Katakepo.blogspot.com - “Cerita ini mengibaratkan saya menonton sebuah film Chernobyl Diaries, cerita ini menceritakan sebuah perjalanan wisata enam orang anak muda yang berencana melakukan tour ke sebuah kota mati bernama, Pripyat. Kota ini dulunya adalah tempat para pekerja reaktor nuklir Chernobyl. 25 tahun lalu, di kota ini terjadi insiden maut yang menewaskan seluruh penghuninya. Tapi Stop! Endingnya ndak sama, endingnya perjalanan ini happy ending. Kesamaannya adalah, berwisata ke sebuah kota/ wilayah yang sudah tidak dihuni oleh penduduknya, itu saja hahaha..”
Memasuki wilayah ini cukup mendebarkan, suasana sepi tanpa ada aktivitas masyarakat sekitar seolah-olah membuat wilayah ini angker dan tanpa penduduk. Menuju wilayah tersebut, membuat perasaan setiap pengunjung bertanya-tanya “Ada apa di kawasan ini?”
Pohon-pohon
besar yang terbentang kokoh di setiap pinggir jalan, membuat suasana
hati kami menjadi penasaran memasuki wilayah ini. Sembari diiringi
dengan angin sepoi dan tenang membuat suasana menjadi ‘damai’.
Sepintas kaki ini berhenti sejenak, mendengar kicauan burung dan
tebaran angin disepanjang jalan, seakan-akan wilayah ini adalah hanyalah
milik kami semata, tanpa ada mahluk hidup yang menempati wilayah ini.
Namun ketika kamu memasuki wilayah ini dalam jarak 500 meter dari pintu masuk, perasaan kamu akan semakin bertambah, ”Ini kawasan apa, Kog begitu banyak bangunan kosong tak bertuan berada di tempat ini?”.
Wilayah yang menyerupai perkampungan ini sepertinya sudah lama
ditinggalkan seadanya oleh penghuni setempat. Lahan pertanian yang masih
terbentang luas, hijau dan subur serta bangunan yang terbentang dalam
jarak sekian meter, dan bangunan penjara yang masih berdiri kokoh di
perkampungan ini. Anehnya lagi? Kami seperti berada di sebuah wilayah
yang terisolasi nyata di negara Vietnam. Beneran, ini Vietnam?
Jawabannya adalah salah!
Cerita
ini adalah nyata, apalagi nama negaranya juga nyata, namun lokasinya
yang tidak nyata. Siapa sangka sebuah perkampungan vietnam ini ada di
pulau Batam. Ya sebuah pulau kecil perdagangan yang berbatasan antara
pulau Sumatera dan Singapore.
Kampung pengungsian Vietnam ini nyata dan terletak jauh di Desa Sijantung, Pulau Galang, Kecamatan Galang, Kota Batam. “Wellcome to Vietnam ..”
ya kata-kata ini yang bisa diungkapkan bagi siapa saja yang mengunjungi
perkampungan ini. Pasalnya kamu akan menemukan segala kehidupan yang
berhubungan dengan Vietnam seperti tulisan, museum bahkan pemakaman para
pengungsi Vietnam yang ada di pulau ini.
Ternyata sejarah itu benar, kampung vietnam atau yang dikenal Camp Vietnam ini
merupakan area yang pengungsi Manusia Perahu Vietnam. Dulunya mereka
ini mencari perlindungan atau suaka pasca terjadinya konflik internal
antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan sekitar tahun 1979.
Perahu kapal
inilah yang mereka gunakan untuk mengungsi dari negaranya. Nggak
kebayang, perahu kecil yang terbuat dari kayu sederhana ini, mampu
menyelamatkan mereka dari tingginya hantaman ombak. Percaya ngga
percaya, perahu ini ternyata mampu mengangkut sekitar 100 pengungsi
waktu itu. Mereka terdampar dan terombang-ambing mengarungi perairan
Laut Cinta Selatan, hingga akhirnya mereka ada mencapai daratan wilayah
Indonesia, namun sebagian lagi tidak ada yang meninggal di tengah lautan
Bagaimana dengan perahu kecil ini? Ini adalah puing-puing sisa pembakaran dari para pengungsi, pasalnya mereka protes karena tidak lolos untuk mendapatkan kewarganegaraan baru. Perahu ini diangkat dari daratan oleh Pemerintah Otorita Batam, untuk diperbaiki dan dipamerkan ke publik, ya seperti yang dilakukan saat ini.
Bagaimana dengan perahu kecil ini? Ini adalah puing-puing sisa pembakaran dari para pengungsi, pasalnya mereka protes karena tidak lolos untuk mendapatkan kewarganegaraan baru. Perahu ini diangkat dari daratan oleh Pemerintah Otorita Batam, untuk diperbaiki dan dipamerkan ke publik, ya seperti yang dilakukan saat ini.
Mereka terdampar, mereka terombang-ambing mengarungi perairan Laut Cinta Selatan, hingga akhirnya mereka ada mencapai daratan wilayah Indonesia, namun sebagian lagi tidak ada yang meninggal di tengah lautan.
Namun
kenapa bisa sepadat itu ya pengungsinya! Melihat kondisi perkampungan
ini, memang awalnya pengungsinya sedikit dan awalnya ditampung
masyarakat setempat, namun ternyata lama kelamaan perahu lainnya
berdatangan. Bukan ke pulau Batam saja, mereka juga masuk ke Pulau
Anambas dan Pulau Bintan.
Melihat
akses kepulauan ini cukup memadai, terutama akses menyalurkan pengungsi
ke sejumlah negara serta mampu menampung 10.000 pengungsi, akhirnya
Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Pemerintah Indonesia
menetapkan pulau Galang sebagai tempat penampungan sementara bagi para
pengungsi. Maka dibangunlah seperti barak pengungsian, tempat ibadah,
rumah sakit, dan sekolah.
Jika
kamu memasuki perkampungan ini yang dipenuhi dengan jejak beragam
bangunan, sisa kehidupan dan lahan pertanian sekakan-akan membuat kamu
hidup di sebuah wilayah yang terisolasi di area sekitar 80 hektar ini.
Dengan jaraknya yang begitu jauh dari kota Batam, interaksi kamu akan
tertutup dengan penduduk setempat.
Tidak hanya rumah penduduk, kamu juga akan menemukan penjara kecil yang
bertingkat berdampingan dengan pos keamanan. Dulunya bangunan ini
sebagai tempat pengawasan dari tentara Indonesia untuk mempermudah
pengawasan, pengaturan, penjagaan keamanan, sekaligus menghindari
penyebaran penyakit kelamin Vietnam Rose yang dibawa para pengungsi.
Dulunya penjara ini digunakan untuk memenjarakan para penduduk yang
gemar mencuri dan membunuh, dan mencoba melarikan diri, bahkan di tempat
isolasi saja mereka berani melakukan pemerkosaan.
Tak heran, setelah kamu melewati gerbang masuk Humanity State, kamu akan menemukan sebuah patung perempuan
yang menduduk/ terkulai. Monumen berbentuk perempuan ini, didirikan
untuk mengenang tragedi Tinh Han Loai, seorang wanita yang bunuh diri
karena malu setelah diperkosa oleh sesama pengungsi.
Kalau
kamu datang ke tempat ini, pasti akan menemukan tempat ini. Beneran?
Inilah yang disebut ‘pemukiman’ para pengungsi, yang pastinya adalah barak.
Ndak kebayang khan, di tempat inilah mereka semuanya berkumpul, sebelum
mereka dipulangkan ke Vietnam. Sekarang, kondisi bangunan tersebut
dibiarkan begitu saja. ‘histeris’ ingin uji nyali? Silahkan, mungkin
cocok untuk menjadi lokasi syuting, karena dulunyah tempat ini dihuni
sepanjang tahun 1979-1996.
Ada yang terlupakan juga, ini adalah
pemakaman Nghia-Trang Galang, dan ada sekitar 503 pengungsi dimakamkan
di sini. Konon ceritanya, mereka yang meninggal adalah akibat penyakit
yang diderita selama berlayar berbulan-bulan di laut lepas. Sehingga,
sampai sekarang pemakaman ini kerap masih didatangi para kerabat
keluarga untuk berziarah langsung jauh-jauh dari Vietnam. Batu nisan
yang terdapat di pemakan ini, tak tanggung-tanggung bentuknya sangat
besar.
Meski mereka hidup dalam pengawasan ketat, namun pemerintah membangun rumah ibadah,
seperti, Vihara Quan Am Tu, Gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem,
gereja protestan, dan juga mushola. Vihara Quan Am TU, merupakan salah
satu tempat ibadah yang paling mencolok di situ. Jika kita datang dari
kejahuan Vihara tersebut dapat dilihat dengan jelas. Semua bangunan
tersebut masih orisinil.
Untuk
memasuki wilayah Gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem ini kita harus
melalui jembatan kayu yang keadaannya sudah terlihat lapuk namun
ternyata masih bisa dilewati pejalan kaki dengan aman. Bagi yang membawa
kendaraan roda empat atau roda dua, bisa melewati jembatan jembatan
baru yang terbuat dari semen di samping gereja.
Tidak jauh dari Gereja, ada patung Bunda Maria dalam
sebuah perahu besar, kamu bisa menaikinya dan berfoto di tempat ini.
Sebelah kanannya terdapat dua patung singa yang terdapat dalam tulisan
Vietnam dan inggris bertuliskan “O Mary, we are all deeply
grateful for your protecting presence on our way to freedom. We always
entrust our lives to you. Your care for us will be highly appreciated in
our heart forever.”
“Tak kenal maka tak percaya” masih belum
percaya dengan keberadaan mereka? ini nih salah satu ruang museum para
pengungsi. Di dalam museum terdapat banyak pasfoto para pengungsi, foto
keluarga, foto kegiatan para pengungsi, serta benda-benda rumah tangga
yang dapat menggambarkan situasi kehidupan di Camp Vietnam.. Dulu
museum ini adalah kantor UNHCR..seribu foto lebih wajah pengungsi
dapat kamu lihat di tempat ini.
Selain museum ada juga bekas bangunan
rumah sakit yang masih menyimpan kotak-kotak dan botol-botol obat yang
dibiarkan terbengkalai begitu saja, bangkai-bangkai kendaraan roda empat
yang sudah berkarat dan ditumbuhi tanaman rambat, serta
bangunan-bangunan sekolah bahasa yang hanya terlihat sebagian karena
mayoritas dindingnya sudah tertutup tanaman rimbun hingga atap.
Tips:
+
Jika berkunjung ke Camp Vietnam, sebaiknya menggunakan kendaraan mobil,
karena jarak tempuh dari kota Batam ke kampung vietnam memakan waktu 2
Jam perjalanan. Sepi dan tanpa kemacetan, membuat kamu harus lebih
ekstra hati-hati dalam mengendarai
+
Hati-hati terlewat karena letaknya kurang mencolok. Dengan membayar di
loket masuk sebesar Rp. 5000 per mobil dan Rp. 3000 per orang,
perjalanan napak tilas bersejarah ini pun dimulai.
0 comments:
Post a Comment