Katakepo.blogspot.com - KETIKA menginjakkan kaki di Swedia pada awal September lalu, negeri itu sedang dihujani pujian. Ia dinobatkan sebagai satu dari lima negara dengan penduduk paling bahagia di dunia bersama Denmark, Norwegia, Swiss, dan Belanda.
Laporan Columbia University's Earth Institute menempatkan Denmark di urutan pertama dan Swedia di urutan kelima dari survei pada 156 negara. Ukuran kebahagiaan itu atas dasar kemakmuran, pendapatan, jaminan kesehatan, bebas korupsi, dan bebas membuat pilihan hidup.
Warga Swedia, Sanna Lindberg—yang menjabat Kepala Sumber Daya Manusia Hennes&Mauritz AB—tidak setuju dengan predikat urutan nomor lima. ”Bagaimana bisa Denmark di urutan pertama? Kami lebih bahagia,” ujarnya ketika menyambut beberapa wartawan dari Indonesia.
Rekannya, Hacan Andersson, menimpali dengan nada bercanda. ”Warga Denmark terlalu banyak minum. Mungkin kami harus lebih banyak minum agar bisa di urutan pertama. Ha-ha-ha,” tambah Andersson.
Orangtua di Swedia bergantian cuti untuk menjaga anak-anak mereka.
Pemerintah Swedia memberi izin cuti pengasuhan anak hingga anak-anak
berusia 1,5 tahun.
Berkunjung di Stockholm, ibu kota Swedia, menjelang akhir musim gugur
agaknya menjadi waktu yang tepat untuk menilik kebahagiaan ala warga
Swedia. Kafe dan restoran yang menghadap ke taman disesaki warga yang
ingin menikmati limpahan sinar matahari menjelang musim dingin.Ketika pelancong dari Indonesia sibuk mencari tempat duduk di bawah teteduhan pohon, penduduk Stockholm betah berlama-lama berjemur sambil menenggak segelas bir. Bersantai di udara terbuka terasa begitu nyaman karena udara kota yang begitu bersih.
”Musim gugur selalu menjadi favoritku. Musim dingin bisa minus 20 derajat celsius, kadang terasa musim dingin seperti tak akan berakhir. Itulah kenapa kami banyak bepergian ke tempat yang lebih hangat,” ujar Emily, warga Stockholm.
Matahari musim panas di Swedia pun tak pernah terasa terik. Suhu maksimal paling-paling 25 derajat celsius. Tak heran, sinar matahari yang kadang datang lalu pergi tertutup mendung itu jadi buruan warga di musim gugur. Beragam kegiatan seperti rapat sengaja dipindah ke luar ruangan tiap kali matahari bersinar hangat.
Jalan kaki
Menikmati cahaya matahari di taman atau sambil berjalan kaki menjadi kemewahan tak ternilai. Hanya butuh sepuluh menit bagi Emily untuk jalan kaki dari apartemennya menuju tempat kerja. ”Jumlah penduduk kami hanya 9 juta jiwa. Jalan kaki ke mana-mana begitu mudah,” tambahnya.
Kota Stockholm, Swedia, yang nyaman bagi pejalan kaki.
Jika tak ingin jalan kaki, transportasi umum seperti trem atau bus
menjadi pilihan nyaman. Lalu lintas di kota terpadat di Swedia itu tak
pernah macet. Mobil pribadi hanya satu-dua yang melewati jalan raya.Lindberg menyebut bahwa kebahagiaan orang Swedia bisa tampak jelas dari keramahan dan senyum yang melekat di wajah mereka. Keramahan ala Swedia antara lain kami reguk ketika bertemu dengan Andreas Löwenstam, kepala desainer busana pria H&M.
Untuk menceritakan bagaimana ia memperoleh inspirasi dalam berkarya, pria yang banyak berkolaborasi dengan artis Hollywood ini mengajak jalan-jalan menikmati kenyamanan lingkungan sekitar apartemennya di wilayah Hornsgatan, Stockholm.
Jika punya cukup banyak waktu, Löwenstam biasa berjalan kaki 30 menit menuju kantornya. Kali ini, ia berjalan kaki dari apartemen rumahnya yang bekas gedung sekolahan ke sebuah toko majalah yang menjual beragam majalah mode. Dari kios kecil itu, ia lalu mengunjungi Herr Judit Store, toko yang menjual pakaian, aksesori, hingga perhiasan kuno ala Amerika.
Sore itu, kami berpapasan dengan bintang film asal Swedia, Michael Nyqvist, yang berperan sebagai Kurt Hendricks dalam film Mission: Impossible–Ghost Protocol. Nyqvist berjalan kaki tanpa pengawalan. Di sudut jalan yang lain juga tampak adik kandung Raja Swedia, Carl XVI Gustaf, sedang berjalan santai di taman kota seorang diri.
Salah satu museum favorit, Museum Fotografiska.
Sepanjang perjalanan, banyak ayah atau ibu yang mengasuh anak-anak
mereka di taman sembari berjemur. Orangtua di Swedia bergantian cuti
untuk menjaga anak-anak mereka. Pemerintah Swedia memberikan izin cuti
pengasuhan anak hingga anak-anak berusia 1,5 tahun.Museum kontemporer
Selain menikmati curahan sinar matahari di udara terbuka, warga Swedia punya banyak ruang untuk berekreasi di kota. Salah satunya adalah dengan berkunjung ke museum. Di Stockholm saja terdapat 87 museum.
Salah satu museum favorit Löwenstam adalah Museum Fotografiska. Museum ini memajang karya fotografi kontemporer. Setiap tahun, museum ini menggelar empat pameran utama dan 15-20 pameran kecil di gedung museum yang sudah dibangun sejak 1906. Pengunjung museum selalu antre karena karya yang disuguhkan selalu baru. Kali ini, Museum Fotografiska mempertontonkan karya dari fotografer Helmut Newton (1920-2004), Pieter Hugo, dan Marcus Bleasdale.
Newton yang juga dikenal sebagai fotografer telanjang, misalnya, menghidupkan foto mode dari sekadar gambar busana menjadi gambar manusia. Mode bukan sekadar terletak pada detail baju, tapi juga pada ekspresi hingga kegetiran hidup.
Beberapa dari karya foto telanjangnya itu dipertontonkan di Museum Fotografiska. Beberapa karyanya, seperti foto perempuan yang memakai pelana kuda di punggung, tergolong kontroversial. Foto hitam putih berjudul Saddle I berangka tahun 1976 itu dinilai merendahkan martabat perempuan.
Museum kontemporer dengan citarasa lain yang tak kalah menarik adalah ABBA The Museum. Mengunjungi museum ini seolah menghidupkan kenangan pada band kondang asal Swedia, ABBA. Agnetha, Björn, Benny, dan Anni-Frid dihadirkan kembali kepada penggemarnya di museum ini.
Museum kontemporer, ABBA The Museum Stockholm.
Lagu-lagu unggulan ABBA, seperti ”Dancing Queen”, ”Knowing Me Knowing
You”, serta ”Mamma Mia” diperdengarkan di seluruh penjuru ruangan.
Pengunjung bisa turut menyanyi dengan fasilitas hologram sebagai anggota
kelima ABBA. Kegiatan menyanyi bersama anggota ABBA ini sengaja direkam
dan bisa diunduh oleh pengunjung secara online dari website museum.Pengunjung dari seluruh penjuru dunia berdatangan dan merasa puas dengan suguhan kenangan pada ABBA. ”Terima kasih untuk musik yang selalu menghadirkan perasaan menakjubkan,” kata O’Connor dari Sydney, Australia.
Perasaan menakjubkan itu pula yang bisa dibawa pulang sebagai kenangan pada negeri orang-orang bahagia dari belahan bumi bagian utara. Swedia, dekat dengan Kutub Utara, tapi hangat oleh senyum penghuninya. (Mawar Kusuma)
Sumber :
KOMPAS CETAK
0 comments:
Post a Comment