Wednesday, November 6, 2013

Sarjana bodong Rp 1,5 juta

Katakepo.blogspot.com - Masa lalu pendidikannya, tidak semulus teman-temannya, yang bisa menikmati bangku sampai perguruan tinggi. Sebut saja Yanto (31), pengalaman sekolahnya lompat sana sini. Semasa Sekolah Menengah Atas (SMA), sudah tiga kali dipecat sekolah karena kelakuannya.

Imbasnya, dirasakan dia saat memasuki usia dewasa dan lulus SMA. Hanya berbekal surat tanda lulus sekolah dari SMA swasta, Yanto kesulitan meraih pekerjaan yang diharapkan. Selama beberapa tahun dia hanya menganggur luntang lantung di ibu kota.

Medio 2010, berbekal informasi dari temannya, dia mendatangi perempatan Pramuka atau kawasan bisnis percetakan yang berada di Jakarta Pusat. Secarik kertas berlabel strata sarjana jadi incarannya. Tidak penting, baginya program studi apa yang akan diraih.
Yang penting, kata Yanto, saat itu, dia hanya ingin mendapatkan gelar sarjana. Dia akhirnya memilih jurusan Fakultas Ilmu sosial dari perguruan tinggi swasta di Jakarta, setelah berbincang dengan pelaku pemalsu ijazah.

"Waktu itu, harganya masih Rp 1,5 juta untuk pembuatan ijazah sarjana, info dari teman, katanya mudah buatnya, enggak perlu kuliah. Bisa langsung jadi," katanya saat berbincang melalui telepon selular dengan merdeka.com, Sabtu pekan lalu.

Menurut pria bertato ini, saat menginjakkan kakinya di kios sekitaran perempatan Pramuka, petugas parkir berseragam dinas sudah getol menawari pembuatan segala macam dokumen.
Tanpa berpikir panjang, Yanto, menceritakan keperluannya kepada petugas parkir, dan tidak membutuhkan waktu lama dirinya sudah diantarkan kepada pembuat ijazah. "Dari parkir motor saja, sudah ditawarin sama tukang parkirnya, kayaknya sudah tahu saya mau bikin ijazah," ujarnya tertawa.

Yanto menceritakan pengalamannya, membuat ijazah di kios yang memiliki papan nama Jaya Abadi saat itu. Lokasi kios berada di tengah pasar masuk melalui gang kedua deretan kios Pramuka. Saat itu, cerita Yanto, seorang lelaki tambun menawarkan pembuatan ijazah tersebut setelah melakukan tawar menawar. Setelah harga sepakat ijazah mulai dikerjakan.

"Cuma diminta kasih identitas sama foto ukuran 4X6 sebanyak 4 lembar, warna hitam putih. Karena saya datang sore, besok siangnya disuruh balik lagi," kenang bapak satu anak ini.

Sudah bergelar sarjana sosial palsu, Yanto enggan mengambil risiko tertangkap basah dan berurusan dengan aparat hukum. Pilihannya, dia lebih memilih hijrah ke kampung halamannya di Mojokerto, Jawa Timur dengan berbekal surat tanda kelulusan tersebut.
Pria yang sekarang menjadi karyawan swasta ini, mengaku gelar sarjana yang didapat dari kios Pramuka, banyak mempengaruhi tingkat kemapanan dalam ekonomi dan kemudahan dalam mencari pekerjaan.

"Saya sudah dua kali pindah kerja, dari perusahaan pembiayaan dan sekarang di dunia asuransi di Mojokerto," katanya.

Dia mengaku hampir empat tahun menggunakan ijazah tersebut, tidak ada kecurigaan dari teman atau pihak kantornya. bagi dia, dengan gelar sarjana tersebut, biar tidak menjadi masalah dan tidak ada yang curiga dengan gelar sarjananya, dia lebih baik bekerja dengan baik tanpa ada kesalahan berat dan menghindari konflik.

0 comments:

Post a Comment