Friday, November 8, 2013

Transit di Bandara Incheon, Korea Selatan

Katakepo.blogspot.com - Salah satu kegiatan favorit saya ketika terbang adalah transit. Semakin lama transitnya, seringkali saya semakin senang. Bagi orang lain yang sedang terburu-buru mungkin ini menyebalkan, tapi buat saya, transit adalah bagian dari perjalanan dengan pesawat terbang yang patut dinikmati. Kapan lagi bisa berlama-lama di perjalanan?
Tidur sejenak melepas lelah sebelum penerbangan berikutnya. (Sigit Adinugroho)
Kalau perjalanan bisnis, biasanya saya buat sedemikian rupa hingga saya punya banyak waktu transit untuk rileks, jalan-jalan dan yang penting, karena itu perjalanan bisnis, semua pengeluaran dibiayai kantor. Asyik, bukan?
Area kedatangan bandara. (Sigit Adinugroho)
Maka, ketika pergi ke Amerika Serikat beberapa tahun lalu, saya menyempatkan berkesperimen dengan reservasi penerbangan. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengambil transit cukup lama (hingga 11 jam) di bandara Incheon, Korea Selatan. Ternyata, saya suka dengan bandara ini.
Wisata kuliner di bandara. (Sigit Adinugroho)
Hal pertama yang saya lakukan tentu adalah makan. Seperti bandara internasional yang megah di berbagai belahan dunia, tentu bandara Incheon juga memiliki banyak pilihan makanan. Harganya tentu saja tidak selalu bersahabat, tapi, buat saya yang dibayari [kantor] waktu itu tidak masalah. Berbagai pilihan pujasera, seperti Global Chow, Food Capital, Vita Via, Food Square, dan lain sebagainya, membuat saya bisa menikmati sedikit Korea Selatan walau tak berkunjung ke Seoul. Harga-harganya cukup bersahabat dengan standar "harga bandara". Satu porsi bi bim bap (secara harfiah berarti "nasi campur") masih dalam kisaran 10.000 won, atau Rp87.700. Porsi ini memiliki lauk dasar tetapi bisa ditambahkan sajian pelengkap (ban chan). Tentu, ada makanan jenis lain, tidak hanya makanan Korea Selatan.
<em>Bi bim bap</em> di sebuah pujasera di bandara Incheon. (Sigit Adinugroho)
Jika sudah kenyang, kita bisa berjalan-jalan keliling bandara. Nah, ini tentu terkait dengan apakah kita sudah masuk ke aula keberangkatan atau belum. Jika dalam status transit, maka sebagai warga negara Indonesia, pilihan kita ada dua: keluar melalui imigrasi dengan visa transit yang gratis, lalu melihat-lihat bandara di luar, atau langsung masuk ke aula keberangkatan melalui proses transit internal, dan gerak kita terbatas di aula keberangkatan. Pilihan makanan pun terbatas. Tentunya, sebagai pelancong oportunis, bisa jadi saya akan lebih memilih keluar bandara, bahkan bisa mampir ke Seoul jika sempat.
Tidak usah khawatir tersesat, banyak marka pemandu. (Sigit Adinugroho)
Jika berada di aula keberangkatan dan tak sempat keluar, maka jangan sedih. Kita bisa tetap makan dan istirahat. Ada ruang istirahat di lantai atas yang terdiri dari banyak kursi malas dan sofa. Di dekatnya juga ada konter makanan dan minuman ringan untuk menyegarkan diri setelah istirahat. Jika ingin menghubungi keluarga, bisa mampir ke stasiun komputer terdekat untuk chat dengan sanak keluarga. Ingin terhibur? Mampirlah ke ruang televisi.
Penumpang berjalan cepat menuju pintu keberangkatan. (Sigit Adinugroho)
Karena waktu itu saya mempersiapkan diri untuk perjalanan paling tidak 10 jam lagi, maka saya sempatkan untuk mandi di tempat pemandian umum di dalam bandara.

Kamar mandi yang bersih dan perlengkapan mandi. (Sigit Adinugroho …Jangan bayangkan pemandian umum ini kotor, ramai dan sesak. Tempatnya bersih, privasinya terjaga karena kita mendapatkan tempat mandi sendiri, lalu mendapatkan perlengkapan mandi mulai dari handuk, sikat gigi, pelembap kulit, sabun dan shampo. Tentu, ada harganya, ketika saya ke sana tahun 2011 tarifnya sekitar US$14.

Bagi yang membawa anak-anak, waktu saya datang ke sana, ada workshop budaya Korea di mana kita bisa belajar tentang seni rupa Korea, misalnya Korean fan painting (mengecat kipas Korea) atau belajar tari-tarian. Tentu, acara-acara seperti ini bersifat sementara dan justru menarik, karena tidak akan ada pengalaman yang sama ketika berkunjung. Selain itu, ada juga pameran budaya Korea yang sifatnya lebih semi-permanen, menampilkan hanbok (pakaian tradisional) atau khazanah budaya lain seperti lukisan dan artefak keramik.
Pameran kebudayaan semi-permanen. (Sigit Adinugroho)
Jika memang Anda bukan tipe yang senang di bandara, maka tidak ada salahnya mencoba keluar bandara dengan visa transit. Kita tidak perlu membuat visa transit ini sebelumnya di Jakarta. Izin transit diberikan kepada berbagai warga negara, termasuk Indonesia, dengan durasi maksimum 30 hari asal kita bisa menunjukkan tiket terusan. Dengan visa transit ini, Anda bebas ingin ke Seoul atau hanya berkeliling di sekitar kota Incheon yang terdekat.


0 comments:

Post a Comment