Saturday, August 3, 2013

Laki-laki Mesti Peduli Terhadap Kesehatan Reproduksi Perempuan

katakepo.blogspot.com - Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting yang mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik di dalam negeri maupun luar. Tetapi kesehatan reproduksi masih selalu dikaitkan dengan ”urusan perempuan” seperti dalam kasus KB, dan pengendalian jumlah penduduk.

Perempuan selalu jadi objek program KB hanya karena tugas dan perannya yang dianggap sebagai pihak yang menghasilkan pertambahan jumlah penduduk. Sayangnya, program KB itu kurang memedulikan pengaruh alat-alat kontrasepsi terhadap tubuh perempuan. Alat KB seperti pil, suntik, dan IUD dapat memengaruhi hormon perempuan dan kesehatannya.

Perempuan seharusnya diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik menurut dirinya. Ini bisa dilakukan jika laki-laki sudah peduli terhadap perempuan. Bagaimanapun, tanggung jawab atas kesehatan reproduksi serta perilaku seksual yang aman dan sehat tidak bisa ditanggung seorang diri oleh perempuan.

Bentuk  kepedulian laki-laki atau suami secara langsung dan tidak langsung  sebagai peserta KB adalah dengan menggunakan metode pencegahan kehamilan, seperti vasektomi, kondom serta KB alamiah.

Karena rendahnya kepedulian laki-laki terhadap kesehatan reproduksi perempuan inilah, petugas kesehatan dan tempat konseling menjadi penting dan strategis. Mereka dapat membantu peserta KB dalam menentukan sendiri mana alat kontrasepsi yang hendak digunakan. Mereka bahkan bisa memberi paradigma baru kepada laki-laki yang enggan ikut KB, sehingga berubah mendukung dan mempraktikkannya.

Mereka yang menganggap persoalan KB hanyalah urusan perempuan harus bergeser ke arah anggapan bahwa KB adalah urusan serta tanggung jawab suami dan istri. Sikap seperti inilah yang menjaga kesetiaan pasangan suami-istri.

Tulisan ini dibuat sebagai bagian dari program penguatan akses kesehatan reproduksi dan seksual untuk remaja yang didukung oleh Kedutaan Norwegia dan Hivos yang melibatkan organisasi Rahima, PKBI, Pamflet dan Pusat Studi Gender dan Seksualitas UI.

0 comments:

Post a Comment