Katakepo.blogspot.com - Perbudakan terdengar seperti kebiasaan zaman jahiliyah. Siapa sangka, survei yang digelar oleh lembaga Global Slavery Index tahun lalu menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan situasi dunia kerja terburuk sejagat.
Alasannya, ada lebih dari 700 ribu orang di Tanah Air yang mengalami hubungan kerja bak perbudakan. Mereka tidak mendapat perlindungan keselamatan, gaji tak dibayarkan, bahkan makan pun jarang diberikan.
Korban perbudakan modern ini bukan cuma warga negara Indonesia, tapi juga warga asing yang bekerja di Tanah Air. Lembaga survei ini mendapati ada beberapa sektor yang sangat keterlaluan memperlakukan pekerja, sehingga pantas disebut perbudakan gaya baru.
Beberapa di antaranya adalah sektor perikanan, pertanian, perkebunan. Beberapa yang paling parah tingkat eksploitasi pekerjanya adalah pekerja kelapa sawit dan kebun karet.
"Perbudakan modern bagi kami dimaknai sebagai kondisi ada satu prang yang mengendalikan hidup orang lain sehingga kebebasan seorang manusia sepenuhnya hilang," tulis tim Global Slavery Index.
Tidak heran bila kemarin (25/3), kantor berita the Associated Press asal Amerika Serikat menguak perbudakan di sektor perikanan Tanah Air. Tepatnya di kawasan timur Indonesia.
Praktik perbudakan modern itu menimpa pekerja lokal maupun warga asing asal Myanmar. AP menemukan kasus ini di Kota Benjina, Maluku. Cukong yang menindas para pekerja berasal dari Thailand. Nelayan gurem itu dipaksa bekerja dalam kondisi sangat memprihatinkan, berbulan-bulan mereka mencari ikan di Indonesia, tapi tidak dibayar dengan layak.
Sebagian dari mereka memohon kepada para jurnalis AP itu buat diselamatkan. "Saya ingin pulang. Kami semua ingin," kata seorang budak asal Myanmar di kapal ikan mereka.
"Orangtua kami belum pernah mendapat kabar. Mereka pasti mengira kami sudah mati."
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti geram lantaran nama kapal melakukan perbudakan di Benjina, Kepulauan Maluku berbau Indonesia. Padahal, "Pusaka Benjina Resources" merupakan kapal berasal dari Thailand.
"Saya bilang ke seluruh dunia, Bukan Indonesia pelakunya, tapi iya memang terjadi di wilayah kita," kata Susi di kantornya kemarin.
Global Slavery Index menyimpulkan, ada 714.100 orang di Indonesia yang mengalami nasib tak jauh mengenaskan dari para pekerja ikan di Benjina. Artinya, ada 0,2 persen dari total populasi republik yang hidup lebih hina dari manusia kebanyakan.
Sedangkan secara global, perbudakan modern paling banyak terjadi di India. Sebanyak 14,2 juta warga Negeri Sungai Gangga dipaksa bekerja dalam kondisi tidak layak. China menyusul di urutan berikutnya dengan 3,2 juta warga yang mengalami perbudakan gaya baru. Tepat di urutan ketiga, ada Pakistan dengan korban perbudakan 2,6 juta orang.
Lembaga ini memperkirakan, ada 35,8 juta manusia di seluruh dunia menderita akibat dihinakan sedemikian rupa oleh pekerjaannya. Survei mereka mencakup 167 negara.
Pada survei 2014, Indonesia berada di urutan ke-8 negara paling banyak mengalami perbudakan modern. Kondisi di negara ini bahkan lebih parah dibanding Bangladesh, Sri Lanka, atau Zimbabwe.
0 comments:
Post a Comment