Katakepo.blogspot.com - Perempuan yang menikah dengan pasangannya tanpa landasan cinta yang kuat dianggap manipulatif, oportunistis, dipandang rendah, dan dicap sebagai pengeruk harta. Tetapi, tidak selamanya ini benar!
Memang benar bahwa cinta tidak pernah salah, kekuatan cinta mengalahkan segalanya, dan cinta merupakan simbol kebahagiaan. Namun, dunia tidak berjalan dengan prinsip yang sama. Singkatnya, tidak ada makan siang yang gratis.
Pada era Victoria dan Revolusi, pernikahan politik atau pernikahan bisnis lumrah terjadi dan cenderung menjadi kewajiban, khususnya mereka yang lahir dari keluarga bangsawan dan terpandang. Tetapi, sekarang budaya usang ini dipandang tidak beradab dan melanggar hak asasi manusia.
Menurut para pakar pernikahan, seperti Andrew Cherlin, penulis buku Marriage-Go-Round; dan Stephanie Coontz, penulis buku Marriage, A History, ketika seseorang mengupayakan cinta sebagai kekuatan paling tinggi dari pernikahan, justru dia sedang melemahkan dirinya sendiri.
Memutuskan menikah dengan seseorang yang Anda percaya dapat mengubah hidup jadi lebih baik, bukan sesuatu yang salah, selama tidak merugikan orang lain. Menikahlah demi kehidupan yang lebih berkualitas untuk anak supaya mereka memperoleh pendidikan yang layak, kamar yang nyaman untuk belajar, dan memori masa kecil yang berkesan. Ini bukan perilaku materialistis, tetapi realistis!
Berikut tiga alasan mengapa menikah karena cinta bukan pilihan yang bijak dan rentan berakhir dengan perceraian. Yuk, disimak.
Cinta itu rapuh
Anda bertemu dirinya, tertarik dan boom... jatuh cinta! Anda pikir ini sudah suratan, akhir bahagia yang telah lama dinantikan. Namun ingat, menikah adalah komitmen seumur hidup, yang dibutuhkan sudah pasti lebih dari sekadar cinta, tetapi juga pemikiran yang jauh ke depan.
Cinta tidak selalu menjadi fondasi kuat pernikahan
Ya, cinta memang kuat, tetapi semakin besar cinta Anda, semakin besar juga potensinya untuk menguap dan hilang. Cinta berarti harapan, saat harapan ini tidak terpenuhi, rasa kecewa yang Anda rasakan akan lebih menyakitkan. Dan, saat ini semua terjadi, penyesalannya lebih dalam dari cinta itu sendiri.
Cinta tidak selalu harus melakukan apa pun untuk pasangan
Ketika Anda mencintai seseorang, keinginan membahagiakan dirinya adalah efek domino yang berbahaya. Ya, dengan begitu, Anda akan melupakan diri sendiri karena hidup Anda hanya berpusat pada pasangan. Padahal, pernikahan yang sebenarnya memerlukan upaya dan kerja keras yang sepadan dari suami dan istri, kerja sama yang mustahil dilakukan apabila cinta memberatkan salah satu pihak.
Sumber :
Psychology Today
0 comments:
Post a Comment