Katakepo.blogspot.com - Tenganan adalah desa yang mempunyai keunikan sendiri di Bali, desa yang
terletak cukup terpencil dan terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten
Karangasem. Untuk mencapai desa ini melalui jalan darat dan berjarak
sekitar 60 km dari pusat kota Denpasar, Bali.
Desa ini sangatlah tradisional karena dapat bertahan dari arus perubahan zaman yang sangat cepat dari teknologi. Walaupun sarana dan prasarana seperti listrik dan lain-lain masuk ke Desa Tenganan ini, tetapi rumah dan adat tetap dipertahankan seperti aslinya yang tetap eksotis. Ini karena masyarakat Tenganan mempunyai peraturan adat desa yang sangat kuat, yang mereka sebut dengan awig-awig yang sudah mereka tulis sejak abad 11 dan sudah diperbarui pada tahun 1842.
Ketika tempat wisata yang lain di Bali berkembang pesat seperti Pantai Kuta, Pantai Amed, yang sangat meriah dengan kehadiran hotel, café, dan kehidupan malamnya, Desa Tenganan tetap saja berdiri kokoh tidak peduli dengan perubahan zaman.
Untuk memasuki Desa Tenganan sangatlah unik. Sebelum masuk ke area Desa Tenganan, kita akan melalui sebuah loket. Di situ kita tidak diharuskan membayar karena tidak ada tiket/karcis yang dijual.
Sebagai gantinya kita memberikan sumbangan sukarela berapa saja seikhlas kita ke petugas di bangunan kayu yang semipermanen. Sebelum masuk wisatawan harus melalui gerbang yang cukup sempit yang hanya cukup dilewati oleh satu orang.
Untuk mendongkrak potensi wisata, penduduk Desa Tenganan banyak menjual hasil kerajinan kepada turis. Art shop juga dapat kita lihat begitu kaki kita melangkah ke pintu masuk. Mereka menjual banyak kerajinan seperti anyaman bambu, ukir-ukiran, lukisan mini yang diukir di atas daun lontar yang sudah dibakar.
Paling terkenal adalah kain geringsing. Kain ini sangatlah unik karena dengan sekilas memandang kita dapat langsung mengetahui kalau kain tersebut memang buatan tangan. Kain ini termasuk mahal, dan hanya diproduksi di Desa Tenganan saja.
Waktu pengerjaannya pun memerlukan waktu cukup lama, karena karena warna–warna yang terdapat di kain gringsing ini berasal dari tumbuh-tumbuhan dan memerlukan perlakuan khusus.
Berada di desa ini kita merasakan suasana yang aman dan damai, para penduduk desa sangat ramah dan bersahabat. Kita dapat berkeliling areal desa tersebut dan menyaksikan aktivitas mereka sehari-hari. Saat yang paling tepat kita berada di sana pada saat sore hari, karena pada sore hari biasanya penduduk Desa Tenganan sudah melakukan aktivitasnya.
Mereka berkumpul di depan rumahnya masing-masing atau mereka keluar dan berkumpul bersama para penduduk yang lain. Pada kesempatan itu lah kita dapat menyaksikan dan melihat tingkah laku dan adat budaya tradisional mereka yang amat kental. Maka pantaslah jika mereka disebut dengan sebutan Bali Aga atau Bali Asli.
1. Biasanya pada bulan Juni diadakan upacara adat pesta perang pandan. Acara ini menarik banget! Sayang saya belum sempat ke sini pada saat acara berlangsung.
2. Setahu saya belum ada transportasi umum untuk mencapai Desa Tenganan. Tetapi ke sini dapat dijangkau dengan sepeda motor atau mobil pribadi.
3. Kerajinan khas desa adat Tenganan Pegringsingan selain kain tenun, ada juga ukir/lukis daun lontar. Kerajinan ini sangat menarik untuk dibeli karena unik untuk koleksi.
4. Seru deh kalau bisa berbaur dengan masyarakat lokal! Masyarakat di sini ramah dan kita bisa mendapatkan banyak pelajaran hidup dari kearifan lokal mereka. (BARRY KUSUMA)
Desa ini sangatlah tradisional karena dapat bertahan dari arus perubahan zaman yang sangat cepat dari teknologi. Walaupun sarana dan prasarana seperti listrik dan lain-lain masuk ke Desa Tenganan ini, tetapi rumah dan adat tetap dipertahankan seperti aslinya yang tetap eksotis. Ini karena masyarakat Tenganan mempunyai peraturan adat desa yang sangat kuat, yang mereka sebut dengan awig-awig yang sudah mereka tulis sejak abad 11 dan sudah diperbarui pada tahun 1842.
Ketika tempat wisata yang lain di Bali berkembang pesat seperti Pantai Kuta, Pantai Amed, yang sangat meriah dengan kehadiran hotel, café, dan kehidupan malamnya, Desa Tenganan tetap saja berdiri kokoh tidak peduli dengan perubahan zaman.
Warga di Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem, Bali dan hasil kerajinan tangan yang dijual untuk wisatawan.
Desa ini tetap bertahan dengan tiga balai desanya yang kusam dan rumah
adat yang berderet yang sama persis satu dengan lainnya. Tidak hanya itu
di desa ini keturunan juga dipertahankan dengan perkawinan antar sesama
warga desa. Oleh karena itu Desa Tenganan tetap tradisional dan
eksotis, walaupun masyarakat Tenganan menerima masukan dari dunia luar
tetapi tetap saja tidak akan cepat berubah. Pasalnya peraturan desa
adat/awig-awig mempunyai peranan yang sangat penting terhadap masyarakat
Desa Tenganan.Untuk memasuki Desa Tenganan sangatlah unik. Sebelum masuk ke area Desa Tenganan, kita akan melalui sebuah loket. Di situ kita tidak diharuskan membayar karena tidak ada tiket/karcis yang dijual.
Sebagai gantinya kita memberikan sumbangan sukarela berapa saja seikhlas kita ke petugas di bangunan kayu yang semipermanen. Sebelum masuk wisatawan harus melalui gerbang yang cukup sempit yang hanya cukup dilewati oleh satu orang.
Warga Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem, Bali.
Penghasilan penduduk Desa Tenganan juga tidak jelas berapa
pendapatannya, karena di sana masih menggunakan sistem barter di antara
warganya. Di sana banyak tanaman, sawah, kerbau yang bebas berkeliaran
di pekarangan rumah mereka.Untuk mendongkrak potensi wisata, penduduk Desa Tenganan banyak menjual hasil kerajinan kepada turis. Art shop juga dapat kita lihat begitu kaki kita melangkah ke pintu masuk. Mereka menjual banyak kerajinan seperti anyaman bambu, ukir-ukiran, lukisan mini yang diukir di atas daun lontar yang sudah dibakar.
Paling terkenal adalah kain geringsing. Kain ini sangatlah unik karena dengan sekilas memandang kita dapat langsung mengetahui kalau kain tersebut memang buatan tangan. Kain ini termasuk mahal, dan hanya diproduksi di Desa Tenganan saja.
Waktu pengerjaannya pun memerlukan waktu cukup lama, karena karena warna–warna yang terdapat di kain gringsing ini berasal dari tumbuh-tumbuhan dan memerlukan perlakuan khusus.
Suvenir Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem, Bali.
"Walaupun banyak wisatawan yang semakin lama semakin banyak untuk datang
di desa ini, namun sayang belanja suvenir mereka masih kurang," ungkap I
Made, pelukis lukisan mini di atas daun lontar.Berada di desa ini kita merasakan suasana yang aman dan damai, para penduduk desa sangat ramah dan bersahabat. Kita dapat berkeliling areal desa tersebut dan menyaksikan aktivitas mereka sehari-hari. Saat yang paling tepat kita berada di sana pada saat sore hari, karena pada sore hari biasanya penduduk Desa Tenganan sudah melakukan aktivitasnya.
Mereka berkumpul di depan rumahnya masing-masing atau mereka keluar dan berkumpul bersama para penduduk yang lain. Pada kesempatan itu lah kita dapat menyaksikan dan melihat tingkah laku dan adat budaya tradisional mereka yang amat kental. Maka pantaslah jika mereka disebut dengan sebutan Bali Aga atau Bali Asli.
Lukisan di atas daun lontar yang dibuat warga Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem, Bali.
Berikut tips untuk Anda yang berencana berkunjung ke Desa Tenganan.1. Biasanya pada bulan Juni diadakan upacara adat pesta perang pandan. Acara ini menarik banget! Sayang saya belum sempat ke sini pada saat acara berlangsung.
2. Setahu saya belum ada transportasi umum untuk mencapai Desa Tenganan. Tetapi ke sini dapat dijangkau dengan sepeda motor atau mobil pribadi.
3. Kerajinan khas desa adat Tenganan Pegringsingan selain kain tenun, ada juga ukir/lukis daun lontar. Kerajinan ini sangat menarik untuk dibeli karena unik untuk koleksi.
4. Seru deh kalau bisa berbaur dengan masyarakat lokal! Masyarakat di sini ramah dan kita bisa mendapatkan banyak pelajaran hidup dari kearifan lokal mereka. (BARRY KUSUMA)
Warga Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem, Bali.