Friday, August 30, 2013

Gerardo 'Tata' Martino Menjaga Filosofi Barcelona

Katakepo.blogspot.com - Barcelona adalah sebuah sistem utuh yang memiliki pakem dan filosofi yang jelas. Barcelona yang sedang kita saksikan saat ini adalah Barcelona milik Johan Cruyff dan rasanya masih akan terus begitu dalam beberapa waktu ke depan. Semua yang kita saksikan sekarang dari Barcelona ini adalah penerapan dari sistem total football yang terkenal itu dan Johan Cruyff (bersama Louis van Gaal) adalah filsuf yang mengajarkan itu ke Barcelona.

Ketika Tito Vilanova harus mengundurkan diri (semoga hanya untuk sementara waktu) dari hiruk pikuk sepak bola, pencarian kandidat pelatih Barcelona sebenarnya hanya dibatasi oleh satu aturan: siapaapun ia, haruslah menganut filosofi dasar sepak bola yang sejalan dengan Barcelona. Untuk itu, pilihan sebetulnya tidak cukup banyak. Lalu ketika pilihan petinggi Barcelona jatuh pada seorang Gerardo ‘Tata’ Martino, para pengamat seperti Jonathan Wilson dan Daniel Colasimone, masing-masing dalam kolomnya di The Guardian dan Bleacher Report, mengatakan bahwa pilihan ini sama sekali tidak mengherankan.

Sebagai latar belakang, Tata Martino, sebagaimana halnya Josep Guardiola dan Mauricio Pochettino, adalah murid Marcelo Bielsa. Martino dan Pochettino pernah bermain di bawah arahan Bielsa di Newell’s Old Boys pada dasawarsa 1990-an, sementara orang pertama yang dimintai nasihat soal bagaimana melatih Barcelona oleh Pep Guardiola adalah Marcelo Bielsa. 

Bielsa memang tidak pernah secara langsung terlibat dengan Barcelona, akan tetapi, dua entitas ini menganut paham yang sama. Bielsa adalah seorang master dalam bermain sepak bola proaktif. Tim yang diasuh Bielsa sebisa mungkin harus berinisiatif lebih dulu menguasai bola. Apabila bola lepas dari penguasaan timnya, pressing ketat langsung diberlakukan kepada lawan. Selain itu, ‘El Loco’ Bielsa selalu menuntut anak asuhnya untuk bisa bermain di lebih dari satu posisi. Semuanya harus cair dan dinamis.

Familiar? Tentu saja, karena itulah cara bermain Barcelona yang biasa kita saksikan di layar kaca.

Tata Martino mungkin tidak akan senekat Bielsa atau bertele-tele seperti Guardiola. Menurut Daniel Colasimone, Martino lebih mirip dengan Tito Vilanova yang cenderung lebih direct dibanding Guardiola. Martino juga merupakan tipe pelatih yang mau berkompromi dengan dirinya sendiri.

Meskipun ia memilki filosofi yang kuat, ia bisa saja bertindak pragmatis.
Pragmatisme Martino ini bisa disaksikan di tim Paraguay yang diasuhnya pada Piala Dunia 2010 dan Copa America 2011. Martino sadar betul bahwa materi pemain Paraguay hanya berkelas rata-rata. Maka dari itu, mau tak mau, ia meninggalkan idealisme ball retention-nya dan menggantinya dengan shape retention.

Paraguay memang jadi tim yang sangat tidak enak untuk dilihat, tetapi mereka adalah finalis Copa America dan Martino lah yang layak untuk menepuk dada.

Rasanya tidak akan banyak yang diubah Martino dari Barcelona. Penyebabnya jelas. Bagaimana cara mengubah cara bermain tim yang pakem dan filosofinya sudah ditanamkan sejak para pemainnya masih kanak-kanak? Cara bermain Barcelona sudah mendarah daging dan mengubah itu semua berarti mengkhianati filosofi tim.

Martino akan tetap menggunakan pola 4-3-3 yang sewaktu-waktu bisa berubah menjadfi 3-4-3 atau 3-3-4, khususnya dalam situasi menyerang. Hal ini sudah jamak kita temui di Barcelona baik pada era Guardiola maupun Vilanova. Dalam perubahan formasi itu, Sergio Busquets yang secara normal menempati posisi gelandang bertahan akan beralih fungsi menjadi seorang centre-half.

Posisi centre-half ini, seperti dijelaskan Michael Cox dalam glosarium situs ZonalMarking.net, merupakan posisi hybrid antara gelandang bertahan dan bek tengah. Centre-half yang dimaksud di sini bukan merupakan bek tengah seperti yang jamak dikenal oleh orang-orang Inggris. Centre-half yang akan diperankan Busquets ini mirip dengan peran yang dilakoni Carsten Ramelow di Bayer Leverkusen beberapa tahun silam.

Kemudian, ketika Busquets sedang melakoni peran unik ini, duo full-back Barcelona, Daniel Alves dan Jordi Alba/Adriano, akan merangsek naik ke lini tengah dan berubah fungsi menjadi wing-back. Dalam kasus ekstrem, seperti ketika menghadapi Santos di final Piala Dunia Antarklub 2011, Alves bahkan bisa berperan sebagai winger kanan ekstra.

Di lini tengah dan depan, cara bermain tidak akan berubah banyak. Selain itu, kedalaman materi yang dimiliki Barcelona di dua lini ini akan memudahkan Martino untuk merotasi pemain-pemainnya. Jika ada yang berubah, paling-paling hanya instruksi Martino untuk membawa bola lebih cepat ke depan dan sedikit mengurangi tiki-taka yang bagi sebagian orang, membosankan itu.

Meskipun terlihat sempurna, sejatinya Barcelona masih menyimpan kelemahan yang sama dari tahun ke tahun. Pertama, lini belakang mereka sangat rapuh terutama dalam situasi serangan balik. Sudah tidak terhitung berapa gol yang bersarang di gawang Barcelona akibat kelemahan ini. Kedua, soal physicality alias kekuatan. Jika Anda menyaksikan bagaimana Barcelona dihabisi Bayern Muenchen di Liga Champions musim lalu, akan kentara betul bagaimana Barcelona tidak mampu berbuat banyak melawan tim yang punya skill seimbang, namun memiliki kekuatan fisik yang lebih baik.

Dua problem ini sebetulnya sudah disadari betul oleh pihak Barcelona. Hingga saat ini, mereka masih terus mencari seorang bek tengah handal untuk menggantikan Carles Puyol yang menua dan kian rentan cedera.

Nama-nama macam David Luiz, Laurent Koscielny, hingga Daniel Agger acapkali disebut-sebut sebagai kandidat, namun realisasinya belum nampak sama sekali.

Kemudian, soal kekuatan fisik itu sebetulnya sudah ingin diselesaikan Barcelona lewat kedatangan Alex Song. Namun, sampai saat ini, Alex Song masih lebih sering terlihat seperti pemain yang tersesat dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan filosofi permainan Barcelona.

Pada akhirnya, Barcelona tidak akan mengalami banyak perubahan di bawah komando Tata Martino. Barcelona masih akan bertahan dengan cara bermain yang sama, memiliki kekuatan serta kelemahan yang sama, dan masih akan selalu menjadi Barcelona yang disegani, baik di Spanyol maupun Eropa.

0 comments:

Post a Comment