Tuesday, January 21, 2014

Basuki: Kalau Dipenjara, Dihukum Mati, Saya Tanggung

Katakepo.blogspot.com - JAKARTA, Salah satu kendala yang dialami Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menormalisasi sungai dan waduk adalah membebaskan lahan. Lahan-lahan yang sedianya untuk ruang terbuka hijau (RTH) dan saluran air kini telah dipakai untuk bangunan-bangunan liar. Ada yang semipermanen, tak sedikit pula yang mewah. Hal-hal itulah yang menjadi penyebab utama Jakarta selalu langganan banjir.
Masalah itu pula yang kini dihadapi Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Selama lebih kurang satu tahun membenahi Ibu Kota, Basuki dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo terus berupaya membereskan masalah itu. Hal tersebut dilakukan dalam upaya normalisasi Waduk Pluit dan Ria Rio serta Sungai Ciliwung dan Pesanggrahan.
Basuki mengatakan siap menegakkan hukum untuk merampungkan normalisasi kawasan perairan itu. Ia menyadari risiko atas hal itu, yakni akan dianggap melanggar hak asasi manusia. "Jadi, kalau mesti dipenjara, dihukum mati, biar saya yang tanggung," kata Basuki saat berkunjung ke kantor Kompas.com, Palmerah, Jakarta Barat, pekan lalu.
Basuki mengakui, sudah banyak warga yang dulu mendukungnya, tetapi kini menyesal dan berjanji tidak akan mendukungnya lagi pada periode berikutnya. Namun, ia tidak peduli dengan sikap warga tersebut. Ia bertekad untuk konsisten menaati konstitusi di atas konstituen dalam memimpin sebuah wilayah.
Basuki mencontohkan pelanggaran yang dilakukan warga di Kali Sunter. Meskipun di sepanjang sungai itu telah dipasangi sheet pile (dinding penahan atau tanggul) cukup tinggi, warga justru membuat rumah secara liar di dekatnya. Warga juga menikmati sambungan listrik ataupun air bersih, meskipun rumah yang mereka tinggali itu ilegal. Warga juga melubangi dinding tanggul tersebut sehingga berisiko banjir saat air laut pasang.
Menurut Basuki, satu-satunya cara untuk menanggulangi hal-hal seperti itu adalah dengan membongkar permukiman liar warga. Warga di sana direlokasi ke rumah susun. Solusi ini tidak mudah dilakukan karena, menurut Basuki, pasti ada yang menolak pembongkaran permukiman liar tersebut.
"Sekarang uang kerahiman sudah kita cabut. Orang-orang ribut dan menuduh kita melanggar HAM, kurang ajar itu namanya," ujar Basuki.
Basuki berpendapat bahwa warga lebih suka tinggal di rumah-rumah liar karena tidak harus membayar pajak dan biaya lain. Sementara itu, jika harus tinggal di rumah susun, maka warga harus membayar uang sewa, listrik, air bersih, dan lain-lain.
Hal serupa juga terjadi ketika Pemprov DKI Jakarta membongkar permukiman liar di bantaran Sungai Pesanggrahan. Basuki menuturkan, warga menuntut uang kerahiman, tetapi mereka tidak memiliki sertifikat tanah yang jelas. Basuki menginstruksikan Dinas Pekerjaan Umum DKI untuk langsung menertibkan permukiman tanpa surat dan sertifikat tanah tersebut. Menurut Basuki, cara itu harus ditempuh agar paling tidak lokasi banjir di Jakarta semakin berkurang.
"Mudah-mudahan, April-Mei ini rusunnya selesai. Jadi, semua (bangunan liar) yang di atas bendungan, termasuk di rumah pompa, harus kita sikat," kata Basuki.

Ekstasi untuk Terapi Gangguan Jiwa?

Katakepo.blogspot.com - Manfaat ekstasi untuk mengurangi rasa sakit akibat pergerakan atau kehabisan energi mungkin telah lama diketahui. Namun ilmuwan berhasli mengungkap manfaat lainnya, yaitu sarana terapi  bagi penderita gangguan kesehatan mental khususnya penderita post-traumatic stress disorder(PTSD).
Hasil riset terbaru yang dikeluarkan Imperial College London Inggri, membuktikan, ekstasi berdampak pada area tertentu yang berhubungan dengan memori dan emosi pada otak. Obat dengan kandungan MDMA (methylenedioxymethamphetamine) ini ternyata mampu meredakan kegelisahan seperti yang dialami pasien PTSD.
“Pada responden yang sehat, MDMA bisa meringankan efek memori buruk. Hal ini diharapkan terjadi pada pasien PTSD yang sedang menjalani sesi terapi. Para pasien diharapkan bisa mengalami trauma masa lalunya dan tidak lagi dilingkupi emosi negatif. Kendati begitu, kami perlu mengujinya pada pasien PTSD sungguhan,” kata peneliti yang juga profesor di Imperial College London, Robin Carhart-Harris. 

Peneliti melakukan riset terhadap 25 responden yang menjalani scan otak dalam dua kali kesempatan. Satu kali dilakukan setelah mengonsumsi obat dan satu lagi setelah mengonsumsi plasebo. Tentunya, responden tidak tahu apakah ia mengonsumsi obat atau placebo.

Hasilnya, MDMA mengurangi aktivitas pada limbic system yaitu area otak yang berhubungan dengan emosi. MDMA juga mengurangi komunikasi antara medial temporal lobe and medial prefrontal cortex, yang berhubungan dengan kontrol emosi. Penurunan komunikasi dan aktivitas pada limbic system berlawanan dengan apa yang terjadi pada pasien yang merasa gelisah. Penurunan ini menyebabkan pasien merasa lebih tenang.

“Kami menemukan MDMA menyebabkan pengurangan aliran darah pada area yang berhubungan dengan emosi dan memori. Efek ini mungkin berhubungan dengan euphoria yang dirasakan setelah mengkonsumsi obat tersebut,” kata Carhart-Harris.    
MDMA – pendamping psikoterapi
Riset ini bukanlah yang pertama mengetahui efek ekstasi pada pasien PTSD. Tahun sebelumnya, riset yang diadakan di Vancouver juga ingin mengetahui kegunaan obat untuk tujuan medis. Psikolog yang ikut dalam riset, Andrew Feldmer mengatakan, jumlah dosis berperan besar menentukan apakah obat akan menjadi terapi atau racun. “Substansi yang sama bisa menjadi racun atau obat, bergantung pada dosis, dan kondisi ketika asupan tertelan,” katanya.
Organisasi seperti Multidisciplinary Association for Psychedelic Studies (MAPS) sudah mengeluarkan waktu dan uang, untuk meneliti keuntungan medis obat psychedelic seperti MDMA dan mariyuana. Dalam websitenya MAPS menjelaskan, MDMA yang digunakan untuk terapi berbeda dengan yang dijual di jalanan.
“Substansi yang dijual di jalan dengan nama ecstasy memang mengandung MDMA, tapi juga bahan berbahaya lain. Dari hasil riset kami di laboratorium, MDMA murni yang bukan ecstasy, sudah terbukti cukup aman dikonsumsi tentunya dengan jumlah yang dibatasi dalam dosis tertentu,” tulis MAPS yang berencana menggunakan dana 18,5 juta dolar Amerika selama 8 tahun, untuk membuat penggunaan MDMA sebagai obat resep disetujui FDA.
Sementara itu, peneliti dari Imperial College London mengakui, mereka harus melakukan riset lebih jauh terkait torpik tersebut dan mencobanya pada pasien PTSD untuk hasil yang lebih jelas.
“Hasil riset mengatakan, MDMA memungkinkan untuk mengobati kegelisahan dan PTSD tapi kami harus hati-hati mengambil kesimpulan. Karena studi ini dilakukan pada relawan yang relatif sehat. Kami harus mempelajari pada pasien dengan sakit yang sama untuk menemukan efek serupa,” kata David Nutt, peneliti dan profesor neuropsychopharmacology di Imerial College London.

Jokowi: Pusing Saya "Ngebahas" Banjir

Katakepo.blogspot.com - JAKARTA,dia lontarkan sesaat sebelum mengikuti rapat bersama Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Sekjen Kementerian PU Agus Wijanarko di Posko Pengamatan Bendung Katulampa, Bogor, Jawa Barat, Senin (20/1) pagi kemarin.

"Pusing saya ngebahas ini ( banjir, Red)," ucap Jokowi dengan nada berseloroh kepada Gubernur Jawa Barat Achmad Heryawan dan pejabat lainnya sebelum memulai pertemuan.

Ucapan Jokowi langsung disambut tawa pejabat lainnya yang hadir dalam pertemuan itu. Selain menteri dan gubernur, hadir juga Kepala Kepala Wilayah Sungai Besar Ciliwung-Cisadane
T Iskandar, dan Sekjen Kementeria PU Agus Wijanarko, Wali Kota Bogor Diani Budiarto, Bupati Bogor H Rachmat Yasin, Wakil Wali Kota Depok Idris Abdul Shomad, dan pejabat dari Pemkot Tangerang.

Pertemuan berlangsung tertutup. Sejumlah wartawan mencoba mencuri kesempatan untuk mendengar isi pertemuan lewat kaca jendela di pos tersebut. Hujan turun dengan intensitas sedang di kawasan Katulampa, Bogor Timur saat pertemuan itu. Debit air ciliwung terpantau di menara bendung katulampa setinggi 70 centimeter atau siaga 4.

Walaupun mengaku pusing, Jokowi optimistis dapat menyelesaikan masalah banjir. Keyakinan ini karena dia mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, Banten dan Pemerintah Pusat.

"Ini (pembangunan bendungan, Red) akan mengurangi air yang masuk ke Jakarta sekitar 40 persen," ujar Jokowi.

Ia menambahkan, penanggulangan banjir di Jakarta akan lebih masif dengan adanya normalisasi sungai dan waduk yang ada di Ibu Kota.

"Tetapi nanti apabila normalisasi sungai, waduk dilakukan, insya Allah akan bisa mengurangi banjir dan di Jakarta," katanya.

Dari hasil rapat koordinasi itu, ada tiga pendekatan, yaitu pendekatan struktural, non-struktural dan pendekatan kepada masyarakat. Pendekatan struktural, menurut Ahmad Heryawan, dengan membangun waduk yakni di Sukamahi di Kecamatan Cikarang Pusat, Bekasi, Jawa Barat, satu lagi di Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Kemudian, membuat sodetan di Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur dan ke Kali Cisadane, revitalisasi situ-situ sebelum ke Jakarta dan normalisasi Ciliwung dan Cisadane. Ditambah juga oleh konvervasi Ciliwung-Cisadane dan lain-lain.

Ada pun langkah non-struktural, yaitu akan dibuat penghijauan di daerah aliran sungari, dengan memberi jarak 20 meter terhadap pemukiman warga serta penertiban sungai Ciliwung.
Kemudian ketiga, pemberdayaan ekonomi masyarakat, penanganan sampah berbasis masyarakat, gerakan Ciliwung bersih, gerakan menanam 1 miliar pohon di daerah aliran Ciliwung dan Cisadane.

Untuk kesepakatan non-struktural maupun pemberdayaan masyarakat akan menjadi otoritas sepenuhnya Pemerintah Daerah masing-masing, yaitu Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Mimpi Kuliah Akuntansi, Erwiana Hanya Sengsara Menjadi TKI...

Katakepo.blogspot.com - SRAGEN,Bermaksud mewujudkan cita-cita kuliah di jurusan akuntansi dengan menjadi tenaga kerja Indonesia ke Hongkong, Erwiana Sulistiyaningsih (23) justru menderita lahir batin. Di perantauan, hanya kesengsaraan yang dia dapat dari majikannya.

Perempuan kelahiran 7 Januari 1991 ini adalah warga RT 5/RW 3, Dusun Kawis, Pucangan, Kecamatan Ngrambe, Ngawi, Jawa Timur. Erwiana lahir dari keluarga tidak mampu, dari pasangan Rohmad Saputra (48) dan Suratmi.

Ayah Erwiana hanya pekerja serabutan. Keinginannya kuliah harus dipendam dalam karena kondisi ekonomi keluarga. Alasan yang sama mendorong Erwiana mendaftar menjadi pekerja ke Hongkong.

“Sebetulnya dia itu tidak mau menjadi TKI, tapi karena tidak ada biaya dan melihat kondisi perekonomian orangtua, Erwiana mencoba mencari biaya kuliah dengan menjadi TKI” kata Antik Priswahyudi, anggota Serikat buruh migran Hongkong kepada wartawan di Rumah Sakit Amal Sehat Sragen, Jawa Tengah, Senin (20/1/2014).

Informasi yang didapat Kompas.com, Erwiana mendapatkan informasi untuk menjadi TKI melalui PT Graha Ayu Karsa pada 2012. Berawal dari informasi tersebut, dia berangkat ke Hongkong melalui perusahaan itu pada 27 Mei 2013.

PT Graha Ayu Karsa adalah perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia yang beralamat di Balai Latihan Kerja – LN, Jalan Iskanda Muda No 18, (d/h Jalan Beringin Raya) Kelurahan Kedawung Wetan, Kecamatan Neglasari, Tangerang, Banten.

Setelah mengantongi visa kerja, Erwiana berangkat ke Hongkong seorang diri. Di sana dia bertemu rekanan PT Graha Ayu Karsa yang menunggunya di bandara. Dia pun langsung dibawa menemui majikan yang tingal di apartemen beralamat di Tong Ming Street, Kowloon, Hongkong.

Majikan Erwiana bernama Law Wan Tung. Sejak saat itu, Erwiana bekerja dan tinggal di aparteman Law. Mulai saat itu pula, penyiksaan menjadi keseharian yang dijalani Erwiana. Setiap kesalahan Erwiana harus "dibayar" dengan pukulan memakai alat apa saja di dekat sang majikan.

Menghadapi perlakuan buruk, Erwiana sudah pernah menghubungi agennya. Bukan dibela apalagi diurus atau dipulangkan ke Indonesia, agen itu meminta Erwiana kembali ke majikannya. Keluhan soal gaji yang disampaikan Erwiana pun tak ditanggapi agennya.

Tahu Erwiana berusaha kabur, perlakuan majikan makin menjadi-jadi. Misalnya, Erwiana hanya mendapat jatah air minum satu botol sehari. Alergi dingin yang diderita Erwiana tak sekalipun mendapatkan pengobatan, apalagi luka akibat penganiayaan majikan.

Tanpa angin maupun hujan, pada 9 Januari 2014, Law memulangkan Erwiana. Dia diantar ke Hong Kong International Airport berbekal selembar tiket pesawat Garuda Indonesia dengan rute sambung Jakarta - Solo.

Tak ada pesan lain dari Law selain ancaman untuk tak menceritakan apa yang Erwiana alami selama bekerja padanya. Bila pesannya dilanggar, Law mengancam akan membunuh orangtua Erwiana.

Semesta masih menyisakan kisah baik. Di bandara, Erwiana bertemu Rianti. Perempuan inilah yang membantu Erwiana pulang sampai ke Ngawi

Saat di Bandara Hongkong tersebut Erwiana bertemu dengan Rianti yang akhirnya menolong Erwiana pulang ke Ngawi. Dia juga yang membawa Erwiana ke Rumah Sakit Amal Sehat Sragen untuk mengobati luka-luka Erwiana. Namun, sampai hari ini keinginan Erwiana untuk kuliah di jurusan akuntansi masih tetap sekadar mimpi tak terbeli.

Pelajar Dari Amerika Serikat yang Gemar Pelajaran PKn

Katakepo.blogspot.com - Jauh dari kampung halamannya di amherst, Massachusetts, Amerika Serikat (AS), Hamza Shakeel Awaizi ingin mempelajari kebudayaan di negeri yang mahsyur karena keberagamannya, Indonesia. Demi mencapai impiannya, anak laki-laki berusia 16 tahun itu mendaftarkan dirinya mengikuti program pertukaran pelajar yang di biayai pemerintahnya ke Indonesia. Di negeri ini, ia singgah untuk menuntut ilmu bersama rekan-rekan sebayanya di SMAN 24 Ujungberung, Bandung.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Sejarah Indonesia adalah dua mata pelajaran favoritnya. Prinsip-prinsip yang diajarkan dalam PKn dan moral Pancasila sangat menarik baginya. Melalui pelajaran sejarah, Hamzah mendapatkan pemahaman sejarah bangsa ini. Penyuka segala sesuatu mengenai Perang Dunia II ini mendapati Indonesia sebagai bangsa yang menarik.
Di AS, menurut dia sekolah tidak mengajarkan moral dan agama. Setelah mendapat pemaparan PKn di kelas, Hamzah kerap mencari gambaran riil dijalanan. Ia bertanya kepada orang mengenai segala hal, mengenai situasi sosial dan politik Indonesia dan pandangan mereka terhadap AS. “Karena umumnya mereka tidak tahu saya berasal dari Amerika, mereka berkomentar bebas mengenai AS,”ujarnya ketika ditemui di Kedutaan Besar AS untuk Indonesia, Jln. Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat.
Tak pernah puas, pola pikir logis dan out of the box membuat Hamzah tak pernah puas untuk belajar hanya di dalam kelas atau buku teks. Pola ini ia gunakan juga ketika mempelajari bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Pada awalnya ia tinggal di Kota Bandun, ia merasa terbebani dengan perbedaan bahasa.
Menyadari kemampuan bahasa Indonesianya tidak berkembang, ia banyak bergaul dengan rekan sekelas dan orang di jalanan. Hamzah tak segan berpergian menggunakan angkot. Ia berbicara dengan banyak orang, termasuk dengan sopit angkot. “Saya hanya belajar ‘Nama saya Hamzah dari buku. Selebihnya saya pelajari di jalanan,”ucapannya.
Selama empat bulan di Bandung, Hamza membuat keputusan penting. Ia pindah dari SMA swasta elite di arcamanik ke sekolah negeri. “Di sekolah negeri, kamu bisa bergaul dengan pelajar dari berbagai kelas ekonomi,” katanya.
Ia juga mendapati kultur pendidikan berbeda. Di Bandung, guru menyalin materi pelajaran di buku ke papan tulis lalu murid menyalinnya ke buku catatan masing-masing. Metode pengajaran yang ia sebut copy paste itu berbeda dengan di AS. Di Amherst, kegiatan dalam kelas lebih didominasi dengan diskusi. Meskipun begitu, Hamza mengaku masih akan menikmati keberbedaan in hingga masa studinya di SMAN 24 berakhir 17  Juni mendatangi.