOM menegaskan, jenis yang ditarik terbatas pada sediaan tunggal. Hal ini dikarenakan, jenis inilah yang paling banyak disalahgunakan sebagai pil koplo. Kondisi ini tidak terjadi pada sediaan kombinasi, yang digabung dengan obat penurun demam, nyeri, atau pengencer dahak. Hal ini dibuktikan dengan jumlah obat yang berhasil diproduksi suatu pabrik.
Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapeutik dan NAPZA, Retno Tyas Utami mengatakan, satu pabrik mampu memproduksi hingga 10 milyar tablet DMP sediaan tunggal per tahun. Sayangnya, produsen tidak memantau kemana saja obatnya pergi. Penarikan produk akan dibarengi dengan pencabutan NIE, yang dimiliki produsen.
"Saat ini kita sudah mengantongi 52 produsen dengan 130 NIE yang akan dicabut. Usai pencabutan, DMP tunggal yang masih beredar akan menjadi ilegal," kata Retno.

Bila pabrik masih diketahui memproduksi atau memasarkan, maka akan dikenai denda dan sanksi. Hal ini berlaku sama bila DMP dijual melalui penjualan online. Kendati akan ditarik, Retno mengatan, DMP bukanlah produk yang buruk. DMP terbukti mampu mengatasi batuk akibat iritasi tenggorokan dan saluran napas bronkhial, terutama dalam kasus batuk pilek.
"Masyarakat masih bisa merasakan manfaat DMP, walaupun tidak dalam bentuk tunggal. Selain itu, juga tersedia obat batuk lain seperti noskapin untuk yang dijual bebas, dan kodein yang menggunakan resep dokter," kata Retno.
Dalam sediaan kombinasi, kadar DMP yang tersedia adalah 10 miligram per takaran obat. Sedangkan dalam sediaan tunggal, kandungan DMP mencapai 16 miligram. Kadar DMP yang menurun pada sediaan kombinasi tidak menurunkan manfaat yang ditimbulkan.
Adanya DMP pada obat kombinasi, berfungsi mengimbangi efek obat lain yang ditimbulkan. Retno mencontohkan DMP yang dikombinasikan pengencer dahak. Peran DMP adalah membuat konsumen batuk hingga bisa mengeluarkan dahak.

Orang Yahudi AS Makin Tak Beragama

Katakepo.blogspot.com - WASHINGTON, Orang-orang Yahudi di Amerika Serikat (AS) sangat bangga menjadi Yahudi. Namun, hampir satu dalam setiap lima orang Yahudi AS menggambarkan diri mereka tidak beragama. Demikian menurut sebuah survei Pew Research Center yang dipublikasikan Selasa (1/10/2013).

Kesenjangan itu bersifat antargenerasi. Sebanyak 32 persen generasi Yahudi saat ini mengidentifikasi diri sebagai orang Yahudi berdasarkan keturunan, etnis, atau budaya, sementara 93 persen orang Yahudi yang lahir tahun 1914-1927 mengidentifikasi diri berdasarkan iman mereka.

"Pergeseran identifikasi diri dalam masyarakat Yahudi (AS) mencerminkan perubahan yang lebih luas di masyarakat AS," kata Pew’s Religion and Public Life Project dalam sebuah ringkasan laporannya yang setebal 210 halaman. "Orang-orang Amerika secara keseluruhan, bukan hanya orang Yahudi, semakin menjauhkan diri dari setiap afiliasi agama," kata laporan itu. Masih menurut laporan tersebut, sebanyak 22 persen rakyat Amerika mengidentifikasi diri sebagai orang yang tidak beragama.

Walau demikian, 94 persen responden mengatakan, mereka sangat bangga menjadi orang Yahudi. Sebanyak tujuh dari 10 orang merasa sangat melekat atau agak dekat dengan Israel. Menurut Pew, proporsi itu pada dasarnya tidak berubah sejak pergantian abad ke-21.

Hanya 38 persen responden yang merasa Pemerintah Israel membuat upaya tulus menuju perdamaian dengan Palestina, sementara 44 persen lainnya berpikir bahwa permukiman Yahudi di Tepi Barat merugikan kepentingan keamanan Israel.

Pew mewawancarai 3.475 orang Yahudi Amerika melalui telepon dari 20 Februari sampai 13 Juni untuk studi tersebut. Adapun kemungkinan margin error dari survei itu sekitar tiga persen.

Pengungkapan temuan itu bertepatan dengan kunjungan ke Amerika Serikat oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.